Koppasus Dilibatkan untuk Penanganan Bencana
A
A
A
JAKARTA - Tidak hanya pertahanan negara, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) juga memiliki peran dalam penanggulangan bencana. Salah satunya ketika ada kondisi tanggap darurat yang tidak bisa ditangani pasukan biasa, maka pasukan elit TNI ini akan diterjunkan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengatakan, keterlibatan Kopassus ini tentunya atas instruksi Panglima TNI terlebih dahulu. "Kopassus dihadirkan apabila ada kawasan-kawasan atau daerah-daerah yang secara khusus tidak bisa didatangi atau ditangani oleh pasukan biasa," katanya di Markas Kopassus Cijantung, kemarin.
Doni mengatakan, pelibatan Kopassus sebenarnya bukan hal baru. Menurutnya, pada saat Gunung Merapi meletus pada 2010 Kopassus diterjunkan karena memilki perlengkapan memadai. Bahkan, adanya Kopassus waktu itu cukup efektif untuk membuat masyarakat yang tadinya menolak dievakuasi akhirnya bersedia.
”Kemudian pasawat jatuh di Gunung Salak. Itu peristiwa 2012, Sukhoi Superjet. Ini tim kopassus juga diturunkan karena (medannya) sulit didatangi oleh pasukan biasa. Bahkan, sejumlah tim yang dikirim dari Rusia, baik teknisi dan pakar-pakar kesulitan menembus hutan tropis. Tapi, Kopassus dengan keterampilan yang ada, kemampuan mendaki dan menuruni tebing akhirnya Koppasus menemukan itu. Kemudian di banyak tempat lainnya," paparnya.
Menurutnya, keterlibatan Koppasus sangat dimungkinkan sebagaimana arahan presiden bahwa jika terjadi bencana maka gubernur akan komandan satuan tugas tanggap darurat. Sementara panglima kodam dan kapolda menjadi wakil satgas.
"Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung nantinya Markas Besar TNI pasti akan mendukung kehadiran pasukan TNI untuk membantu tanggap darurat," ungkapnya.
Terkait dengan mitigasi bencana, Doni mengakui bahwa Kopassus tidak dapat secara langsung turun ke masyarakat. Pasalnya, ada unsur teritorial TNI seperti Kodam, Korem, Kodim, dan Babinsa. Meski begitu, dia menyebut Kopassus bisa saja terlibat dalam mitigasi selama terdapat program kerja Mabes TNI atau Mabes Angkatan Dasar (AD).
"Kopassus juga mempunyai pusat pendidikan dan pelatihan. Ini bisa dijadikan sarana bagi Kopassus mengundang banya pihak dan melakukan simulasi. Karena Kopassus banyak sekali perlengkapan militer yang bisa digunakan saat tanggap darurat,” kata mantan Danpaspampres itu.
Dia menambahkan bahwa TNI nantinya juga akan berperan dalam menjaga alat deteksi dini. Hal ini pun sebelumnya telah disetujui oleh presiden. Doni mengatakan, pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan Bappenas Kementerian Keuangan dan badan-badan yang bertanggung jawab menyiapkan alat.
"Selama ini alat-alat dibeli dengan harga mahal akhirnya rusak karena alam ataupun perbuatan manusia. Alat ini harus dijaga. Kalau letaknya jauh, tidak mungkin masyarakat yang amankan. Ini perlu keterlibatan TNI," tuturnya.
Sementara itu, Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa mengaku mengundang BNPB secara senagaja sebagai pembicara dalam rapat pimpinan Kopassus. Dia mengatakan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran bencana alam apa saja yang berpotensi terjadi di Indonesia.
"Masalah bencana alam cukup awam bagi kita semuanya. Sehingga, adanya gambaran kita tahu bagaimana ke depannya. Mungkin kita akan masukan ke program sehingga prajurit mengerti," tuturnya.
Selain untuk mendapatkan gambaran bencana alam, dia mengatakan, Kopassus juga akan mengetahui peran sertanya dalam penanganan bencana. Dengan begitu, Kopassus juga dapat ikut serta membantu masyarakat terdampak bencana.
“Dengan gambaran-gambaran ini Kopassus bisa mencantolkan tugasnya. Kalau sudah tahu cantolan tugasnya, dia punya gambaran dalam rangka mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di masyarakat," pungkasnya. (Dita Angga)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mengatakan, keterlibatan Kopassus ini tentunya atas instruksi Panglima TNI terlebih dahulu. "Kopassus dihadirkan apabila ada kawasan-kawasan atau daerah-daerah yang secara khusus tidak bisa didatangi atau ditangani oleh pasukan biasa," katanya di Markas Kopassus Cijantung, kemarin.
Doni mengatakan, pelibatan Kopassus sebenarnya bukan hal baru. Menurutnya, pada saat Gunung Merapi meletus pada 2010 Kopassus diterjunkan karena memilki perlengkapan memadai. Bahkan, adanya Kopassus waktu itu cukup efektif untuk membuat masyarakat yang tadinya menolak dievakuasi akhirnya bersedia.
”Kemudian pasawat jatuh di Gunung Salak. Itu peristiwa 2012, Sukhoi Superjet. Ini tim kopassus juga diturunkan karena (medannya) sulit didatangi oleh pasukan biasa. Bahkan, sejumlah tim yang dikirim dari Rusia, baik teknisi dan pakar-pakar kesulitan menembus hutan tropis. Tapi, Kopassus dengan keterampilan yang ada, kemampuan mendaki dan menuruni tebing akhirnya Koppasus menemukan itu. Kemudian di banyak tempat lainnya," paparnya.
Menurutnya, keterlibatan Koppasus sangat dimungkinkan sebagaimana arahan presiden bahwa jika terjadi bencana maka gubernur akan komandan satuan tugas tanggap darurat. Sementara panglima kodam dan kapolda menjadi wakil satgas.
"Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung nantinya Markas Besar TNI pasti akan mendukung kehadiran pasukan TNI untuk membantu tanggap darurat," ungkapnya.
Terkait dengan mitigasi bencana, Doni mengakui bahwa Kopassus tidak dapat secara langsung turun ke masyarakat. Pasalnya, ada unsur teritorial TNI seperti Kodam, Korem, Kodim, dan Babinsa. Meski begitu, dia menyebut Kopassus bisa saja terlibat dalam mitigasi selama terdapat program kerja Mabes TNI atau Mabes Angkatan Dasar (AD).
"Kopassus juga mempunyai pusat pendidikan dan pelatihan. Ini bisa dijadikan sarana bagi Kopassus mengundang banya pihak dan melakukan simulasi. Karena Kopassus banyak sekali perlengkapan militer yang bisa digunakan saat tanggap darurat,” kata mantan Danpaspampres itu.
Dia menambahkan bahwa TNI nantinya juga akan berperan dalam menjaga alat deteksi dini. Hal ini pun sebelumnya telah disetujui oleh presiden. Doni mengatakan, pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan Bappenas Kementerian Keuangan dan badan-badan yang bertanggung jawab menyiapkan alat.
"Selama ini alat-alat dibeli dengan harga mahal akhirnya rusak karena alam ataupun perbuatan manusia. Alat ini harus dijaga. Kalau letaknya jauh, tidak mungkin masyarakat yang amankan. Ini perlu keterlibatan TNI," tuturnya.
Sementara itu, Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa mengaku mengundang BNPB secara senagaja sebagai pembicara dalam rapat pimpinan Kopassus. Dia mengatakan, hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran bencana alam apa saja yang berpotensi terjadi di Indonesia.
"Masalah bencana alam cukup awam bagi kita semuanya. Sehingga, adanya gambaran kita tahu bagaimana ke depannya. Mungkin kita akan masukan ke program sehingga prajurit mengerti," tuturnya.
Selain untuk mendapatkan gambaran bencana alam, dia mengatakan, Kopassus juga akan mengetahui peran sertanya dalam penanganan bencana. Dengan begitu, Kopassus juga dapat ikut serta membantu masyarakat terdampak bencana.
“Dengan gambaran-gambaran ini Kopassus bisa mencantolkan tugasnya. Kalau sudah tahu cantolan tugasnya, dia punya gambaran dalam rangka mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di masyarakat," pungkasnya. (Dita Angga)
(nfl)