Prabowo Akan Berbicara di Forum The Economist World in 2019
A
A
A
JAKARTA - Malam nanti, calon presiden Prabowo Subianto menghadiri acara the Economist World in 2019 Gala Dinner di Singapura.
Meghadiri acara tersebut merupakan bagian dari kegiatan Prabowo Subianto selama dua hari di Singapura.
Kemarin, Prabowo bertemu dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Prabowo mengakui banyak yang dibicarakannya bersama Lee Hsien Loong kemarin.
Salah satunya adalah mengenai kebijakan ekonomi yang akan Prabowo Subianto sampaikan pada acara the Economist World in 2019 Gala Dinner malam ini.
Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan, The Economist adalah majalah ekonomi paling ternama di dunia. Menurut dia, majalah tersebut menjadi bacaan banyak pemimpin dunia.
Karena, lanjut dia, majalah itu mengulas tentang tantangan-tantangan penting bukan hanya di tingkat negara, tapi juga tingkat dunia.
Apalagi, kata Prabowo, The Economist juga kerap membahas sejumlah tantangan besar para pemimpin negara dan dunia seperti ketersediaan pangan, air dan energi.
"Saya sampaikan ke PM Lee, saya maju di pemilihan presiden ini karena saya yakin, dengan strategi dorongan besar saya dan Sandiaga Salahuddin Uno, Indonesia dapat jadi negara yang ekspor energi, pangan, air, bukan importir," kata Prabowo dalam keterangan persnya, Selasa (27/11/2018).
Mantan Danjen Kopassus itu mengatakan, banyak cara yang bisa dilakukan Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negaranya. Salah satunya menerapkan ilmu-ilmu baru yang fokus pada keunggulan strategis bangsa Indonesia.
"Caranya? Dengan industrialisasi, dengan digitalisasi, dengan menerapkan ilmu-ilmu baru, dengan fokus di apa yang jadi keunggulan strategis kita. Dengan begitu bisa kontribusi untuk atasi masalah dunia," kata putra begawan ekonomi Indonesia Soemitro Djojohadikusumo itu.
Prabowo berjanji akan melakukan kerja sama teknologi dan ilmu pengetahuan, baik dengan Singapura maupun negara-negara lainnya jika terpilih sebagai presiden periode 2019-2024 mendatang.
Indonesia diyakininya bisa menjadi negara sahabat yang strategis bagi negara-negara lain, dan bukan hanya sebagai negara importir, melainkan eksportir produk produk unggulan dan strategis lainnya.
"Untuk itu Indonesia perlu jalin kerja sama teknologi, ilmu pengetahuan dengan Singapura dan negara-negara lain yang sudah maju industrinya, sudah lebih unggul litbangnya," tuturnya.
Meghadiri acara tersebut merupakan bagian dari kegiatan Prabowo Subianto selama dua hari di Singapura.
Kemarin, Prabowo bertemu dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Prabowo mengakui banyak yang dibicarakannya bersama Lee Hsien Loong kemarin.
Salah satunya adalah mengenai kebijakan ekonomi yang akan Prabowo Subianto sampaikan pada acara the Economist World in 2019 Gala Dinner malam ini.
Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan, The Economist adalah majalah ekonomi paling ternama di dunia. Menurut dia, majalah tersebut menjadi bacaan banyak pemimpin dunia.
Karena, lanjut dia, majalah itu mengulas tentang tantangan-tantangan penting bukan hanya di tingkat negara, tapi juga tingkat dunia.
Apalagi, kata Prabowo, The Economist juga kerap membahas sejumlah tantangan besar para pemimpin negara dan dunia seperti ketersediaan pangan, air dan energi.
"Saya sampaikan ke PM Lee, saya maju di pemilihan presiden ini karena saya yakin, dengan strategi dorongan besar saya dan Sandiaga Salahuddin Uno, Indonesia dapat jadi negara yang ekspor energi, pangan, air, bukan importir," kata Prabowo dalam keterangan persnya, Selasa (27/11/2018).
Mantan Danjen Kopassus itu mengatakan, banyak cara yang bisa dilakukan Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negaranya. Salah satunya menerapkan ilmu-ilmu baru yang fokus pada keunggulan strategis bangsa Indonesia.
"Caranya? Dengan industrialisasi, dengan digitalisasi, dengan menerapkan ilmu-ilmu baru, dengan fokus di apa yang jadi keunggulan strategis kita. Dengan begitu bisa kontribusi untuk atasi masalah dunia," kata putra begawan ekonomi Indonesia Soemitro Djojohadikusumo itu.
Prabowo berjanji akan melakukan kerja sama teknologi dan ilmu pengetahuan, baik dengan Singapura maupun negara-negara lainnya jika terpilih sebagai presiden periode 2019-2024 mendatang.
Indonesia diyakininya bisa menjadi negara sahabat yang strategis bagi negara-negara lain, dan bukan hanya sebagai negara importir, melainkan eksportir produk produk unggulan dan strategis lainnya.
"Untuk itu Indonesia perlu jalin kerja sama teknologi, ilmu pengetahuan dengan Singapura dan negara-negara lain yang sudah maju industrinya, sudah lebih unggul litbangnya," tuturnya.
(dam)