Semoga Kedua Capres Sehat
A
A
A
Komaruddin Hidayat
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
RAKYAT menunggu-nunggu datangnya 17 April ini, hari pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) untuk menentukan siapa presiden RI periode 2019-2024. Masing-masing pendukung pasangan nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dan nomor urat 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sudah berusaha dengan berbagai cara agar jagonya menang.
Yang tak kalah berat beban mental dan tanggung jawabnya adalah pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pilpres jangan sampai cacat dan menimbulkan banyak sengketa. Berbagai kekurangan dan mungkin juga kecurangan sangat mungkin terjadi.
Namun jika KPU, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan volunteer yang digerakkan warga masyarakat ikut mengawal proses pilpres, semoga bisa diperkecil kekurangan dan kecurangan yang akan terjadi. Independensi, profesionalitas, dan transparansi kinerja KPU sangat diharapkan oleh kita semua.
Begitu pun pihak peserta pendukung calon presiden, jika merasa dirugikan dan dicurangi maka jalan yang harus ditempuh adalah jalur hukum yang memang sudah disediakan, produk dari kinerja para wakil rakyat. Karenanya, jika muncul ajakan untuk menempuh jalan "people power", saya khawatir akan memasuki permainan politik yang sangat berisiko tinggi. Jangan memulai bermain api, jika kebakaran sedikit membesar saja tidak mudah memadamkannya.
Sikap yang paling bijak, setelah masing-masing pendukung berjuang mengantarkan jagonya, kita serahkan pada Tuhan. Semoga Tuhan senantiasa melindungi dan memberkati Indonesia dan memilihkan salah satu calon presiden yang ada.
Jika kita yakin bahwa posisi presiden itu ada campur tangan Tuhan, maka saatnya kita serahkan kepada-Nya. Siapa pun yang dinyatakan menang, mari kita terima dengan legowo, dengan lapang dada, dengan tetap menjaga, mengawasi dan mengikuti aturan hukum yang berlaku.
Hari-hari ini saya kira Pak Jokowi, Pak Kyai Ma'ruf Amin, Pak Prabowo dan Pak Sandy cukup letih dan perlu istirahat setelah berhari-hari tenaga mereka terkuras setelah putar-putar keliling Indonesia untuk berkampanye.
Kita doakan mereka sehat lahir dan batin, jasmani dan rohani, siap menang dan siap kalah. Secara moral sesungguhnya sudah jadi pemenang.
Telah menunjukkan kecintaan dan pengorbanannya pada bangsa dan rakyat Indonesia. Mereka adalah putra-putra terbaik bangsa, yang sangat sadar bahwa kursi presiden itu hanya satu sehingga salah satu pasti ada yang mundur.
Namun, siapa yang dinyatakan kalah sesungguhnya juga sangat berjasa mengantarkan pemenangnya. Hal yang diperlukan sekarang agar para elite partai yang berkompetisi memberi seruan dan keteladanan bahwa pilpres itu adalah ritual demokrasi yang mesti dirayakan dengan gembira.
Pilpres adalah pesta rakyat dalam rangka memperkokoh dan merayakan tradisi berdemokrasi. Rakyat sudah lelah mengikuti proses tahapan pilpres dan pemilihan legislatif (pileg). Mereka ingin segera proses berakhir dengan mulus dan legal. Jangan rakyat ditambahi beban baru berupa ribut-ribut perang wacana dan pernyataan yang membuat gaduh antarpendukung yang kalah maupun yang menang.
Untunglah, tak lama setelah pilpres kita memasuki bulan Ramadan. Bulan penyucian hati dan pikiran. Semoga Ramadan nanti akan terbakar habis sampah-sampah sisa persaingan dan perseteruan antarpendukung yang telah mengganggu persahabatan sesama warga negara, dan seagama.
Pemilu 17 April nanti akan menjadi hari penuh duka dan luka bagi mereka yang kalah dan tidak memiliki kesiapan untuk kalah. Secara finansial terdapat ribuan caleg, baik di tingkat daerah maupun pusat, yang ternyata belum beruntung. Begitu pun sekian parpol tidak akan melewati ambang batas.
Secara pribadi saya ikut berduka. Tapi Anda sudah masuk dalam daftar pejuang demokrasi untuk membela dan memperjuangkan nasib rakyat. Semoga bisa mengikhlaskan semua biaya dan pengorbanan yang telah dilakukan.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
RAKYAT menunggu-nunggu datangnya 17 April ini, hari pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) untuk menentukan siapa presiden RI periode 2019-2024. Masing-masing pendukung pasangan nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dan nomor urat 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sudah berusaha dengan berbagai cara agar jagonya menang.
Yang tak kalah berat beban mental dan tanggung jawabnya adalah pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pilpres jangan sampai cacat dan menimbulkan banyak sengketa. Berbagai kekurangan dan mungkin juga kecurangan sangat mungkin terjadi.
Namun jika KPU, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan volunteer yang digerakkan warga masyarakat ikut mengawal proses pilpres, semoga bisa diperkecil kekurangan dan kecurangan yang akan terjadi. Independensi, profesionalitas, dan transparansi kinerja KPU sangat diharapkan oleh kita semua.
Begitu pun pihak peserta pendukung calon presiden, jika merasa dirugikan dan dicurangi maka jalan yang harus ditempuh adalah jalur hukum yang memang sudah disediakan, produk dari kinerja para wakil rakyat. Karenanya, jika muncul ajakan untuk menempuh jalan "people power", saya khawatir akan memasuki permainan politik yang sangat berisiko tinggi. Jangan memulai bermain api, jika kebakaran sedikit membesar saja tidak mudah memadamkannya.
Sikap yang paling bijak, setelah masing-masing pendukung berjuang mengantarkan jagonya, kita serahkan pada Tuhan. Semoga Tuhan senantiasa melindungi dan memberkati Indonesia dan memilihkan salah satu calon presiden yang ada.
Jika kita yakin bahwa posisi presiden itu ada campur tangan Tuhan, maka saatnya kita serahkan kepada-Nya. Siapa pun yang dinyatakan menang, mari kita terima dengan legowo, dengan lapang dada, dengan tetap menjaga, mengawasi dan mengikuti aturan hukum yang berlaku.
Hari-hari ini saya kira Pak Jokowi, Pak Kyai Ma'ruf Amin, Pak Prabowo dan Pak Sandy cukup letih dan perlu istirahat setelah berhari-hari tenaga mereka terkuras setelah putar-putar keliling Indonesia untuk berkampanye.
Kita doakan mereka sehat lahir dan batin, jasmani dan rohani, siap menang dan siap kalah. Secara moral sesungguhnya sudah jadi pemenang.
Telah menunjukkan kecintaan dan pengorbanannya pada bangsa dan rakyat Indonesia. Mereka adalah putra-putra terbaik bangsa, yang sangat sadar bahwa kursi presiden itu hanya satu sehingga salah satu pasti ada yang mundur.
Namun, siapa yang dinyatakan kalah sesungguhnya juga sangat berjasa mengantarkan pemenangnya. Hal yang diperlukan sekarang agar para elite partai yang berkompetisi memberi seruan dan keteladanan bahwa pilpres itu adalah ritual demokrasi yang mesti dirayakan dengan gembira.
Pilpres adalah pesta rakyat dalam rangka memperkokoh dan merayakan tradisi berdemokrasi. Rakyat sudah lelah mengikuti proses tahapan pilpres dan pemilihan legislatif (pileg). Mereka ingin segera proses berakhir dengan mulus dan legal. Jangan rakyat ditambahi beban baru berupa ribut-ribut perang wacana dan pernyataan yang membuat gaduh antarpendukung yang kalah maupun yang menang.
Untunglah, tak lama setelah pilpres kita memasuki bulan Ramadan. Bulan penyucian hati dan pikiran. Semoga Ramadan nanti akan terbakar habis sampah-sampah sisa persaingan dan perseteruan antarpendukung yang telah mengganggu persahabatan sesama warga negara, dan seagama.
Pemilu 17 April nanti akan menjadi hari penuh duka dan luka bagi mereka yang kalah dan tidak memiliki kesiapan untuk kalah. Secara finansial terdapat ribuan caleg, baik di tingkat daerah maupun pusat, yang ternyata belum beruntung. Begitu pun sekian parpol tidak akan melewati ambang batas.
Secara pribadi saya ikut berduka. Tapi Anda sudah masuk dalam daftar pejuang demokrasi untuk membela dan memperjuangkan nasib rakyat. Semoga bisa mengikhlaskan semua biaya dan pengorbanan yang telah dilakukan.
(poe)