Karding Ajak Masyarakat Waspadai Serangan Hoaks Jelang Pilpres
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Abdul Kadir Karding mengimbau masyarakat mewaspadai semakin gencarnya berita bohong atau hoaks menjelang hari pengutan suara pemilu, 17 April 2019.
Karding juga menyesalkan maraknya opini yang dimainkan kubu lawan. Seperti penggiringan opini dan provokasi soal kecurangan pemilu.
Karding yakin cara-cara yang tidak terpuji itu tidak akan mempan untuk mempengaruhi swing voters dan undecided voters. Rakyat, kata Karding, sudah cerdas dan mampu membedakan mana kubu yang berbicara fakta dan mana yang terus menebar kebohongan.
"Sejak 2014 kita bisa lihat mana yang gemar menebar hoaks. Mulai dari hoaks soal pemenang pemilu 2014, hoaks Ratna Sarumpaet hingga yang paling anyar hoaks soal settingan suara di KPU," kata Karding, Selasa (9/4).
Karding menilai segala rekam jejak kegohongan itu adalah fakta yang sulit dibantah. Oleh karena itu, di sisa waktu kampanye yang tinggal menghitung hari ini Karding mengajak kubu lawan untuk menyetop politik kebohongan.
"Mari kita kedepankan berpolitik yang santun. Tidak baik kita menghalalkan segala cara, termasuk hoaks demi meraih elektabilitas," kata Karding.
Karding juga meminta kubu lawan untuk tak sekadar berucap Pancasila, tapi kenyataannnya malah bertindak atas semangat eksklusivitas golongan tertentu. Menurutnya, Indonesia sama sekali tak membuka ruang bagi ideologi selain Pancasila.
Menurut Karding, politik bukanlah hanya sekadar hasil menang dan kalah. "Politik adalah sebuah proses pendidikan panjang yang hasilnya akan tergantung dari usaha untuk meraih tujuan. Dengan usaha yang baik, hasil baik akan dipetik. Dan dengan usaha yang buruk, hasil buruk pula yang dituai. Kami di tim Jokowi selalu sadar akan hal itu bahwa untuk meraih hasil baik dalam pemilu harus ditempuh lewat jalan yang baik pula," tuturnya.
Karding juga menyesalkan maraknya opini yang dimainkan kubu lawan. Seperti penggiringan opini dan provokasi soal kecurangan pemilu.
Karding yakin cara-cara yang tidak terpuji itu tidak akan mempan untuk mempengaruhi swing voters dan undecided voters. Rakyat, kata Karding, sudah cerdas dan mampu membedakan mana kubu yang berbicara fakta dan mana yang terus menebar kebohongan.
"Sejak 2014 kita bisa lihat mana yang gemar menebar hoaks. Mulai dari hoaks soal pemenang pemilu 2014, hoaks Ratna Sarumpaet hingga yang paling anyar hoaks soal settingan suara di KPU," kata Karding, Selasa (9/4).
Karding menilai segala rekam jejak kegohongan itu adalah fakta yang sulit dibantah. Oleh karena itu, di sisa waktu kampanye yang tinggal menghitung hari ini Karding mengajak kubu lawan untuk menyetop politik kebohongan.
"Mari kita kedepankan berpolitik yang santun. Tidak baik kita menghalalkan segala cara, termasuk hoaks demi meraih elektabilitas," kata Karding.
Karding juga meminta kubu lawan untuk tak sekadar berucap Pancasila, tapi kenyataannnya malah bertindak atas semangat eksklusivitas golongan tertentu. Menurutnya, Indonesia sama sekali tak membuka ruang bagi ideologi selain Pancasila.
Menurut Karding, politik bukanlah hanya sekadar hasil menang dan kalah. "Politik adalah sebuah proses pendidikan panjang yang hasilnya akan tergantung dari usaha untuk meraih tujuan. Dengan usaha yang baik, hasil baik akan dipetik. Dan dengan usaha yang buruk, hasil buruk pula yang dituai. Kami di tim Jokowi selalu sadar akan hal itu bahwa untuk meraih hasil baik dalam pemilu harus ditempuh lewat jalan yang baik pula," tuturnya.
(dam)