Kampung Pancasila Wujudkan Masyarakat Bernilai Luhur Bangsa
A
A
A
Bersih, asri, rukun, dan tertata. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan tiga Kampung Pancasila, sebutan bagi Kampung Hidroponik, Kampung Gerendeng Pulo, dan Kampung Markisa yang berada di Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.
Berkat penerapan nilai-nilai luhur Pancasila yang meliputi sikap gotong-royong, saling menjaga kerukunan antarumat beragama dan menghargai segala perbedaan, stigma kampung kumuh yang sebelumnya melekat kini telah berubah menjadi kampung wisata.
Saat KORAN SINDO mendatangi ketiga kampung tersebut, aura kedamaian dan kerukunan antarwarga sangat terasa. Mereka terlihat bahumembahu membersihkan dan mengubah lingkungannya menjadi lebih tertata.
Meski tidak memiliki lahan yang cukup, warga ketiga Kampung Pancasila itu dengan kreatif mengubah barangbarang bekas seperti botol air mineral, bambu, ban bekas, pipa menjadi barang yang sangat bermanfaat baik untuk sarana bermain maupun penghijauan.
Bahkan untuk mendukung penghijauan, warga memanfaatkan setiap tembok rumah untuk menanam berbagai jenis tumbuhan hidroponik. Tidak hanya itu, hampir di setiap sudut gang disediakan tempat-tempat pembuangan sampah dan puntung rokok termasuk ember berisi air bersih untuk mencuci tangan.
Pola hidup bersih dan sehat yang diterapkan warga membuat ketiga kampung tersebut bebas dari sampah. “Awalnya tidak mudah, tapi saya memberikan contoh yang baik kepada warga seperti buang sampah di tempatnya. Alhamdulillah , muncul kesadaran dari warga untuk berubah,” ujar Ketua RT 01 Kampung Hidroponik Suherman.
Kesadaran dan kerja keras masyarakat Kampung Hidroponik yang dihuni 89 kepala keluarga (KK) sejak 2017 itu lambat laun berbuah manis. Selain membuat kampung menjadi nyaman untuk ditinggali, pengangguran juga semakin berkurang. “Sebab hasil dari tanaman hidroponik bisa dijual oleh warga. Perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar kampung juga tertarik memberdayakan pemuda di sini karena melihat kreativitasnya,” katanya.
Hal yang sama juga terlihat di Kampung Gerendeng Pulo, kampung yang 90% penduduknya etnis Tionghoa ini mampu menciptakan keharmonisan di antara warganya yang berasal dari etnis lain. Hal itu terbukti dari sikap toleransi yang ditunjukkan warganya. ”Di sini warga muslim hanya dua Kepala Keluarga (KK) selebihnya etnis Tionghoa dan Kristen. Tapi tidak ada masalah,” ucap Lurah Grendeng Pulo Nasron A Mufti. Begitu juga dengan Kampung Markisa.
Kampung yang berada di Kelurahan Pasar Baru ini juga memberdayakan masyarakatnya untuk bergotong royong memperbaiki tempat tinggalnya agar lebih baik. “Menggali nilai-nilai luhur Pancasila tidak hanya membaca buku, tapi bisa digali dari masyarakat.
Nilai-nilai kebajikan dan gotong royong yang bisa menyejahterakan warganya seperti di Kampung Hidroponik,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono saat berkunjung ketiga kampung itu kemarin.
Hariyono menyebut, selama ini ada anggapan bahwa masyarakat bisa makmur kalau ada sumbangan dari pihak luar sehingga faktor perubahan itu berasal dari eksternal. Tapi ternyata ketiga kampung ini tidak mengandalkan bantuan dari luar. “Kita berharap dengan hadirnya BPIP di masyarakat, kita bisa belajar dan menemukan mutiaramutiara Pancasila yang sudah dipraktikkan di masyarakat,” ujarnya.
Dia menilai, jika hal ini menjadi gerakan massal di kampung-kampung di seluruh Nusantara maka masyarakat Indonesia tidak perlu risau dengan ancaman narkoba maupun terorisme. “Ketika masyarakat telah peduli dan akrab dengan lingkungannya maka terorisme bisa dicegah dan ditangkal. Gerakan pengamalan Pancasila yang dilakukan masyarakat bisa menjadi contoh yang sangat bagus,” ucapnya.
Berkat penerapan nilai-nilai luhur Pancasila yang meliputi sikap gotong-royong, saling menjaga kerukunan antarumat beragama dan menghargai segala perbedaan, stigma kampung kumuh yang sebelumnya melekat kini telah berubah menjadi kampung wisata.
Saat KORAN SINDO mendatangi ketiga kampung tersebut, aura kedamaian dan kerukunan antarwarga sangat terasa. Mereka terlihat bahumembahu membersihkan dan mengubah lingkungannya menjadi lebih tertata.
Meski tidak memiliki lahan yang cukup, warga ketiga Kampung Pancasila itu dengan kreatif mengubah barangbarang bekas seperti botol air mineral, bambu, ban bekas, pipa menjadi barang yang sangat bermanfaat baik untuk sarana bermain maupun penghijauan.
Bahkan untuk mendukung penghijauan, warga memanfaatkan setiap tembok rumah untuk menanam berbagai jenis tumbuhan hidroponik. Tidak hanya itu, hampir di setiap sudut gang disediakan tempat-tempat pembuangan sampah dan puntung rokok termasuk ember berisi air bersih untuk mencuci tangan.
Pola hidup bersih dan sehat yang diterapkan warga membuat ketiga kampung tersebut bebas dari sampah. “Awalnya tidak mudah, tapi saya memberikan contoh yang baik kepada warga seperti buang sampah di tempatnya. Alhamdulillah , muncul kesadaran dari warga untuk berubah,” ujar Ketua RT 01 Kampung Hidroponik Suherman.
Kesadaran dan kerja keras masyarakat Kampung Hidroponik yang dihuni 89 kepala keluarga (KK) sejak 2017 itu lambat laun berbuah manis. Selain membuat kampung menjadi nyaman untuk ditinggali, pengangguran juga semakin berkurang. “Sebab hasil dari tanaman hidroponik bisa dijual oleh warga. Perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar kampung juga tertarik memberdayakan pemuda di sini karena melihat kreativitasnya,” katanya.
Hal yang sama juga terlihat di Kampung Gerendeng Pulo, kampung yang 90% penduduknya etnis Tionghoa ini mampu menciptakan keharmonisan di antara warganya yang berasal dari etnis lain. Hal itu terbukti dari sikap toleransi yang ditunjukkan warganya. ”Di sini warga muslim hanya dua Kepala Keluarga (KK) selebihnya etnis Tionghoa dan Kristen. Tapi tidak ada masalah,” ucap Lurah Grendeng Pulo Nasron A Mufti. Begitu juga dengan Kampung Markisa.
Kampung yang berada di Kelurahan Pasar Baru ini juga memberdayakan masyarakatnya untuk bergotong royong memperbaiki tempat tinggalnya agar lebih baik. “Menggali nilai-nilai luhur Pancasila tidak hanya membaca buku, tapi bisa digali dari masyarakat.
Nilai-nilai kebajikan dan gotong royong yang bisa menyejahterakan warganya seperti di Kampung Hidroponik,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono saat berkunjung ketiga kampung itu kemarin.
Hariyono menyebut, selama ini ada anggapan bahwa masyarakat bisa makmur kalau ada sumbangan dari pihak luar sehingga faktor perubahan itu berasal dari eksternal. Tapi ternyata ketiga kampung ini tidak mengandalkan bantuan dari luar. “Kita berharap dengan hadirnya BPIP di masyarakat, kita bisa belajar dan menemukan mutiaramutiara Pancasila yang sudah dipraktikkan di masyarakat,” ujarnya.
Dia menilai, jika hal ini menjadi gerakan massal di kampung-kampung di seluruh Nusantara maka masyarakat Indonesia tidak perlu risau dengan ancaman narkoba maupun terorisme. “Ketika masyarakat telah peduli dan akrab dengan lingkungannya maka terorisme bisa dicegah dan ditangkal. Gerakan pengamalan Pancasila yang dilakukan masyarakat bisa menjadi contoh yang sangat bagus,” ucapnya.
(don)