Pertanyaan Terbuka Debat Capres Dinilai Kemunduran Demokrasi
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago turut mengomentari diberikannya pertanyaan terbuka yang akan diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) kepada kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) seminggu sebelum debat Pilpres 2019.
Menurutnya setiap debat presiden di negara manapun jarang ada pertanyaan terbuka, ada kisi-kisi untuk menjawab pertanyaan. Bahkan, kata Pangi, di negara Amerika Serikat saja bila ada yang membocorkan pertanyaan debat hal itu pelanggaran berat.
"Karena capres dan cawapres kita punya jam terbang dan punya track record, masa capres enggak punya kapasitas menjawab pertanyaan yang dilemparkan moderator. Hanya ada dua pasang capres dan cawapres kita dari 260 juta. Artinya mereka itu tentu manusia Indonesia yang terbaik," ujar Pangi saat dihubungi SINDOnews, Minggu (6/1/2019).
Padahal, lanjut Pangi, justru roh debat ada pada daftar pertanyaan. Karena publik bisa melihat secara rasional kemampuan masing-masing capres menjawab pertanyaan yang dilemparkan moderator atau panelis dalam debat. (Baca: Pertanyaan Akan Dikirim ke Paslon Seminggu Sebelum Debat)
"Kalau pertanyaan sudah jelas, nanti capres jawabannya seperti hafalan, waduh berat kualitas debat kita. Dan semakin tahu kita kapasitas dan kapabilitas calon presiden lewat debat, sehingga undecided dan swing voter bisa menyusut," jelasnya.
Pangi juga menilai bahwa pemberian pertanyaan terbuka kepada kedua pasangan calon merupakan kemunduran demokrasi. Dirinya pun mempersepsikan bahwa debat Pilpres 2019 nanti seperti menjual kecap bagi masing-masing pasangan calon.
"Jual kecap itu debat yang hanya mempromosikan jualan masing-masing, sehingga debat enggak berkualitas. Padahal debat itu enggak boleh formalitas, lebih cair sehingga terbuka lebar rongga adu otak capres dan cawapres, narasi lebih dalam dan punya sentuhan bagaimana menyelesaikan kegelisahan dan ketakutan masyarakat," jelas Pangi.
Selain itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini menyebut dalam debat Pilpres 2019, tidak perlu membutuhkan tim sukses yang hadir ramai-ramai dalam mendukung pasangannya masing-masing. Karena menurut Pangi debat capres-cawapres akan lebih berkualitas tanpa adanya tim sukses.
"Saya pikir debat itu biar saja Pak Jokowi dan Pak Prabowo, enggak usah ada tim sukses, justru membuat debat tak berkualitas karena sibuk dengan tepuk tangan dan mengatur aturan main selama debat diselenggarakan," tutupnya.
Menurutnya setiap debat presiden di negara manapun jarang ada pertanyaan terbuka, ada kisi-kisi untuk menjawab pertanyaan. Bahkan, kata Pangi, di negara Amerika Serikat saja bila ada yang membocorkan pertanyaan debat hal itu pelanggaran berat.
"Karena capres dan cawapres kita punya jam terbang dan punya track record, masa capres enggak punya kapasitas menjawab pertanyaan yang dilemparkan moderator. Hanya ada dua pasang capres dan cawapres kita dari 260 juta. Artinya mereka itu tentu manusia Indonesia yang terbaik," ujar Pangi saat dihubungi SINDOnews, Minggu (6/1/2019).
Padahal, lanjut Pangi, justru roh debat ada pada daftar pertanyaan. Karena publik bisa melihat secara rasional kemampuan masing-masing capres menjawab pertanyaan yang dilemparkan moderator atau panelis dalam debat. (Baca: Pertanyaan Akan Dikirim ke Paslon Seminggu Sebelum Debat)
"Kalau pertanyaan sudah jelas, nanti capres jawabannya seperti hafalan, waduh berat kualitas debat kita. Dan semakin tahu kita kapasitas dan kapabilitas calon presiden lewat debat, sehingga undecided dan swing voter bisa menyusut," jelasnya.
Pangi juga menilai bahwa pemberian pertanyaan terbuka kepada kedua pasangan calon merupakan kemunduran demokrasi. Dirinya pun mempersepsikan bahwa debat Pilpres 2019 nanti seperti menjual kecap bagi masing-masing pasangan calon.
"Jual kecap itu debat yang hanya mempromosikan jualan masing-masing, sehingga debat enggak berkualitas. Padahal debat itu enggak boleh formalitas, lebih cair sehingga terbuka lebar rongga adu otak capres dan cawapres, narasi lebih dalam dan punya sentuhan bagaimana menyelesaikan kegelisahan dan ketakutan masyarakat," jelas Pangi.
Selain itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini menyebut dalam debat Pilpres 2019, tidak perlu membutuhkan tim sukses yang hadir ramai-ramai dalam mendukung pasangannya masing-masing. Karena menurut Pangi debat capres-cawapres akan lebih berkualitas tanpa adanya tim sukses.
"Saya pikir debat itu biar saja Pak Jokowi dan Pak Prabowo, enggak usah ada tim sukses, justru membuat debat tak berkualitas karena sibuk dengan tepuk tangan dan mengatur aturan main selama debat diselenggarakan," tutupnya.
(kri)