Kiat Memilih Presiden, Megawati: JanganTerpesona dengan Barang Baru
A
A
A
INDRAMAYU - Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri memberikan kiat-kiat cara memilih calon presiden yang tepat. Megawati menganggap kebanyakan masyarakat sering lupa bahwa pilih yang baru seakan dianggap lebih bagus.
Menurut Megawati, yang baru belum tentu bisa membuktikan. Ia mengumpamakan seorang istri yang harus tetap mencintai suaminya.
"Ibu-ibu saya nanya, bapak-bapaknya cinta enggak itu? Cinta bener ya, kalau bapak-bapaknya ganti orang gimana? Boleh enggak? Berani enggak? Enggak boleh kan, iya dong (suami) kita diambil dari orang keluarga baik-baik," ujar Megawati saat berdialog dengan kalangan petani di Indramayu, Jawa Barat, Kamis (4/4/2019).
Megawati menegaskan dalam kontek memilih presiden ibaratnya jangan tergiur dengan barang baru. Presiden kelima RI itu menyebutkan barang lama pun dianggap masih 'jos'.
"Iya dong, (Taufiq Kiemas) (suami) saya almarhum suami tercinta. Ini tahun keenam, 40 tahun saya hidup sama dia. Kadang-kadang suka kesel juga, ngomel aja, gitu kan, ndak tak kasi makan, gitu ancamannya," kisah perempuan yang akrab disapa Mega itu.
Menurutnya, semasa hidup Taufiq dikenal sangat manja kepada dirinya. Kata Mega, setiap pulang kerja, almarhum kerap dimintakan buka sepatu olehnya. Karena berperawakan gendut, Mega pun mengaku tak pernah menolak. Ia menganggap, suaminya itu suami yang baik dan bertanggung jawab.
"Jadi jangan langsung terpesona dengan barang baru, dipikir coba, berapa tahun sekali, artinya pilih saja Pak Jokowi," tuturnya.
Dalam hal memilih presiden, Mega mengaku bertanggung jawab kepada masyarakat tentang Jokowi. Ia mengaku percaya Jokowi tak akan macam-macam kepada rakyat karena sebenarnya dia hanya mau bekerja untuk kepentingan rakyat.
Sebagai contoh, memilih pemimpin itu tak bisa instan seperti memilih bibit padi. Menurutnya, bibit tersebut tak langsung ditanam di sawah, tapi dijaga terlebih dahulu supaya tidak diserang hama.
"Jadi tolong pikir bahwa sebenarnya banyak contoh yang bisa kita ambil, bayangkan kalau kita, ah enggak ah, mau pakai yang baru. Saya kalau ke luar negeri saya minta di bagian yang dekat Indonesia, di Thailand, Malaysia, Myanmar, Laos, saya minta lihat sawah, di sana pun sama, kenapa enggak pake peralatan, mereka bilang tangan manusia adalah paling utama, biar kita punya alat bantu teknologi, tapi dari tangan manusia tersalurkan rasa sayang," pungkasnya.
Menurut Megawati, yang baru belum tentu bisa membuktikan. Ia mengumpamakan seorang istri yang harus tetap mencintai suaminya.
"Ibu-ibu saya nanya, bapak-bapaknya cinta enggak itu? Cinta bener ya, kalau bapak-bapaknya ganti orang gimana? Boleh enggak? Berani enggak? Enggak boleh kan, iya dong (suami) kita diambil dari orang keluarga baik-baik," ujar Megawati saat berdialog dengan kalangan petani di Indramayu, Jawa Barat, Kamis (4/4/2019).
Megawati menegaskan dalam kontek memilih presiden ibaratnya jangan tergiur dengan barang baru. Presiden kelima RI itu menyebutkan barang lama pun dianggap masih 'jos'.
"Iya dong, (Taufiq Kiemas) (suami) saya almarhum suami tercinta. Ini tahun keenam, 40 tahun saya hidup sama dia. Kadang-kadang suka kesel juga, ngomel aja, gitu kan, ndak tak kasi makan, gitu ancamannya," kisah perempuan yang akrab disapa Mega itu.
Menurutnya, semasa hidup Taufiq dikenal sangat manja kepada dirinya. Kata Mega, setiap pulang kerja, almarhum kerap dimintakan buka sepatu olehnya. Karena berperawakan gendut, Mega pun mengaku tak pernah menolak. Ia menganggap, suaminya itu suami yang baik dan bertanggung jawab.
"Jadi jangan langsung terpesona dengan barang baru, dipikir coba, berapa tahun sekali, artinya pilih saja Pak Jokowi," tuturnya.
Dalam hal memilih presiden, Mega mengaku bertanggung jawab kepada masyarakat tentang Jokowi. Ia mengaku percaya Jokowi tak akan macam-macam kepada rakyat karena sebenarnya dia hanya mau bekerja untuk kepentingan rakyat.
Sebagai contoh, memilih pemimpin itu tak bisa instan seperti memilih bibit padi. Menurutnya, bibit tersebut tak langsung ditanam di sawah, tapi dijaga terlebih dahulu supaya tidak diserang hama.
"Jadi tolong pikir bahwa sebenarnya banyak contoh yang bisa kita ambil, bayangkan kalau kita, ah enggak ah, mau pakai yang baru. Saya kalau ke luar negeri saya minta di bagian yang dekat Indonesia, di Thailand, Malaysia, Myanmar, Laos, saya minta lihat sawah, di sana pun sama, kenapa enggak pake peralatan, mereka bilang tangan manusia adalah paling utama, biar kita punya alat bantu teknologi, tapi dari tangan manusia tersalurkan rasa sayang," pungkasnya.
(kri)