Ketua KPU: Kompetisi Pilpres Sangat Ketat
A
A
A
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman menyampaikan sejumlah persoalan yang dihadapi lembaganya dalam menyiapkan Pemilu serentak 2019.
Berbagai persoalan dan persiapan KPU disampaikan Arief saat berbicara dalam Round Table Discussion Pemilu Cerdas Tanpa Baper: Berbeda Pilihan Itu Biasa yang digelar KORAN SINDO dan SINDOnews. com.
Dalam acara yang digelar di Gedung SINDO, Kamis (10/1/2019) juga diluncurkan kanal Pemilu Serentak 2019 di SINDOnews.com
Sebelum mengungkap "serangan bertubi-tubi" yang dialami KPU, Arief terlebih dahulu menyampaikan proses tahapan pemilu dan kontestasi pemilu yang diprediksinya akan ketat.
"Sejak awal saya sudah merasa kompetisinya kan sangat ketat. Kalau kompetisinya ketat, ini tahapannya sangat rumit," uja Arief.
Dia memprediksi kontestasi Pilpres 2019 akan berlangsung sengit karena kembali diikuti dua pasang calon.
Dalam hal ini, Arief mengaku memulai dari proses pembahasan UU Pemilu yang dianggapnya terlambat. Arief mengatakan jika pada pemilu 2014, UU sudah diundangkan jauh-jauh hari, Pemilu 2019 disebutnya UU ditetapkan sehari sebelum tahapan pemilu dimulai.
"Nah sejak saat itu kami sudah merasaini ada bibit-bibitnya," kata Arief.
Selanjutnya, persoalan dan serangan terus dialami lembaganya dari mulai masalah daftar pemilih tetap (DPT), kotak surat suara sampai dengan yang terbaru munculnya kasus 7 kontainer surat suara yang tercoblos yang ternyata hoaks.
"Jadi judulnya secara mental kami (penyelenggra pemilu) sudah menyampaikan itu," tandasnya.
Berbagai persoalan dan persiapan KPU disampaikan Arief saat berbicara dalam Round Table Discussion Pemilu Cerdas Tanpa Baper: Berbeda Pilihan Itu Biasa yang digelar KORAN SINDO dan SINDOnews. com.
Dalam acara yang digelar di Gedung SINDO, Kamis (10/1/2019) juga diluncurkan kanal Pemilu Serentak 2019 di SINDOnews.com
Sebelum mengungkap "serangan bertubi-tubi" yang dialami KPU, Arief terlebih dahulu menyampaikan proses tahapan pemilu dan kontestasi pemilu yang diprediksinya akan ketat.
"Sejak awal saya sudah merasa kompetisinya kan sangat ketat. Kalau kompetisinya ketat, ini tahapannya sangat rumit," uja Arief.
Dia memprediksi kontestasi Pilpres 2019 akan berlangsung sengit karena kembali diikuti dua pasang calon.
Dalam hal ini, Arief mengaku memulai dari proses pembahasan UU Pemilu yang dianggapnya terlambat. Arief mengatakan jika pada pemilu 2014, UU sudah diundangkan jauh-jauh hari, Pemilu 2019 disebutnya UU ditetapkan sehari sebelum tahapan pemilu dimulai.
"Nah sejak saat itu kami sudah merasaini ada bibit-bibitnya," kata Arief.
Selanjutnya, persoalan dan serangan terus dialami lembaganya dari mulai masalah daftar pemilih tetap (DPT), kotak surat suara sampai dengan yang terbaru munculnya kasus 7 kontainer surat suara yang tercoblos yang ternyata hoaks.
"Jadi judulnya secara mental kami (penyelenggra pemilu) sudah menyampaikan itu," tandasnya.
(dam)