Dinilai Menyesatkan, Narasi Kubu Prabowo Soal Kinerja BUMN
A
A
A
JAKARTA - Narasi propaganda yang dimainkan kubu calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terkait kinerja BUMN yang buruk dinilai tidak lebih dari menyebar berita bohong.
Tudingan bahwa BUMN satu per satu terancam bangkrut itu sangat berbeda dengan kondisi sebenarnya yang sudah dicapai selama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Buktinya, pada tahun 2018 BUMN mencatat laba Rp 188 triliun, Aset meningkat menjadi Rp 882 triliun dan sumbangan kepada APBN 2018 naik Rp 172 triliun.
Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dimainkannya narasi BUMN bangkrut justru berbahaya. Ekonom ini mengaku sempat menegur salah satu timses capres 02 karena kritiknya terkait isu BUMN sangat keliru.
"Saya sempat marahi salah satu timses capres 02 karena yang disampaikan tidak tepat. Tidak bisa membedakan utang luar negeri dan utang BUMN," tutur Bhima, Kamis 14 Maret 2019.
Bhima mengatakan, jika kritik yang disampaikan timses capres itu sesuai data maka hal itu positif. Kritik bisa dijadikan masukan atau bahan untuk memperbaiki kondisi di BUMN yang dirasa masih perlu ditingkatkan.
Tapi jika yang disampaikan narasi propaganda bahwa BUMN satu per satu terancam bangkrut, maka hal itu malah menyesatkan. "Ada penggiringan opini yang tidak tepat (terkait BUMN-red). Tentunya akan mempengaruhi persepsi publik, utamanya investor dan kreditur. Persepsinya jadi tidak baik," ujar ekonom Indef ini.
Menurut Bhima, harus dibedakan utang BUMN. Bagi BUMN di bidang keuangan, utang justru memperlihatkan kepercayaan kreditur. Sebab utang BUMN keuangan itu langsung kepada kreditur yang umumnya adalah nasabah.
Celakanya, banyak politikus yang menyesatkan fakta ini demi kepentingan politik jangka pendek. Padahal memainkan isu BUMN yang terancam bangkrut malah menjadi bentuk usaha menjatuhkan kepercayaan publik dan investor. Hal ini dinilai sangat berbahaya.
"Ada penggiringan opini yang tidak tepat dan itu tidak baik karena mempengaruhi valuasi BUMN," ujar Bhima.
Atas dasar itu, Bhima menyarankan ke timses agar berbicara secara jujur dengan menggunakan data. Dia pun berharap kubu capres lebih menguasai materi tentang perekonomian, utamanya BUMN. "Karena banyak timses yang tak berlatar ekonomi ikut-ikutan berbicara soal ekonomi," tuturnya.
Propaganda ancaman bangkrutnya BUMN kerap dimainkan oleh kubu capres nomor urut 02. Sebelumnya, Prabowo menggiring isu soal bangkrutnya BUMN dalam pidato kebangsaan bertajuk Indonesia Menang, Januari lalu. Sejumlah timses capres 02 juga kerap menyerang isu soal hutang BUMN.
Namun hal ini bisa ditepis oleh Presiden Jokowi. Presiden malah optimistis melihat kinerja memuaskan BUMN sejauh ini. Peningkatan indikator keuangan BUMN sejalan dengan peningkatan peran BUMN menjadi agen pembangunan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tudingan bahwa BUMN satu per satu terancam bangkrut itu sangat berbeda dengan kondisi sebenarnya yang sudah dicapai selama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Buktinya, pada tahun 2018 BUMN mencatat laba Rp 188 triliun, Aset meningkat menjadi Rp 882 triliun dan sumbangan kepada APBN 2018 naik Rp 172 triliun.
Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dimainkannya narasi BUMN bangkrut justru berbahaya. Ekonom ini mengaku sempat menegur salah satu timses capres 02 karena kritiknya terkait isu BUMN sangat keliru.
"Saya sempat marahi salah satu timses capres 02 karena yang disampaikan tidak tepat. Tidak bisa membedakan utang luar negeri dan utang BUMN," tutur Bhima, Kamis 14 Maret 2019.
Bhima mengatakan, jika kritik yang disampaikan timses capres itu sesuai data maka hal itu positif. Kritik bisa dijadikan masukan atau bahan untuk memperbaiki kondisi di BUMN yang dirasa masih perlu ditingkatkan.
Tapi jika yang disampaikan narasi propaganda bahwa BUMN satu per satu terancam bangkrut, maka hal itu malah menyesatkan. "Ada penggiringan opini yang tidak tepat (terkait BUMN-red). Tentunya akan mempengaruhi persepsi publik, utamanya investor dan kreditur. Persepsinya jadi tidak baik," ujar ekonom Indef ini.
Menurut Bhima, harus dibedakan utang BUMN. Bagi BUMN di bidang keuangan, utang justru memperlihatkan kepercayaan kreditur. Sebab utang BUMN keuangan itu langsung kepada kreditur yang umumnya adalah nasabah.
Celakanya, banyak politikus yang menyesatkan fakta ini demi kepentingan politik jangka pendek. Padahal memainkan isu BUMN yang terancam bangkrut malah menjadi bentuk usaha menjatuhkan kepercayaan publik dan investor. Hal ini dinilai sangat berbahaya.
"Ada penggiringan opini yang tidak tepat dan itu tidak baik karena mempengaruhi valuasi BUMN," ujar Bhima.
Atas dasar itu, Bhima menyarankan ke timses agar berbicara secara jujur dengan menggunakan data. Dia pun berharap kubu capres lebih menguasai materi tentang perekonomian, utamanya BUMN. "Karena banyak timses yang tak berlatar ekonomi ikut-ikutan berbicara soal ekonomi," tuturnya.
Propaganda ancaman bangkrutnya BUMN kerap dimainkan oleh kubu capres nomor urut 02. Sebelumnya, Prabowo menggiring isu soal bangkrutnya BUMN dalam pidato kebangsaan bertajuk Indonesia Menang, Januari lalu. Sejumlah timses capres 02 juga kerap menyerang isu soal hutang BUMN.
Namun hal ini bisa ditepis oleh Presiden Jokowi. Presiden malah optimistis melihat kinerja memuaskan BUMN sejauh ini. Peningkatan indikator keuangan BUMN sejalan dengan peningkatan peran BUMN menjadi agen pembangunan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
(dam)