Hanura Kritik Program Aksi Ekonomi Pasangan Prabowo-Sandi
A
A
A
JAKARTA - Visi-misi pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno soal program aksi ekonomi Nomor 29 mendapat kritik dari Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR, Inas N Zubir. Adapun bunyi program Nomor 29 tersebuat adalah 'Mendirikan kilang minyak bumi, pabrik etanol, serta infrastruktur terminal penerima gas dan jaringan transmisi/distribusi gas baik oleh BUMN atau swasta'.
"Dari visi-misi tersebut, terbaca bahwa Prabowo buta terhadap perkembangan negerinya sendiri sehingga dia berangan-angan untuk mendirikan kilang minyak bumi di Indonesia. Padahal kilang minyak yang diangan-angankan oleh Prabowo tersebut sedang dipersiapkan untuk dibangun oleh Pertamina bahkan sudah ada juga kilang lama yang sedang direvitalisasi," ujarnya kepada SINDOnews, Selasa (27/11/2018).
Menurutnya, program pembangunan kilang Pertamina tersebut adalah program Grass Root Refinery (GRR) di Tuban dan Bontang, yakni program kilang yang dibangun seluruhnya baru dan empat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yakni proyek pengembangan di kilang Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Dumai.
Selain itu, Inas menilai Prabowo ternyata juga tidak paham bahwa pembangunan jaringan transmisi/distribusi gas yang diserahkan kepada BUMN dan swasta seperti dalam visi-misinya tersebut adalah praktik neolib yang berasal dari UU Migas Nomor 21 tahun 2001. Lanjut dia, itu yang menjadi salah satu penyebab mahalnya harga gas alam yang membebani masyarakat pada saat ini.
"Tapi oleh Prabowo malahan dijadikan program aksi dalam visi-misinya," tandasnya.
Dia menambahkan, yang sangat menarik juga dari program aksi Nomor 29 ini adalah tentang pabrik ethanol yang disinyalir akan menggunakan raw materialnya adalah pohon aren. Dimana adik kandung Prabowo Subianto, yakni Hashim Djojohadikusumo telah menjalankan dan menguasai perkebunan aren terbesar di Indonesia seluas 173 ribu hektar.
"Jika Prabowo menjadi Presiden, maka rakyat akan dipaksa menggunakan ethanol sebagai pengganti bensin premium, dan tentunya akan menambah tebal pundi-pundi keluarganya," tutupnya.
"Dari visi-misi tersebut, terbaca bahwa Prabowo buta terhadap perkembangan negerinya sendiri sehingga dia berangan-angan untuk mendirikan kilang minyak bumi di Indonesia. Padahal kilang minyak yang diangan-angankan oleh Prabowo tersebut sedang dipersiapkan untuk dibangun oleh Pertamina bahkan sudah ada juga kilang lama yang sedang direvitalisasi," ujarnya kepada SINDOnews, Selasa (27/11/2018).
Menurutnya, program pembangunan kilang Pertamina tersebut adalah program Grass Root Refinery (GRR) di Tuban dan Bontang, yakni program kilang yang dibangun seluruhnya baru dan empat proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yakni proyek pengembangan di kilang Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Dumai.
Selain itu, Inas menilai Prabowo ternyata juga tidak paham bahwa pembangunan jaringan transmisi/distribusi gas yang diserahkan kepada BUMN dan swasta seperti dalam visi-misinya tersebut adalah praktik neolib yang berasal dari UU Migas Nomor 21 tahun 2001. Lanjut dia, itu yang menjadi salah satu penyebab mahalnya harga gas alam yang membebani masyarakat pada saat ini.
"Tapi oleh Prabowo malahan dijadikan program aksi dalam visi-misinya," tandasnya.
Dia menambahkan, yang sangat menarik juga dari program aksi Nomor 29 ini adalah tentang pabrik ethanol yang disinyalir akan menggunakan raw materialnya adalah pohon aren. Dimana adik kandung Prabowo Subianto, yakni Hashim Djojohadikusumo telah menjalankan dan menguasai perkebunan aren terbesar di Indonesia seluas 173 ribu hektar.
"Jika Prabowo menjadi Presiden, maka rakyat akan dipaksa menggunakan ethanol sebagai pengganti bensin premium, dan tentunya akan menambah tebal pundi-pundi keluarganya," tutupnya.
(kri)