Tokoh Pejuang Sayidiman Titipkan Masyarakat Pancasila untuk Jokowi-JK
A
A
A
JAKARTA - Tokoh perang masa kemerdekaan Letjen (purn) Sayidiman Suryohadiprojo memberikan buku yang ditulisnya, berjudul Masyarakat Pancasila, kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Sedianya, buku itu akan diserahkan kepada Jusuf Kalla dalam kegiatan “Buka Tahun Baru Bersama Ke-14 Tahun 2019” yang digelar Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Gedung Dwi Warna Lemhanas RI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Jumat malam (25/1).
Namun, karena Wapres Jusuf Kalla berhalangan hadir, maka Sayidiman menyatakan hendak menitipkan buku tersebut kepada dua wartawan yang masing-masing mewakili Jokowi dan JK. Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Tri Agung Kristanto, yang menjadi pembawa acara dalam kegiatan itu lantas memanggil dua wartawan, Teguh Santosa dan Algooth Putranto.
Teguh didaulat mewakili Jokowi, sementara Algooth mewakili JK. Sebelum menyerahkan buku itu, Sayidiman yang lahir di Bojonegoro pada 21 September 1927 itu menyampaikan keprihatinan dan kekhawatirannya melihat perjalanan bangsa sejauh ini.
“Bisa jadi ini buku terakhir saya. Saya ingin mengatakan sesuatu dengan buku ini. Kita belum juga mencapai apa yang sudah kita cita-citakan ketika kemerdekaan negara ini diproklamasikan,” ujar mantan Gubernur Lemhanas 1974-1978 ini.
Sayidiman mengingatkan bahwa dulu Indonesia lebih maju dari Korea Selatan. Tetapi kini Indonesia harus menerima kenyataan bahwa Korea Selatan telah lebih maju. “Dan bisa-bisa kita akan dilampaui oleh Vietnam,” ujar mantan Dubes RI untuk Jepang ini.
Sayidiman yang pernah menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dari tahun 1990 hingga 1995 ini kembali mengingatkan betapa persatuan nasional dibutuhkan agar Indonesia benar-benar mengisi kemerdekaan dengan pembangunan.
Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) pada tahun 2012 hingga 2097 ini mengatakan, tidak ada manusia yang sempurna. “Semua orang memiliki kehebatan, dan semua orang memiliki kekurangan. Karena itulah kita harus bersatu,” ujar Sayidiman denga suara tetap menggelegar meski usia telah mencapai 91 tahun di hadapan lebih dari 200 wartawan Katolik yang hadir di situ.
Buku Masyarakat Pancasila yang diterbitkan oleh Penerbit Altheras ini ditulis Sayidiman tahun lalu di tengah kegelisahan yang kini menghantuinya. “Saya titipkan buku ini agar disampaikan kepada Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla,” kata dia lagi.
Dua tokoh wanita yakni mantan Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid dan pengusaha kosmetik Martha Tilaar, juga hadir menrima penghargaan dari PWKI. Ibu Sinta Nuriyah Wahid, ketika diminta pesan apa untuk PWKI, dengan lugas mengatakan agar wartawan jujur dalam menyampaian informasi.
Di masa seperti ini, di mana berita hoaks hampir sulit dibendung, wartawan harus memberikan informasi yang jujur. "Wartawan harus jujur menyampaikan berita. Yang benar harus dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah," tuturnya disambut tepuk tangan para wartawan.
Selain mereka bertiga, tokoh-tokoh senior lain yang menerima tropi kehormatan dari PWKI adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif, mantan Rais Syuriah PBNU Ahmad Mustofa Bisri, dan tokoh Katolik, Harry Tjan Silalahi.
Sebelum didaulat “mewakili” Presiden Jokowi, wartawan senior dan Pemimpin Umum RMOL Network Teguh Santosa juga diminta panitia untuk menyerahkan tropi kehormatan kepada tokoh Katolik yang juga tokoh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Hary Tjan Silalahi. Karena berhalangan hadir, Hary Tjan Silalahi diwakili peneliti senior CSIS, J. Kristiadi.
Sedianya, buku itu akan diserahkan kepada Jusuf Kalla dalam kegiatan “Buka Tahun Baru Bersama Ke-14 Tahun 2019” yang digelar Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Gedung Dwi Warna Lemhanas RI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta, Jumat malam (25/1).
Namun, karena Wapres Jusuf Kalla berhalangan hadir, maka Sayidiman menyatakan hendak menitipkan buku tersebut kepada dua wartawan yang masing-masing mewakili Jokowi dan JK. Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Tri Agung Kristanto, yang menjadi pembawa acara dalam kegiatan itu lantas memanggil dua wartawan, Teguh Santosa dan Algooth Putranto.
Teguh didaulat mewakili Jokowi, sementara Algooth mewakili JK. Sebelum menyerahkan buku itu, Sayidiman yang lahir di Bojonegoro pada 21 September 1927 itu menyampaikan keprihatinan dan kekhawatirannya melihat perjalanan bangsa sejauh ini.
“Bisa jadi ini buku terakhir saya. Saya ingin mengatakan sesuatu dengan buku ini. Kita belum juga mencapai apa yang sudah kita cita-citakan ketika kemerdekaan negara ini diproklamasikan,” ujar mantan Gubernur Lemhanas 1974-1978 ini.
Sayidiman mengingatkan bahwa dulu Indonesia lebih maju dari Korea Selatan. Tetapi kini Indonesia harus menerima kenyataan bahwa Korea Selatan telah lebih maju. “Dan bisa-bisa kita akan dilampaui oleh Vietnam,” ujar mantan Dubes RI untuk Jepang ini.
Sayidiman yang pernah menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dari tahun 1990 hingga 1995 ini kembali mengingatkan betapa persatuan nasional dibutuhkan agar Indonesia benar-benar mengisi kemerdekaan dengan pembangunan.
Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) pada tahun 2012 hingga 2097 ini mengatakan, tidak ada manusia yang sempurna. “Semua orang memiliki kehebatan, dan semua orang memiliki kekurangan. Karena itulah kita harus bersatu,” ujar Sayidiman denga suara tetap menggelegar meski usia telah mencapai 91 tahun di hadapan lebih dari 200 wartawan Katolik yang hadir di situ.
Buku Masyarakat Pancasila yang diterbitkan oleh Penerbit Altheras ini ditulis Sayidiman tahun lalu di tengah kegelisahan yang kini menghantuinya. “Saya titipkan buku ini agar disampaikan kepada Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla,” kata dia lagi.
Dua tokoh wanita yakni mantan Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid dan pengusaha kosmetik Martha Tilaar, juga hadir menrima penghargaan dari PWKI. Ibu Sinta Nuriyah Wahid, ketika diminta pesan apa untuk PWKI, dengan lugas mengatakan agar wartawan jujur dalam menyampaian informasi.
Di masa seperti ini, di mana berita hoaks hampir sulit dibendung, wartawan harus memberikan informasi yang jujur. "Wartawan harus jujur menyampaikan berita. Yang benar harus dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah," tuturnya disambut tepuk tangan para wartawan.
Selain mereka bertiga, tokoh-tokoh senior lain yang menerima tropi kehormatan dari PWKI adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif, mantan Rais Syuriah PBNU Ahmad Mustofa Bisri, dan tokoh Katolik, Harry Tjan Silalahi.
Sebelum didaulat “mewakili” Presiden Jokowi, wartawan senior dan Pemimpin Umum RMOL Network Teguh Santosa juga diminta panitia untuk menyerahkan tropi kehormatan kepada tokoh Katolik yang juga tokoh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Hary Tjan Silalahi. Karena berhalangan hadir, Hary Tjan Silalahi diwakili peneliti senior CSIS, J. Kristiadi.
(don)