Atraksi Angklung, Ribuan Pendukung Jokowi-Ma'ruf Mainkan Bengawan Solo
A
A
A
JAKARTA - Para pendukung pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-KH Ma'ruf Amin menggelar aksi bersama memainkan 2.008 angklung. Lagu Bengawan Solo dan Maju Tak Gentar mengalun indah dari harmoni yang dihasilkan ribuan angklung itu.
Atraksi itu terjadi dalam acara Derap Budaya Energi Nusantara sekaligus nonton bareng (nobar) debat kedua Pilpres 2019 di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (17/2/2019) sore.
Lebih dari 5.000 pendukung Jokowi-Ma'ruf dari Jakarta berkumpul. Mereka datang dari unsur sembilan parpol pendukung maupun relawan. Sebelum acara, 2.008 angklung dibagikan secara acak kepada mereka. Di setiap angklung tertera stiker bergambar Jokowi-Ma'ruf beserta nomor dan nama pulau. Ada angka 1 sampai 7, yang ternyata merupakan nada masing-masing angklung itu.
Sebelum atraksi dimulai, para pemegang angklung diminta berkumpul dan duduk beralaskan bumi. Semua campur aduk. Tua atau muda; berbaju merah, kuning, hijau, biru, atau putih; menyatu.
Sekretaris TKN Jokowi-KH Ma'ruf Hasto Kristiyanto duduk di bagian panggung depan. Dia memimpin orkestrasi itu. Di sebelahnya duduk artis Angel Karamoy.
"Permainan ini merupakan bukti bahwa energi kebudayaan dan kegembiraan rakyat akan selalu berkobar untuk Jokowi-Ma'ruf Amin. Ayo main angklung," kata Hasto.
Dua orang pembawa acara lalu menjadi semacam dirijen. Salah satunya bernama Amelia. Dia memberi kode tangan untuk mengarahkan masing-masing pemegang angklung, kapan harus dibunyikan.
Hasilnya indah. Lantunan angklung oleh 2008 orang itu berpadu indah menghasilkan Bengawan Solo, lagu dari kota dimana Jokowi berasal. Lagu kedua adalah Maju Tak Gentar.
Pertunjukkan itu berakhir karena waktunya solat maghrib telah tiba. Atraksi pun dihentikan untuk memberikan waktu bagi umat muslim melaksanakan salat.
Setelah itu, kepada wartawan, Hasto mengatakan bahwa atraksi angklung dan berbagai aksi kebudayaan di acara itu untuk menunjukkan betapa pentingnya menempatkan gerak pikir dan laku berdasar budaya Indonesia.
"Laiknya permainan angklung tadi, dari berbagai asal usul parpol dan kelompok, dan bersatu berkolaborasi bersama menghasilkan kolaborasi yang indah. Itulah Indonesia. Mari kita belajar dari kebudayaan," ujar Hasto.
Atraksi itu terjadi dalam acara Derap Budaya Energi Nusantara sekaligus nonton bareng (nobar) debat kedua Pilpres 2019 di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Minggu (17/2/2019) sore.
Lebih dari 5.000 pendukung Jokowi-Ma'ruf dari Jakarta berkumpul. Mereka datang dari unsur sembilan parpol pendukung maupun relawan. Sebelum acara, 2.008 angklung dibagikan secara acak kepada mereka. Di setiap angklung tertera stiker bergambar Jokowi-Ma'ruf beserta nomor dan nama pulau. Ada angka 1 sampai 7, yang ternyata merupakan nada masing-masing angklung itu.
Sebelum atraksi dimulai, para pemegang angklung diminta berkumpul dan duduk beralaskan bumi. Semua campur aduk. Tua atau muda; berbaju merah, kuning, hijau, biru, atau putih; menyatu.
Sekretaris TKN Jokowi-KH Ma'ruf Hasto Kristiyanto duduk di bagian panggung depan. Dia memimpin orkestrasi itu. Di sebelahnya duduk artis Angel Karamoy.
"Permainan ini merupakan bukti bahwa energi kebudayaan dan kegembiraan rakyat akan selalu berkobar untuk Jokowi-Ma'ruf Amin. Ayo main angklung," kata Hasto.
Dua orang pembawa acara lalu menjadi semacam dirijen. Salah satunya bernama Amelia. Dia memberi kode tangan untuk mengarahkan masing-masing pemegang angklung, kapan harus dibunyikan.
Hasilnya indah. Lantunan angklung oleh 2008 orang itu berpadu indah menghasilkan Bengawan Solo, lagu dari kota dimana Jokowi berasal. Lagu kedua adalah Maju Tak Gentar.
Pertunjukkan itu berakhir karena waktunya solat maghrib telah tiba. Atraksi pun dihentikan untuk memberikan waktu bagi umat muslim melaksanakan salat.
Setelah itu, kepada wartawan, Hasto mengatakan bahwa atraksi angklung dan berbagai aksi kebudayaan di acara itu untuk menunjukkan betapa pentingnya menempatkan gerak pikir dan laku berdasar budaya Indonesia.
"Laiknya permainan angklung tadi, dari berbagai asal usul parpol dan kelompok, dan bersatu berkolaborasi bersama menghasilkan kolaborasi yang indah. Itulah Indonesia. Mari kita belajar dari kebudayaan," ujar Hasto.
(dam)