Perlu Riset jika Jokowi Ingin Perkuat SDM di Periode Kedua
A
A
A
JAKARTA - Presiden Jokowi telah mencanangkan nawacita jilid II dengan Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM). Penguatan SDM yang disebut sebagai tindaklanjut nawacita jilid pertama pun diapresiasi sejumlah pihak.
Pengamat dari Universitas Brawijaya, Malang, Aji Dedi Mulawarman menganggap, setelah fokus membangun infrastruktur di periode pertama, langkah mendorong penguatan SDM tepat.
"Komitmen yang perlu diapresiasi adalah keinginan untuk memperkuat sumber daya manusia ke depan, salah satuanya adalah memperbesar anggaran dana riset," kata Dedi, Rabu (7/3/2019).
Lebih lanjut Dedi menyarankan, dana riset ke depan, harus didorong tidak hanya dari kalangan perguruan tinggi namun jauh lebih luas melibatkan partisipasi publik melalui riset keberpihakan.
"Dana riset perlu diarahkan untuk membangun kemandirian kebudayaan dan kekuatan ekonomi menuju kedaulatan pangan dan laut. Bukan hanya ketahanan, apalagi swasembada yang hanya menguntungkan masyarkat kota," ujarnya.
Selain itu, Dedi mengatakan, riset bisa diarahkan secara luas hingga menyentuh kekuatan teknologi madya berbasis Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dan lumbung maritim dunia.
"Kata kunci dari keberpihakan riset ke depan adalah memperkuat ekonomi nasional dengan mewujudkan kemandirian petani dan nelayan sebagai desain pembangunan Indonesia," pungkasnya.
Pengamat dari Universitas Brawijaya, Malang, Aji Dedi Mulawarman menganggap, setelah fokus membangun infrastruktur di periode pertama, langkah mendorong penguatan SDM tepat.
"Komitmen yang perlu diapresiasi adalah keinginan untuk memperkuat sumber daya manusia ke depan, salah satuanya adalah memperbesar anggaran dana riset," kata Dedi, Rabu (7/3/2019).
Lebih lanjut Dedi menyarankan, dana riset ke depan, harus didorong tidak hanya dari kalangan perguruan tinggi namun jauh lebih luas melibatkan partisipasi publik melalui riset keberpihakan.
"Dana riset perlu diarahkan untuk membangun kemandirian kebudayaan dan kekuatan ekonomi menuju kedaulatan pangan dan laut. Bukan hanya ketahanan, apalagi swasembada yang hanya menguntungkan masyarkat kota," ujarnya.
Selain itu, Dedi mengatakan, riset bisa diarahkan secara luas hingga menyentuh kekuatan teknologi madya berbasis Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dan lumbung maritim dunia.
"Kata kunci dari keberpihakan riset ke depan adalah memperkuat ekonomi nasional dengan mewujudkan kemandirian petani dan nelayan sebagai desain pembangunan Indonesia," pungkasnya.
(maf)