Jurang Elektabilitas Makin Lebar, PDIP Nilai Prabowo-Sandi Kedodoran
A
A
A
JAKARTA - Politikus PDIP Charles Honoris menilai hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menunjukkan keunggulan Jokowi-Ma'ruf Amin sekitar 28% atas Prabowo-Sandi tentu akan membuat panik paslon 02. Sebab, dalam waktu 1,5 bulan jelang pencoblosan ini, penantang yang sudah sejak awal tertinggal (sekitar 20%) bukannya mempersempit ketertinggalannya malah semakin kedodoran.
"Ibarat pertandingan sepakbola, Jokowi-KMA sudah unggul 3-0, namun waktu pertandingan tinggal tersisa 15 menit lagi. Siapa yang tidak grogi dan panik dalam kondisi ketertinggalan seperti ini?" ujarnya dalam rilis yang diterima SINDOnews, Selasa (5/3/2019).
(Baca juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Masih Ungguli Prabowo-Sandi)
Dia melanjutkan, melihat waktu survei LSI dilakukan pada 18-25 Feb 2019, tampak penampilan jempolan Jokowi dalam debat capres kedua 17 Februari 2019 lalu sangat berpengaruh dan memberi kontribusi besar dalam memperbesar jarak elektabilitas.
"Sebaliknya, sejumlah blunder Prabowo dalam debat kedua, jawaban atas unicorn, kepemilikan lahan, dan sebagainya membuat jurang elektabilitas semakin lebar," kata dia.
Menurutnya publik juga menyadari blunder tidak hanya dilakukan oleh Prabowo, tetapi juga oleh relawan 02, PEPES yang kedapatan melakukan fitnah terhadap paslon 01. Namun, pihaknya bersyukur publik sudah cerdas dan tidak terpengaruh kampanye hitam tersebut.
"Sebaliknya, masyarakat justru antipati terhadap cara-cara hitam seperti itu, sehingga stagnansi elektabilitas paslon 02 ini seperti ‘hukuman’ dari publik yang mendambakan kampanye damai dan beradab," tandas anggota DPR ini.
Charles menambahkan di waktu-waktu hari pencoblosan yang semakin dekat ini, semua pihak hendaknya tetap mengedepankan cara-cara bermartabat. Rakyat tidak boleh dikorbankan hanya karena nafsu berkuasa segelintir elite yang tidak kesampaian.
"Sebaliknya rakyat sebagai pemberi mandat harus menjadi pemenang dari proses demokrasi ini," tutupnya.
"Ibarat pertandingan sepakbola, Jokowi-KMA sudah unggul 3-0, namun waktu pertandingan tinggal tersisa 15 menit lagi. Siapa yang tidak grogi dan panik dalam kondisi ketertinggalan seperti ini?" ujarnya dalam rilis yang diterima SINDOnews, Selasa (5/3/2019).
(Baca juga: Survei LSI Denny JA: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Masih Ungguli Prabowo-Sandi)
Dia melanjutkan, melihat waktu survei LSI dilakukan pada 18-25 Feb 2019, tampak penampilan jempolan Jokowi dalam debat capres kedua 17 Februari 2019 lalu sangat berpengaruh dan memberi kontribusi besar dalam memperbesar jarak elektabilitas.
"Sebaliknya, sejumlah blunder Prabowo dalam debat kedua, jawaban atas unicorn, kepemilikan lahan, dan sebagainya membuat jurang elektabilitas semakin lebar," kata dia.
Menurutnya publik juga menyadari blunder tidak hanya dilakukan oleh Prabowo, tetapi juga oleh relawan 02, PEPES yang kedapatan melakukan fitnah terhadap paslon 01. Namun, pihaknya bersyukur publik sudah cerdas dan tidak terpengaruh kampanye hitam tersebut.
"Sebaliknya, masyarakat justru antipati terhadap cara-cara hitam seperti itu, sehingga stagnansi elektabilitas paslon 02 ini seperti ‘hukuman’ dari publik yang mendambakan kampanye damai dan beradab," tandas anggota DPR ini.
Charles menambahkan di waktu-waktu hari pencoblosan yang semakin dekat ini, semua pihak hendaknya tetap mengedepankan cara-cara bermartabat. Rakyat tidak boleh dikorbankan hanya karena nafsu berkuasa segelintir elite yang tidak kesampaian.
"Sebaliknya rakyat sebagai pemberi mandat harus menjadi pemenang dari proses demokrasi ini," tutupnya.
(kri)