Wakasal dan Pangkoarmada II Jadi Warga Kehormatan Manusia Katak
A
A
A
SURABAYA - Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmada II gelar Upacara Penyematan Brevet Kehormatan “Manusia Katak“ kepada Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksdya TNI Wuspo Lukito dan Panglima Koarmada II Laksda TNI Mintoro Yulianto yang dihelat di Indoorsport Koarmada II, Ujung, Surabaya, Jumat (23/11/2018).
Upacara penyematan brevet kehormatan Manusia Katak dilaksanakan oleh Komandan Satkopaska Koarmada II Kolonel Laut (T) Ariyadi sebagai wujud penghargaan tertinggi dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL atau yang biasa disebut “Frogman” ini kepada Wakasal dan Pangkoarmada II yang telah memberikan dharma bakti dan sumbangsih berupa pikiran, tenaga, dukungan, rasa simpatik dan moril, untuk perkembangan dan kemajuan Kopaska TNI AL di masa lalu saat ini dan masa yang akan datang.
Brevet sendiri bagi seorang prajurit memiliki makna sebagai suatu tanda kecakapan dan kemampuan yang diberikan kepada prajurit yang memiliki kemampuan spesialisasi khusus dengan menempuh pendidikan dan sekolah dalam kurun waktu tertentu.
Sementara penyematan brevet kehormatan Manusia Katak kepada perwira tinggi di lingkungan TNI AL merupakan salah satu agenda Kopaska TNI AL melalui sebuah upacara tradisi khas.
Sebelum upacara tradisi khas dilaksanakan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan lebih dahulu yakni rangkaian Raid Demolisi berupa Small Boat Operation, Swamp Operation, Penghadangan, Sniper Markmanship, dan peledakan dengan TNT 5 Kg (Raid Demolisi).
Sementara itu, Wakasal Laksdya TNI Wuspo Lukito dalam amanatnya mengungkapkan apresiasi yang tinggi terhadap prajurit Kopaska atas dedikasi tinggi mereka terhadap TNI AL, bangsa dan negara.
Hal itu menurut Wuspo-sapaan akrab Wakasal, para prajurit Kopaska telah melalui berbagai persyaratan maupun tes khusus untuk menjadi seorang Frogman. Di antaranya mulai dari tes psikologi, kesehatan, kesamaptaan, keterampilan dan keberanian fisik dan moral yang tinggi guna mencapai keberhasilan tugas, khususnya dalam melaksanakan misi-misi khusus yang mengandung risiko tinggi.
“Salut kepada prajurit yang telah menempuh latihan dan pendidikan selama lebih dari satu tahun untuk menjadi seorang prajurit Kopaska sejati. Saya yakin tidak semua prajurit TNI AL mampu menjalani pendidikan Kopaska yang terkenal keras, penuh tantangan, dan menguras tenaga serta pikiran tersebut,” terang jenderal dengan tiga bintang di pundak tersebut.
Lebih lanjut, Wuspo berharap ke depannya nanti prajurit Kopaska harus memiliki dan senantiasa menjaga kesiapan tempur yang tinggi, termasuk di dalamnya kesiapan personel, material, dan tingkat pelatihan. Termasuk prosedur teknis dan taktis tempur yang handal agar dapat menjawab setiap bentuk ancaman dan tantangan yang semakin kompleks.
Saat ini Kopaska terbagi menjadi Satuan Komando Pasukan Katak Armada I di Pondok Dayung, Jakarta Utara dan Satuan Komando Pasukan Katak Armada II di Ujung, Surabaya. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan amfibi.
Semboyan dari korps ini adalah "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti "tak ada rintangan yang tak dapat diatasi". Korps ini secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia waktu itu Soekarno untuk membantunya dalam pengembalian Irian Barat.
Upacara penyematan brevet kehormatan Manusia Katak dilaksanakan oleh Komandan Satkopaska Koarmada II Kolonel Laut (T) Ariyadi sebagai wujud penghargaan tertinggi dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL atau yang biasa disebut “Frogman” ini kepada Wakasal dan Pangkoarmada II yang telah memberikan dharma bakti dan sumbangsih berupa pikiran, tenaga, dukungan, rasa simpatik dan moril, untuk perkembangan dan kemajuan Kopaska TNI AL di masa lalu saat ini dan masa yang akan datang.
Brevet sendiri bagi seorang prajurit memiliki makna sebagai suatu tanda kecakapan dan kemampuan yang diberikan kepada prajurit yang memiliki kemampuan spesialisasi khusus dengan menempuh pendidikan dan sekolah dalam kurun waktu tertentu.
Sementara penyematan brevet kehormatan Manusia Katak kepada perwira tinggi di lingkungan TNI AL merupakan salah satu agenda Kopaska TNI AL melalui sebuah upacara tradisi khas.
Sebelum upacara tradisi khas dilaksanakan ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan lebih dahulu yakni rangkaian Raid Demolisi berupa Small Boat Operation, Swamp Operation, Penghadangan, Sniper Markmanship, dan peledakan dengan TNT 5 Kg (Raid Demolisi).
Sementara itu, Wakasal Laksdya TNI Wuspo Lukito dalam amanatnya mengungkapkan apresiasi yang tinggi terhadap prajurit Kopaska atas dedikasi tinggi mereka terhadap TNI AL, bangsa dan negara.
Hal itu menurut Wuspo-sapaan akrab Wakasal, para prajurit Kopaska telah melalui berbagai persyaratan maupun tes khusus untuk menjadi seorang Frogman. Di antaranya mulai dari tes psikologi, kesehatan, kesamaptaan, keterampilan dan keberanian fisik dan moral yang tinggi guna mencapai keberhasilan tugas, khususnya dalam melaksanakan misi-misi khusus yang mengandung risiko tinggi.
“Salut kepada prajurit yang telah menempuh latihan dan pendidikan selama lebih dari satu tahun untuk menjadi seorang prajurit Kopaska sejati. Saya yakin tidak semua prajurit TNI AL mampu menjalani pendidikan Kopaska yang terkenal keras, penuh tantangan, dan menguras tenaga serta pikiran tersebut,” terang jenderal dengan tiga bintang di pundak tersebut.
Lebih lanjut, Wuspo berharap ke depannya nanti prajurit Kopaska harus memiliki dan senantiasa menjaga kesiapan tempur yang tinggi, termasuk di dalamnya kesiapan personel, material, dan tingkat pelatihan. Termasuk prosedur teknis dan taktis tempur yang handal agar dapat menjawab setiap bentuk ancaman dan tantangan yang semakin kompleks.
Saat ini Kopaska terbagi menjadi Satuan Komando Pasukan Katak Armada I di Pondok Dayung, Jakarta Utara dan Satuan Komando Pasukan Katak Armada II di Ujung, Surabaya. Tugas utama mereka adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan amfibi.
Semboyan dari korps ini adalah "Tan Hana Wighna Tan Sirna" yang berarti "tak ada rintangan yang tak dapat diatasi". Korps ini secara resmi didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Indonesia waktu itu Soekarno untuk membantunya dalam pengembalian Irian Barat.
(kri)