Cendekiawan dan Ulama Muhammadiyah Matangkan Konsep Islam Berkemajuan
A
A
A
JAKARTA - Maarif Institute menggelar halaqah (pertemuan) kebangsaan cendekiawan dan ulama Muhammadiyah di Hotel Sari Pacific, Jakarta Pusat. Acara yang belangsung pada 6-8 Februari 2019 ini menghadirkan para cendekiawan, ulama, pengurus pimpinan wilayah, serta pengurus pimpinan daerah Muhammadiyah dari berbagai provinsi di Indonesia.
Direktur Eksekutif Maarif institute, Muhd Abdullah Darraz, mengatakan, kegiatan ini bertujuan menggali perspektif para ahli tentang konsep Islam Berkemajuan, yang dipandang sebagai model Islam moderat dalam perspektif Muhammadiyah.
"Sehingga umat dapat melihat persoalan dengan jernih, senantiasa berada di tengah, tidak partisan dan mampu menjadi bagian dari solusi," ujar Abdullah, Rabu (6/2/2019). (Baca juga: Muhammadiyah Tetap Tak Berpolitik Praktis)
Di sisi lain, lanjut dia, Muhammadiyah harus mampu merumuskan kembali visi-misi Islam Berkemajuan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk.
"Islam berkemajuan sekaligus rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi alam semesta) harus menjadi visi-misi bersama untuk menjadikan Islam sebagai agama teladan yang sukses berkontribusi dalam membangun peradaban Indonesia masa depan berkemajuan, yaitu Indonesia yang Berketuhanan, Berperikemanusiaan, Bersatu, Berdaulat, Berdemokrasi dan Berkeadilan Sosial," jelas Abdullah.
Sementara itu, tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan, Muhammadiyah dalam persoalan kebangsaan seharusnya tidak lagi hanya berperan sebagai pembantu negara, namun lebih jauh bisa berperan lebih luas sebagai penentu dan pemandu jalan sejarah bangsa.
"Ini saya kira harus menjadi peran strategis Muhammadiyah ke depan dengan visinya Islam Berkemajuan," kata Syafii. (Baca juga: Syafii Maarif Ajak Elite Politik dan Milenial Berantas Hoaks)
Dia berharap melalui halaqah ini dapat memberikan prespektif baru, dimana Islam harus memberikan optimisme untuk masa depan bagi bangsa Indonesia.
"Kita harus memunculkan Islam yang memberi harapan, yang memberi optimisme untuk masa depan, bukan Islam yang dikategorikan sebagai sumber kekacauan, sumber terorisme," tandasnya.
Halaqah ini nantinya menghasilkan sejumlah rekomendasi yang ditunjukan baik secara internal kepada organisasi Muhammdiyah, maupun rekomendasi kebangsaan yang akan disampaikan kepada pemerintah Indonesia.
Direktur Eksekutif Maarif institute, Muhd Abdullah Darraz, mengatakan, kegiatan ini bertujuan menggali perspektif para ahli tentang konsep Islam Berkemajuan, yang dipandang sebagai model Islam moderat dalam perspektif Muhammadiyah.
"Sehingga umat dapat melihat persoalan dengan jernih, senantiasa berada di tengah, tidak partisan dan mampu menjadi bagian dari solusi," ujar Abdullah, Rabu (6/2/2019). (Baca juga: Muhammadiyah Tetap Tak Berpolitik Praktis)
Di sisi lain, lanjut dia, Muhammadiyah harus mampu merumuskan kembali visi-misi Islam Berkemajuan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk.
"Islam berkemajuan sekaligus rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi alam semesta) harus menjadi visi-misi bersama untuk menjadikan Islam sebagai agama teladan yang sukses berkontribusi dalam membangun peradaban Indonesia masa depan berkemajuan, yaitu Indonesia yang Berketuhanan, Berperikemanusiaan, Bersatu, Berdaulat, Berdemokrasi dan Berkeadilan Sosial," jelas Abdullah.
Sementara itu, tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan, Muhammadiyah dalam persoalan kebangsaan seharusnya tidak lagi hanya berperan sebagai pembantu negara, namun lebih jauh bisa berperan lebih luas sebagai penentu dan pemandu jalan sejarah bangsa.
"Ini saya kira harus menjadi peran strategis Muhammadiyah ke depan dengan visinya Islam Berkemajuan," kata Syafii. (Baca juga: Syafii Maarif Ajak Elite Politik dan Milenial Berantas Hoaks)
Dia berharap melalui halaqah ini dapat memberikan prespektif baru, dimana Islam harus memberikan optimisme untuk masa depan bagi bangsa Indonesia.
"Kita harus memunculkan Islam yang memberi harapan, yang memberi optimisme untuk masa depan, bukan Islam yang dikategorikan sebagai sumber kekacauan, sumber terorisme," tandasnya.
Halaqah ini nantinya menghasilkan sejumlah rekomendasi yang ditunjukan baik secara internal kepada organisasi Muhammdiyah, maupun rekomendasi kebangsaan yang akan disampaikan kepada pemerintah Indonesia.
(thm)