Muhammadiyah Tetap Tak Berpolitik Praktis

Selasa, 27 November 2018 - 13:51 WIB
Muhammadiyah Tetap Tak Berpolitik Praktis
Muhammadiyah Tetap Tak Berpolitik Praktis
A A A
BANTUL - Persyarikatan Muhammadiyah kembali menegaskan untuk tidak akan terlibat dalam kepentingan politik praktis pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut akan tetap berdiri sesuai kepribadian dan khitahnya untuk melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.

“(Sikap politik Muhammadiyah) tidak akan dan tidak akan pernah berubah. Sejak zaman Pak Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) berdiri pada kepribadian,” ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir di sela acara pembukaan Muktamar XVII Pemuda Muhammadiyah di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kemarin.

Menurut dia, prinsip dan khitah inilah yang akan di pegang teguh oleh Muhammadiyah. Muhammadiyah akan mengambil jarak dari kepentingan politik di negeri ini.

Disinggung soal pernyataan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang akan menjewernya lantaran tidak menentukan sikap dan dukungan dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2019, Haedar memastikan tidak akan ada yang berubah dengan sikap Muhammadiyah secara organisasi. “Jawaban saya tidak ada yang berubah dari Muhammadiyah. Kami berdiri di atas kepribadian dan khitah,” ucapnya.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Muíti menegaskan, organisasinya tetap pada pendirian untuk netral pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.

Me nu rutnya, PP Muhammadiyah akan menjadi rumah besar bagi semua warga persyarikatan yang tersebar ke berbagai partai politik. “Muhammadiyah tegas dan menegaskan akan tetap netral dan menjadikan Muhammadiyah sebagai rumah besar bagi semua anggota yang berbeda-beda partai dan afiliasi politiknya,” ungkapnya.

Dia menuturkan, Amien sendiri pernah menulis “Lima Doktrin Muhammadiyah”, di mana salah satu isinya menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak berpolitik praktis. “Beliau pula yang mengatakan Muhammadiyah tidak berpolitik kepartaian dan kekuasaan (low politic), tetapi politik adiluhung (high politic),” ungkapnya.

Muíti menjelaskan, kepemimpinan Muhammadiyah bersifat kolegial, yaitu setiap keputusan yang diambil selalu dan harus melalui musyawarah. “Dalam sejarahnya, Muhamma diyah tidak pernah mengalami tekanan dan tidak bisa ditekan,” katanya.

Kendati demikian, Muíti tetap menghormati sosok Amien Rais sebagai tokoh Muhammadiyah, umat, dan bangsa yang sangat dihormati oleh segenap unsur Muhammadiyah. “Sebagai seorang yang pernah menjadi ketua umum PP Muhammadiyah, beliau paham betul kepribadian Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah,” tuturnya.

JK Minta Pemuda Muhammadiyah Dakwah Islam dengan Gembira

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kemarin resmi membuka Muktamar XVII Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dalam kegiatan yang akan berlangsung 25-28 November 2018, Pemuda Muhammadiyah diminta JK agar melakukan dakwah Islam dengan gembira.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, dan Rektor UMY Gunawan Budiyanto.

JK di hadapan ribuan peserta dan peninjau Muktamar Pemuda Muhammadiyah mengatakan, sebagai bagian utama dari kaum milenial di In donesia yang bergerak demi kemajuan bangsa, Pemuda Muhammadiyah sudah seharusnya berdakwah dengan gembira sebagai ciri khas Islam di Indonesia. Langkah tersebut dinilai sejalan dengan tujuan Indonesia untuk terus meningkatkan iman dan Islam sembari memajukan bangsa dalam suatu keharmonisan.

“Dakwah di negeri ini harus sama dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu berdakwah dengan menyesuaikan keadaan dan saling menghormati. Oleh karena itu, sesuai dengan tema berdakwah tidak perlu menakutkan, tapi dengan bergembira dan tulus akan lebih meresap dalam jiwa. Semuanya untuk kemajuan dan kemakmuran yang adil di Indonesia. Hal ini merupakan syarat utama kehidupan harmonis bangsa ini,” paparnya.

Menurut JK, sebagai bagian utama dari kaum milenial, Pemuda Muhammadiyah juga harus bergerak dalam semangat berilmu, menambah wawasan dengan belajar dan membaca buku.

Pada akhirnya yang akan memajukan bangsa bukan sekadar semangat berorganisasi, namun juga dengan teknologi serta ilmu-ilmu lainnya untuk masa depan bangsa ini.

“Semangat yang timbul dari kalian, jangan hanya semangat baret merah atau berorganisasi, tapi saya harap kalian juga ikut menumbuhkan semangat mem baca buku, semangat melakukan riset, dan semangat menuntut ilmu. Kerja keras ini merupakan semangat Pemuda Muhammadiyah,” jelasnya.

JK juga menyampaikan, pada tahun politik ini jangan sampai terpecah belah, harus tetap satu untuk Indonesia. “Dengan suasana dakwah yang gembira ini walau dalam tahun politik kita harus tetap bersama walau dengan berbagai pandangan untuk kemajuan bangsa ini, jangan terpecah belah,” tandasnya. (Priyo Setyawan)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7228 seconds (0.1#10.140)