Politikus Demokrat Bandingkan Debat Capres dengan Kontes Kecantikan
A
A
A
JAKARTA - Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan daftar pertanyaan debat calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) kepada kedua pasangan kandidat
menuai kontroversi.
Ada yang setuju dengan format tersebut, adapula yang mengkritik. Perdebatan itu ramai di media sosial (medsos) Twitter.
"Waduh masa kalah dengan kontes Putri Indonesia dan Miss Universe, yang pertanyaannya rahasia tertutup rapat dalam amplop. Ini untuk calon presiden dengan jumlah penduduk 260 juta. Piye KPU? Jangan buat kebijakan yang buat malu! Para capres juga berani nolak dong. Gengsi dong!" tulis politikus Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin melalui akun Twitternya, @didi_irawadi, Minggu 6 Januari 2019.
Komentar itu disampaikan Didi menanggapi cuitan ekonom Rizal Ramli yang menilai pemberian pertanyaan sebelum debat sebagai suatu kemunduran.
"Pada tahun 1978, Pemilihan Ketua Dewan Mahasiswa ITB dilakukan secara demokratis dan langsung, tidak bertahap seperti biasanya (pilih senator dulu baru Ketua DM). Ada seri debat yang seru. Ini kok KPU mau buat demokrasi mundur dengan bocorkan materi debat. Quo vadis KPU ?" cuit mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini. (Baca juga: Soal Kisi-kisi Debat Capres-Cawapres 2019, Ma'ruf Amin Merasa Dimudahkan )
Sementara itu, mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Said Didu menyarankan lebih baik menyaksikan rekaman debat capres 2014, ketimbang menonton debat capres yang pertanyaannya lebih dahulu disodorkan kepada kandidat.
"Kalau debat capres 2019 tidak lagi paparkan visi/misi dan pertanyaan dibocorkan dulu mungkin sebaiknya bikin acara nobar dan siaran ulang debat capres 2014 yang lalu agar rakyat makin tercerahkan," kata Said Didu, Minggu 6 Januari 2019.
menuai kontroversi.
Ada yang setuju dengan format tersebut, adapula yang mengkritik. Perdebatan itu ramai di media sosial (medsos) Twitter.
"Waduh masa kalah dengan kontes Putri Indonesia dan Miss Universe, yang pertanyaannya rahasia tertutup rapat dalam amplop. Ini untuk calon presiden dengan jumlah penduduk 260 juta. Piye KPU? Jangan buat kebijakan yang buat malu! Para capres juga berani nolak dong. Gengsi dong!" tulis politikus Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin melalui akun Twitternya, @didi_irawadi, Minggu 6 Januari 2019.
Komentar itu disampaikan Didi menanggapi cuitan ekonom Rizal Ramli yang menilai pemberian pertanyaan sebelum debat sebagai suatu kemunduran.
"Pada tahun 1978, Pemilihan Ketua Dewan Mahasiswa ITB dilakukan secara demokratis dan langsung, tidak bertahap seperti biasanya (pilih senator dulu baru Ketua DM). Ada seri debat yang seru. Ini kok KPU mau buat demokrasi mundur dengan bocorkan materi debat. Quo vadis KPU ?" cuit mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini. (Baca juga: Soal Kisi-kisi Debat Capres-Cawapres 2019, Ma'ruf Amin Merasa Dimudahkan )
Sementara itu, mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Said Didu menyarankan lebih baik menyaksikan rekaman debat capres 2014, ketimbang menonton debat capres yang pertanyaannya lebih dahulu disodorkan kepada kandidat.
"Kalau debat capres 2019 tidak lagi paparkan visi/misi dan pertanyaan dibocorkan dulu mungkin sebaiknya bikin acara nobar dan siaran ulang debat capres 2014 yang lalu agar rakyat makin tercerahkan," kata Said Didu, Minggu 6 Januari 2019.
(dam)