Kampus Ditantang Berani Gelar Debat Capres
A
A
A
JAKARTA - Belakangan ini muncul dukungan dan deklarasi berbagai kelompok atau komunitas alumni universitas atau perguruan tinggi ternama kepada calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilu 2019.
Tidak jarang kelompok atau komunitas alumni dari satu kampus yang sama tetapi punya pilihan capres-cawapres yang berbeda.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang juga alumni Universitas Indonesia (UI), Fahira Idris mengungkapkan perbedaan pilihan antarkelompok alumni hal wajar.
Agar dukungan terhadap capres menjadi sehat, Fahira menyarankan kampus untuk berani mengundang capres-cawapres untuk memaparkan visi-misi dan berdebat di hadapan sivitas akademika.
Sementara, untuk para kelompok atau komunitas alumni diminta mendorong capres/cawapres pilihannya berani berdebat di kampus.
“Saya kira sudah waktunya kampus tampil untuk menyehatkan diskursus publik terkait pilpres yang harus kita akui ‘agak kurang sehat’ ini. Salah satunya dengan menggelar debat capres/cawapres," tuturnya. (Baca juga: Hadiri Deklarasi Alumni UI, Jokowi: Jangan Sembarang Pilih Pemimpin )
Dia meminta alumni perguruan tinggi untuk mendorong capres untuk berani ‘diadili’ di kampus. "Beri pendidikan politik bagi rakyat. Jangan maunya cuma gelar acara yang isinya sorak sorai deklarasi, foto-foto, atau selfie-selfie saja,” tutur Fahira dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/1/2019).
Menurut Fahira, debat capres-cawapres di kampus boleh digelar dan tidak melanggar undang-undang selama digelar secara adil dan setara serta berkoordinasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Parameter adil dan setara artinya debat ini dihadiri kedua pasangan calon dan perdebatannya berkerangka ilmiah atau menyajikan analisis, data, dan fakta yang mendalam dan tentunya dibalut dengan rasionalitas.
Dia berpendapat debat capres-cawapres di kampus, sambung Fahira, akan menjadi pendidikan politik yang sangat baik bagi rakyat karena mereka akan melihat secara utuh siapa calon pemimpin yang menguasai persoalan bangsa saat ini dan ke depan serta mempunyai formulasi solusinya.
Dia berharap kampus tergerak untuk menyehatkan diskursus publik. Jangan terus "menjauhkan diri" dari hiruk pikuk pilpres ini.
Sebagai tempat bersemainya pikiran dan tempat berkumpulnya para ahli di berbagai bidang, kata dia, kampus pasti mampu menggelar debat berkualitas bahkan bisa lebih bagus dari debat yang digelar KPU.
"Tinggal kita lihat capres-cawapres mana yang berani debat di kampus, mana yang menolak. Jangan maunya didukung alumni tetapi debat di kampus tidak berani,” tutur Fahira. (Baca juga: JK Minta Alumni Jangan Bawa Nama Kampus untuk Dukung Capres )
Tidak jarang kelompok atau komunitas alumni dari satu kampus yang sama tetapi punya pilihan capres-cawapres yang berbeda.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang juga alumni Universitas Indonesia (UI), Fahira Idris mengungkapkan perbedaan pilihan antarkelompok alumni hal wajar.
Agar dukungan terhadap capres menjadi sehat, Fahira menyarankan kampus untuk berani mengundang capres-cawapres untuk memaparkan visi-misi dan berdebat di hadapan sivitas akademika.
Sementara, untuk para kelompok atau komunitas alumni diminta mendorong capres/cawapres pilihannya berani berdebat di kampus.
“Saya kira sudah waktunya kampus tampil untuk menyehatkan diskursus publik terkait pilpres yang harus kita akui ‘agak kurang sehat’ ini. Salah satunya dengan menggelar debat capres/cawapres," tuturnya. (Baca juga: Hadiri Deklarasi Alumni UI, Jokowi: Jangan Sembarang Pilih Pemimpin )
Dia meminta alumni perguruan tinggi untuk mendorong capres untuk berani ‘diadili’ di kampus. "Beri pendidikan politik bagi rakyat. Jangan maunya cuma gelar acara yang isinya sorak sorai deklarasi, foto-foto, atau selfie-selfie saja,” tutur Fahira dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/1/2019).
Menurut Fahira, debat capres-cawapres di kampus boleh digelar dan tidak melanggar undang-undang selama digelar secara adil dan setara serta berkoordinasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Parameter adil dan setara artinya debat ini dihadiri kedua pasangan calon dan perdebatannya berkerangka ilmiah atau menyajikan analisis, data, dan fakta yang mendalam dan tentunya dibalut dengan rasionalitas.
Dia berpendapat debat capres-cawapres di kampus, sambung Fahira, akan menjadi pendidikan politik yang sangat baik bagi rakyat karena mereka akan melihat secara utuh siapa calon pemimpin yang menguasai persoalan bangsa saat ini dan ke depan serta mempunyai formulasi solusinya.
Dia berharap kampus tergerak untuk menyehatkan diskursus publik. Jangan terus "menjauhkan diri" dari hiruk pikuk pilpres ini.
Sebagai tempat bersemainya pikiran dan tempat berkumpulnya para ahli di berbagai bidang, kata dia, kampus pasti mampu menggelar debat berkualitas bahkan bisa lebih bagus dari debat yang digelar KPU.
"Tinggal kita lihat capres-cawapres mana yang berani debat di kampus, mana yang menolak. Jangan maunya didukung alumni tetapi debat di kampus tidak berani,” tutur Fahira. (Baca juga: JK Minta Alumni Jangan Bawa Nama Kampus untuk Dukung Capres )
(dam)