Komisi III DPR Sebut Pancasila Harga Mati bagi Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Komisi III DPR menyatakan Pancasila sudah menjadi harga mati bagi Indonesia. Tidak boleh ada satu pihak pun berani mengubah ideologi bangsa. Apalagi jika khilafah ingin diterapkan.
Anggota Komisi III DPR, Teuku Taufiqulhadi mengatakan, khilafah sudah tidak relevan lagi dibahas di Indonesia. Di negara-negara jazirah Arab saja sudah tidak menerima sistem khilafah.
"Kita menilai kalau masih ada yang mau menerapkan khilafah di Indonesia, itu sama saja mengkhianati para pendiri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya para ulama besar, KH Agus Salim, KH Wahid Hasyim, dan ulama-ulama lain yang juga pahlawan nasional," ujar Taufiqulhadi kepada wartawan, Selasa (2/4/2019).
Anggota Dewan Pakar Partai Nasdem menuturkan, konsep khilafah tidak perlu diberi ruang di Indonesia. Bahkan, tidak ada sistem yang perlu dicari-cari lagi karena NKRI dan Pancasila sudah tidak bisa ditawar.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam kesempatan berbeda mengingatkan kepada kader dan simpatisan Nasdem untuk terus menjaga nilai-nilai Pancasila ciri khas bangsa Indonesia. "Hanya Pancasila yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan," ujarnya.
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny mengatakan Pancasila mulai diaplikasikan lewat generasi milenial yang mudah terserang paham radikalisme. Langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sudah tepat karena menyasar generasi kekinian."Ideologi itu harus dilawan dengan idelogi," tuturnya.
Selain itu yang penting, lanjut dia, bagaimana mengakses Pancasila yang juga harus aplikatif. Contoh yang penting Pemerintahan Jokowi itu mengaktualisasikan sila ketiga dan kelima. "Pembangunan infrastruktur Sumatera, Sulawesi itu kan mempersatukan Indonesia. Harga-harga kan jadi murah, nah itu kan keadilan sosial," tuturnya.
Jadi, lanjutnya, Pancasila itu bukan diomongkan dan slogan tetapi dilakukan. Menurutnya, ada orang yang melakukan Pancasila Sila kesatu, kedua, ketiga, keempat dan kelima."Namun, tidak berurutan. Orang itu menjiwai Pancasila dalam berperilaku jujur, integritas, disiplin, kerja keras dan hidup saling menghargai perbedaan," ucapnya.
Mengenai kemunculan intoleransi, lanjut dia, itu karena Pancasila dilupakan orang. Padahal, harusnya rakyat Indonesia bersyukur karena memiliki Pancasila yang mampu mempererat. Kemudian, mengenai isu khilafah, Romo Benny melihat tak perlu menjadi polemik lagi.
Anggota Komisi III DPR, Teuku Taufiqulhadi mengatakan, khilafah sudah tidak relevan lagi dibahas di Indonesia. Di negara-negara jazirah Arab saja sudah tidak menerima sistem khilafah.
"Kita menilai kalau masih ada yang mau menerapkan khilafah di Indonesia, itu sama saja mengkhianati para pendiri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya para ulama besar, KH Agus Salim, KH Wahid Hasyim, dan ulama-ulama lain yang juga pahlawan nasional," ujar Taufiqulhadi kepada wartawan, Selasa (2/4/2019).
Anggota Dewan Pakar Partai Nasdem menuturkan, konsep khilafah tidak perlu diberi ruang di Indonesia. Bahkan, tidak ada sistem yang perlu dicari-cari lagi karena NKRI dan Pancasila sudah tidak bisa ditawar.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam kesempatan berbeda mengingatkan kepada kader dan simpatisan Nasdem untuk terus menjaga nilai-nilai Pancasila ciri khas bangsa Indonesia. "Hanya Pancasila yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan," ujarnya.
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo atau Romo Benny mengatakan Pancasila mulai diaplikasikan lewat generasi milenial yang mudah terserang paham radikalisme. Langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sudah tepat karena menyasar generasi kekinian."Ideologi itu harus dilawan dengan idelogi," tuturnya.
Selain itu yang penting, lanjut dia, bagaimana mengakses Pancasila yang juga harus aplikatif. Contoh yang penting Pemerintahan Jokowi itu mengaktualisasikan sila ketiga dan kelima. "Pembangunan infrastruktur Sumatera, Sulawesi itu kan mempersatukan Indonesia. Harga-harga kan jadi murah, nah itu kan keadilan sosial," tuturnya.
Jadi, lanjutnya, Pancasila itu bukan diomongkan dan slogan tetapi dilakukan. Menurutnya, ada orang yang melakukan Pancasila Sila kesatu, kedua, ketiga, keempat dan kelima."Namun, tidak berurutan. Orang itu menjiwai Pancasila dalam berperilaku jujur, integritas, disiplin, kerja keras dan hidup saling menghargai perbedaan," ucapnya.
Mengenai kemunculan intoleransi, lanjut dia, itu karena Pancasila dilupakan orang. Padahal, harusnya rakyat Indonesia bersyukur karena memiliki Pancasila yang mampu mempererat. Kemudian, mengenai isu khilafah, Romo Benny melihat tak perlu menjadi polemik lagi.
(whb)