Lukisan Gua Tertua di Dunia Ada di Kalimantan Timur
A
A
A
JAKARTA - Tim penelitian internasional yang dipimpin arkeolog Indonesia berhasil menemukan lukisan figuratif berusia 40.000 tahun di Kalimantan Timur.
Lukisan yang disebut tertua di dunia ini akan diusulkan menjadi warisan budaya dunia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, lukisan figuratif yang setelah diuji dengan metode analisis uranium berusia 40.000 tahun ini sangat penting maknanya bagi Indonesia dan dunia.
Melalui penelitian ini, ujarnya, dunia akan mengetahui bahwa pada masa 40.000 tahun lalu sudah ada peradaban yang tinggi di wilayah Indonesia.
“Lukisan ini yang tertua di dunia dan ini sangat penting karena menunjukkan ada peradaban yang sangat tinggi. Kita akan teliti kembali dari aspek yang lebih luas,” tandas Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Mendikbud menyampaikan, Kemendikbud akan mengusulkan temuan gambar cadas tertua di dunia itu sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO. Dia optimistis lukisan tersebut bisa menjadi warisan dunia, sebab ini adalah temuan berskala internasional.
Muhadjir menyampaikan, pemerintah nantinya juga akan melibatkan lagi ahli-ahli arkeologi dari perguruan tinggi luar negeri yang sudah memiliki reputasi baik untuk melakukan kajian mendalam terhadap temuan ini.
Gambar cadas tertua di dunia ini yang diketahui penanggalan minimumnya adalah berusia 40.000 tahun dan merupakan gambar seekor hewan yang tidak teridentifikasi. Kemungkinan merupakan spesies banteng liar yang hingga kini masih ditemukan di pedalaman Kaltim.
Diketahui juga bahwa sejak 1990-an, gua-gua di semenanjung pegunungan karst itu memang telah ditemukan serangkaian gambar purba berupa gambar tangan manusia, simbol abstrak, dan moti-motif.
Spesialis gambar cadas dari Puslit Arkenas Adhi Agus Oktaviana mengatakan, selain gambar hewan yang sudah teridentifikasi berusia 40.000 tahun, ada kemungkinan gampar tapak tangan juga menunjukkan usia yang sama.
Co leader tim penelitian ini menerangkan adanya penemuan lukisan ini menunjukkan bahwa tradisi gambar cadas zaman Paleolitik pertama kali muncul di Kalimantan sekitar 52.000 dan 40.000 tahun lalu.
Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) I Made Geria mengatakan, kerja sama tim penelitian berskala internasional antara Puslit Arkenas, Griffith University, dan ITB berhasil menemukan lukisan figuratif tertua di dunia berusia 40.000 tahun di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat, Kaltim.
“Gua-gua di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat memang menyimpan potensi dan aset peradaban masa prasejarah, khususnya lukisan gua. Potensi ini harus dilihat sebagai modal budaya memajukan kekayaan budaya daerah dan Indonesia,” katanya.
Spesialis gambar cadas dari ITB Pindi Setiawan menyampaikan bahwa siapa seniman pada zaman es di Kalimantan dan apa yang telah terjadi pada mereka merupakan sebuah misteri.
Hasil penanggalan ini juga mengindikasikan bahwa terdapat perubahan besar pada budaya seni gambar cadas Kalimantan sekitar 20.000 tahun lalu. Hal itu ditunjukkan dengan adanya gaya baru dalam seni gambar cadas ketika iklim global pada zaman es mencapai tingkatan yang paling ekstrem.
Arkeolog dari Griffith University Adam Brumm mengatakan, penelitian yang dilakukan tim Indonesia dan Australia ini memberikan pandangan bahwa gambar cadas menyebar dari Kalimantan ke Sulawesi dan dunia-dunia baru lainnya di luar Eurasia.
Selanjutnya, muncul bersamaan dengan orang-orang pertama yang mengolonisasi Australia. Melalui penemuan gambar cadas inilah maka Eropa bukan lagi pusat perkembangan gambar cadas.
“Sekarang terlihat bahwa dua penemuan gambar cadas tertua muncul pada masa yang hampir bersamaan di ujung-ujung terjauh dan terpencil di zaman Paleolitik Eurasia. Satu di Indonesia dan satu lagi di Eropa yang merupakan dua ujung yang saling berseberangan pada zaman es,” katanya.
Lukisan yang disebut tertua di dunia ini akan diusulkan menjadi warisan budaya dunia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, lukisan figuratif yang setelah diuji dengan metode analisis uranium berusia 40.000 tahun ini sangat penting maknanya bagi Indonesia dan dunia.
Melalui penelitian ini, ujarnya, dunia akan mengetahui bahwa pada masa 40.000 tahun lalu sudah ada peradaban yang tinggi di wilayah Indonesia.
“Lukisan ini yang tertua di dunia dan ini sangat penting karena menunjukkan ada peradaban yang sangat tinggi. Kita akan teliti kembali dari aspek yang lebih luas,” tandas Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Mendikbud menyampaikan, Kemendikbud akan mengusulkan temuan gambar cadas tertua di dunia itu sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO. Dia optimistis lukisan tersebut bisa menjadi warisan dunia, sebab ini adalah temuan berskala internasional.
Muhadjir menyampaikan, pemerintah nantinya juga akan melibatkan lagi ahli-ahli arkeologi dari perguruan tinggi luar negeri yang sudah memiliki reputasi baik untuk melakukan kajian mendalam terhadap temuan ini.
Gambar cadas tertua di dunia ini yang diketahui penanggalan minimumnya adalah berusia 40.000 tahun dan merupakan gambar seekor hewan yang tidak teridentifikasi. Kemungkinan merupakan spesies banteng liar yang hingga kini masih ditemukan di pedalaman Kaltim.
Diketahui juga bahwa sejak 1990-an, gua-gua di semenanjung pegunungan karst itu memang telah ditemukan serangkaian gambar purba berupa gambar tangan manusia, simbol abstrak, dan moti-motif.
Spesialis gambar cadas dari Puslit Arkenas Adhi Agus Oktaviana mengatakan, selain gambar hewan yang sudah teridentifikasi berusia 40.000 tahun, ada kemungkinan gampar tapak tangan juga menunjukkan usia yang sama.
Co leader tim penelitian ini menerangkan adanya penemuan lukisan ini menunjukkan bahwa tradisi gambar cadas zaman Paleolitik pertama kali muncul di Kalimantan sekitar 52.000 dan 40.000 tahun lalu.
Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) I Made Geria mengatakan, kerja sama tim penelitian berskala internasional antara Puslit Arkenas, Griffith University, dan ITB berhasil menemukan lukisan figuratif tertua di dunia berusia 40.000 tahun di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat, Kaltim.
“Gua-gua di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat memang menyimpan potensi dan aset peradaban masa prasejarah, khususnya lukisan gua. Potensi ini harus dilihat sebagai modal budaya memajukan kekayaan budaya daerah dan Indonesia,” katanya.
Spesialis gambar cadas dari ITB Pindi Setiawan menyampaikan bahwa siapa seniman pada zaman es di Kalimantan dan apa yang telah terjadi pada mereka merupakan sebuah misteri.
Hasil penanggalan ini juga mengindikasikan bahwa terdapat perubahan besar pada budaya seni gambar cadas Kalimantan sekitar 20.000 tahun lalu. Hal itu ditunjukkan dengan adanya gaya baru dalam seni gambar cadas ketika iklim global pada zaman es mencapai tingkatan yang paling ekstrem.
Arkeolog dari Griffith University Adam Brumm mengatakan, penelitian yang dilakukan tim Indonesia dan Australia ini memberikan pandangan bahwa gambar cadas menyebar dari Kalimantan ke Sulawesi dan dunia-dunia baru lainnya di luar Eurasia.
Selanjutnya, muncul bersamaan dengan orang-orang pertama yang mengolonisasi Australia. Melalui penemuan gambar cadas inilah maka Eropa bukan lagi pusat perkembangan gambar cadas.
“Sekarang terlihat bahwa dua penemuan gambar cadas tertua muncul pada masa yang hampir bersamaan di ujung-ujung terjauh dan terpencil di zaman Paleolitik Eurasia. Satu di Indonesia dan satu lagi di Eropa yang merupakan dua ujung yang saling berseberangan pada zaman es,” katanya.
(don)