TKN Jawab Tudingan Rizal Ramli Soal Pembangunan Infrastruktur
A
A
A
JAKARTA - Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Inas Nasrullah Zubir merespons penilaian Ekonom Senior, Rizal Ramli yang menyebut pernyataan dirinya 'ngawur' soal pembangunan infrastruktur di Indonesia sama dengan di Tiongkok.
"Apa betul ngawur? Atau jangan-jangan kecerdasan Rizal Ramli hanya dijadikan alat untuk mengelabui rakyat semata. Pasalnya adalah Rizal Ramli tidak menyebutkan dari tahun berapa sampai dengan tahun berapa pertumbuhan sebesar 12% tersebut, bahkan dia sengaja menutup-nutupi apakah pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang 12% tersebut terjadi sebelum pembangunan infrastruktur yang masif di Tiongkok atau sesudahnya?" paparnya dalam rilisnya, Minggu (7/4/2019).
Adapun sebelumnya pada 4 April 2019 lalu di Universitas Gajah Mada, Inas sempat berdebat dengan Rizal Ramli. Salah satu argumennya yang dibantah oleh Rizal Ramli adalah tentang pembangunan infrastruktur distribusi/konektifiti seperti jalan pelabuhan di Tiongkok.
"Saya katakan bahwa Tiongkok membangun infrastruktur bukan karena sesuai kebutuhan suatu wilayah atau daerah, melainkan infrastruktur tersebut dibangun untuk konektifitas dan distribusi antar wilayah agar perekonomian berkembang dan tumbuh," jelasnya.
Menurut Rizal, argumen Inas ngawur lantaran dirinya mengaitkan pembangunan infrastruktur di Tiongkok dengan pertumbuhan ekonominya selama 25 tahun, yakni 12%.
Dijelaskan Inas, pada periode 1980-1990, infrastruktur di Tiongkok sangat menyedihkan dan penyebab utama bottleneck (leher botol) pada perekonomian di sana, dimana pertumbuhannya hanya 3,9% pada tahun 1990. Kemudian Tiongkok mulai menggenjot pembangungan infrastruktur dari tahun 1992 s/d 2013, seperti jalan raya, kereta api, bandara, dan pelabuhan dan lain-lain yang justru kemudian menjadikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi melesat.
"Jika Jokowi memulai dan melakukan hal yang sama dengan Tiongkok dimana pertumbuhan kita malahan lebih baik daripada ketika Tiongkok memulai pembangunan infrastruktur maka diharapkan akan mernumbuhkan sentra-sentra perekonomian di berbagai wilayah di Indonesia," pungkasnya.
"Apa betul ngawur? Atau jangan-jangan kecerdasan Rizal Ramli hanya dijadikan alat untuk mengelabui rakyat semata. Pasalnya adalah Rizal Ramli tidak menyebutkan dari tahun berapa sampai dengan tahun berapa pertumbuhan sebesar 12% tersebut, bahkan dia sengaja menutup-nutupi apakah pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang 12% tersebut terjadi sebelum pembangunan infrastruktur yang masif di Tiongkok atau sesudahnya?" paparnya dalam rilisnya, Minggu (7/4/2019).
Adapun sebelumnya pada 4 April 2019 lalu di Universitas Gajah Mada, Inas sempat berdebat dengan Rizal Ramli. Salah satu argumennya yang dibantah oleh Rizal Ramli adalah tentang pembangunan infrastruktur distribusi/konektifiti seperti jalan pelabuhan di Tiongkok.
"Saya katakan bahwa Tiongkok membangun infrastruktur bukan karena sesuai kebutuhan suatu wilayah atau daerah, melainkan infrastruktur tersebut dibangun untuk konektifitas dan distribusi antar wilayah agar perekonomian berkembang dan tumbuh," jelasnya.
Menurut Rizal, argumen Inas ngawur lantaran dirinya mengaitkan pembangunan infrastruktur di Tiongkok dengan pertumbuhan ekonominya selama 25 tahun, yakni 12%.
Dijelaskan Inas, pada periode 1980-1990, infrastruktur di Tiongkok sangat menyedihkan dan penyebab utama bottleneck (leher botol) pada perekonomian di sana, dimana pertumbuhannya hanya 3,9% pada tahun 1990. Kemudian Tiongkok mulai menggenjot pembangungan infrastruktur dari tahun 1992 s/d 2013, seperti jalan raya, kereta api, bandara, dan pelabuhan dan lain-lain yang justru kemudian menjadikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi melesat.
"Jika Jokowi memulai dan melakukan hal yang sama dengan Tiongkok dimana pertumbuhan kita malahan lebih baik daripada ketika Tiongkok memulai pembangunan infrastruktur maka diharapkan akan mernumbuhkan sentra-sentra perekonomian di berbagai wilayah di Indonesia," pungkasnya.
(kri)