Berkunjung ke Bengkulu, Kiai Ma'ruf Amin Optimistis Menang 70%
A
A
A
JAKARTA - Optimisme kemenangan 70% ditiupkan Cawapres 01 KH Ma’ruf Amin (KMA) dari kanal suara Bengkulu. Formulasi terbaik sudah disiapkan untuk mewujudkan target tersebut.
KMA juga tetap mengingatkan grass root untuk mengutamakan keutuhan bangsa dan negara. Tidak ada waktu jeda bagi KMA. Usai kembali dari safari politik di Jawa Timur, KMA sudah berada di Bengkulu.
Kehadiran KMA di Bumi Rafflesia untuk menguatkan suara dukungan, Rabu (20/3/2019). Berada di Bengkulu, KMA menghadiri dialog Kerukunan Umat Beragama. Agenda tersebut digelar di Grage Hotel, Bengkulu.
KMA bergabung juga dalam agenda Seminar Ekonomi Syariah. Saat bertemu dengan publik Bengkulu, KMA menyampaikan optimismenya. Paslon 01 Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin yakin bisa menang 70% di Bengkulu dalam Pilpres 2019, 17 April nanti.
"Kami yakin akan menang 70% di Bengkulu. Masyarakat Bengkulu ini luar biasa. Kami sudah siapkan strategi untuk bisa menang di Bengkulu," ungkap KMA.
Untuk mewujudkan target tersebut, konsep kampanye door to door dinilainya tetap efektif. Apalagi, KMA sudah mengenal betul karakter pemilih di wilayah Bengkulu.
"Kami akan lakukan berbagai cara untuk menyampaikan program dan memberi pemahaman pada masyarakat. Mendatangi mereka secara langsung sangat efektif. Kami bisa lebih tegas karena karakter masyarakat Sumatera khas," jelas KMA.
KMA menegaskan, kerja besar sudah dilakukan oleh Jokowi di periode sebelumnya. Karya nyata Jokowi ini bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Langkah besar Jokowi tersebut pun menjadi pondasi bagi kemajuan Indonesia. Dan, peluang untuk meneruskan kerja nyata Jokowi terbuka saat ini.
"Apa yang sudah dilakukan Pak Jokowi harus dihargai. Sekaranglah momentum untuk melanjutkannya," tegasnya.
Namun, terlepas dari apapun, KMA tetap mengingatkan elemen bangsa untuk tetap bersatu. Mengindari konflik. Tidak terpecah oleh perbedaan pandangan selama proses Pilpres dan Pileg 2019.
"Kita harus menjaga dan merawat keutuhan bangsa ini. Konflik harus dicegah. Paham-paham intoleran itu harus dilawan, siapapun yang meniupkannya," ujar KMA.
Sebagai negarawan, KMA pun mengingatkan 4 elemen yang harus dijaga dalam membina kerukunan. Hal ini sebagai jaminan solidnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pertama, adalah bingkai politik.
KMA menjelaskan, Indonesia memiliki bingkai politik yang menyatukan seluruh bangsa dan ada kerukunan beragama di dalamnya. Kerukunan ini menjadi elemen penting bagi sebuah negara.
"Stabilitas keamanan negara harus diutamakan. Salah satu kuncinya itu adalah kerukunan antar umat beragama. Untuk itu, potensi konflik-konflik antar umat beragama dalam masyarakat harus dicegah," kata Kiai asal Tangerang Banten ini.
KMA lalu memberi iustrasi. Indonesia pernah mengalami kerusuhan. Penyebabnya adalah sentimen agama, yaitu Poso dan Ambon. Hal ini tentu menjadi pelajaran berharga. Tujuannya, agar kejadian serupa tidak lagi terulang.
Bingkai lainnya adalah yuridis. KMA menerangkan, harus ada upaya untuk menangkal masuknya ideologi yang melahirkan kelompok intoleran.
"Sikap intoleran yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 harus ditangkal. Soal khilafah itu tidak usah petenteng-petenteng. Proporsial saja yang tidak menyalahi kesepakatan. Kalau orang sudah enyalahi kesepakatan, NKRI bisa bubar. Hal ini harus dicegah," ucap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
KMA juga tetap mengingatkan grass root untuk mengutamakan keutuhan bangsa dan negara. Tidak ada waktu jeda bagi KMA. Usai kembali dari safari politik di Jawa Timur, KMA sudah berada di Bengkulu.
Kehadiran KMA di Bumi Rafflesia untuk menguatkan suara dukungan, Rabu (20/3/2019). Berada di Bengkulu, KMA menghadiri dialog Kerukunan Umat Beragama. Agenda tersebut digelar di Grage Hotel, Bengkulu.
KMA bergabung juga dalam agenda Seminar Ekonomi Syariah. Saat bertemu dengan publik Bengkulu, KMA menyampaikan optimismenya. Paslon 01 Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin yakin bisa menang 70% di Bengkulu dalam Pilpres 2019, 17 April nanti.
"Kami yakin akan menang 70% di Bengkulu. Masyarakat Bengkulu ini luar biasa. Kami sudah siapkan strategi untuk bisa menang di Bengkulu," ungkap KMA.
Untuk mewujudkan target tersebut, konsep kampanye door to door dinilainya tetap efektif. Apalagi, KMA sudah mengenal betul karakter pemilih di wilayah Bengkulu.
"Kami akan lakukan berbagai cara untuk menyampaikan program dan memberi pemahaman pada masyarakat. Mendatangi mereka secara langsung sangat efektif. Kami bisa lebih tegas karena karakter masyarakat Sumatera khas," jelas KMA.
KMA menegaskan, kerja besar sudah dilakukan oleh Jokowi di periode sebelumnya. Karya nyata Jokowi ini bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Langkah besar Jokowi tersebut pun menjadi pondasi bagi kemajuan Indonesia. Dan, peluang untuk meneruskan kerja nyata Jokowi terbuka saat ini.
"Apa yang sudah dilakukan Pak Jokowi harus dihargai. Sekaranglah momentum untuk melanjutkannya," tegasnya.
Namun, terlepas dari apapun, KMA tetap mengingatkan elemen bangsa untuk tetap bersatu. Mengindari konflik. Tidak terpecah oleh perbedaan pandangan selama proses Pilpres dan Pileg 2019.
"Kita harus menjaga dan merawat keutuhan bangsa ini. Konflik harus dicegah. Paham-paham intoleran itu harus dilawan, siapapun yang meniupkannya," ujar KMA.
Sebagai negarawan, KMA pun mengingatkan 4 elemen yang harus dijaga dalam membina kerukunan. Hal ini sebagai jaminan solidnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pertama, adalah bingkai politik.
KMA menjelaskan, Indonesia memiliki bingkai politik yang menyatukan seluruh bangsa dan ada kerukunan beragama di dalamnya. Kerukunan ini menjadi elemen penting bagi sebuah negara.
"Stabilitas keamanan negara harus diutamakan. Salah satu kuncinya itu adalah kerukunan antar umat beragama. Untuk itu, potensi konflik-konflik antar umat beragama dalam masyarakat harus dicegah," kata Kiai asal Tangerang Banten ini.
KMA lalu memberi iustrasi. Indonesia pernah mengalami kerusuhan. Penyebabnya adalah sentimen agama, yaitu Poso dan Ambon. Hal ini tentu menjadi pelajaran berharga. Tujuannya, agar kejadian serupa tidak lagi terulang.
Bingkai lainnya adalah yuridis. KMA menerangkan, harus ada upaya untuk menangkal masuknya ideologi yang melahirkan kelompok intoleran.
"Sikap intoleran yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 harus ditangkal. Soal khilafah itu tidak usah petenteng-petenteng. Proporsial saja yang tidak menyalahi kesepakatan. Kalau orang sudah enyalahi kesepakatan, NKRI bisa bubar. Hal ini harus dicegah," ucap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
(maf)