Analisa Beredarnya Tabloid Indonesia Barokah
A
A
A
JAKARTA - Munculnya tabloid Indonesia Barokah memunculkan berbagai polemik di seluruh kalangan baik masyarakat dan pemerintahan. Tabloid Indonesia Barokah beredar di tengah-tengah masyarakat menampilkan halaman depan berjudul 'Reuni 212: Kepentingan Umat Atau Kepentingan Politik?'.
Selain itu ada juga judul-judul kecil yang menyebut soal Hizbut Tahrir juga radikalisme. Menanggapi itu, Direktur new media watch Agus Sudibyo menyebut hadirnya dua anomali saat beredarnya tabloid Indonesia Barokah tersebut.
Anomali yang pertama adalah kembalinya pada print media, padahal telah muncul media baru (new media). "Ini justru kembali pada print dan tabloid lagi. Mestinya yang diintensifkan kampanye melalui new media, yakni sosila media dan lainnya," ujar Agus dalam diskusi di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (30/1/2019).
(Baca juga: Tim Prabowo-Sandi Tak Akan Buang Waktu Cari Dalang Tabloid Barokah)
Anomali yang kedua, kata Agus, tabloid Indonesia Barokah disebarkan pada masjid-masjid dan majelis taklim di beberapa daerah. Padahal, dari hasil berbagai lembaga survei, kelompok atau majelis pada Islam sendiri sudah mempunyai pilihannya masing-masing baik memilih pasangan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
"Kenapa kampanye masuk ke dalam kelompok yang sulit diubah. Seharusnya bukan pemilih yang loyal, harusnya menggaet pemilih galau, harusnya menggunakan media berbasis digital, sesuai dengan ekspektasi milenial," jelasnya.
Agus menilai, munculnya tabloid Indonesia Barokah hanya untuk mengecoh pada kelompok yang sudah memiliki pilihan paslon yang akan dilpilihnya pada pemilu 2019 nanti, baik paslon nomor urut 01 maupun paslon nomor urut 02.
"Saya menduga sebenarnya ini hanya merupakan untuk mengecoh agar kita hanya fokus pada strong supporter dan hanya menggaet soft supporter, dan ini hanya mengecoh kelompok pemilih tertentu untuk menahan kelompok loyal," tuturnya.
Selain itu ada juga judul-judul kecil yang menyebut soal Hizbut Tahrir juga radikalisme. Menanggapi itu, Direktur new media watch Agus Sudibyo menyebut hadirnya dua anomali saat beredarnya tabloid Indonesia Barokah tersebut.
Anomali yang pertama adalah kembalinya pada print media, padahal telah muncul media baru (new media). "Ini justru kembali pada print dan tabloid lagi. Mestinya yang diintensifkan kampanye melalui new media, yakni sosila media dan lainnya," ujar Agus dalam diskusi di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (30/1/2019).
(Baca juga: Tim Prabowo-Sandi Tak Akan Buang Waktu Cari Dalang Tabloid Barokah)
Anomali yang kedua, kata Agus, tabloid Indonesia Barokah disebarkan pada masjid-masjid dan majelis taklim di beberapa daerah. Padahal, dari hasil berbagai lembaga survei, kelompok atau majelis pada Islam sendiri sudah mempunyai pilihannya masing-masing baik memilih pasangan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
"Kenapa kampanye masuk ke dalam kelompok yang sulit diubah. Seharusnya bukan pemilih yang loyal, harusnya menggaet pemilih galau, harusnya menggunakan media berbasis digital, sesuai dengan ekspektasi milenial," jelasnya.
Agus menilai, munculnya tabloid Indonesia Barokah hanya untuk mengecoh pada kelompok yang sudah memiliki pilihan paslon yang akan dilpilihnya pada pemilu 2019 nanti, baik paslon nomor urut 01 maupun paslon nomor urut 02.
"Saya menduga sebenarnya ini hanya merupakan untuk mengecoh agar kita hanya fokus pada strong supporter dan hanya menggaet soft supporter, dan ini hanya mengecoh kelompok pemilih tertentu untuk menahan kelompok loyal," tuturnya.
(maf)