Jokowi Dianggap Belum Bisa Mencegah Ketegangan Antarkelompok
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo dianggap, masih belum berhasil sepenuhnya mencegah terjadinya ketegangan antarkelompok dan antaridentitas. Dan juga, pemanfaatan identitas agama dan identitas primordial seperti etnis juga masih terjadi.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menyampaikan bahwa kondisi yang memprihatinkan ini merupakan masalah turun temurun, yang memang sulit dituntaskan juga oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
"Komodifikasi agama, etnis, masih marak terjadi di berbagai tempat. Apakah ini jadi tanggung jawab Jokowi semua? Sebagai Presiden tentu harus bertanggungjawab," ujar Arie dalam diskusi di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/10/2018).
Arie menambahkan, selain ketegangan antar kelompok, kasus-kasus intoleransi seperti pembubaran diskusi, hingga penyegelan tempat ibadah agama tertentu oleh kalangan yang merasa tidak sepaham, masih sering terjadi.
"Di era Jokowi upaya membangun pluralisme kemajemukan untuk menciptakan integrasi nasional, masih menghadapi tantangan serius," jelasnya.
Arie mengingatkan bahwa persoalan ini juga bisa menjadi semacam bom waktu, meski Jokowi mengklaim telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini PR serius, karena meski ada capaian ekonomi yang begitu besar, kalau kerentanan masyarakat sipil akibat masalah berbasis identitas ini tidak segera digarap, ini bisa merusak dalam waktu satu, dua tahun," tuturnya.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menyampaikan bahwa kondisi yang memprihatinkan ini merupakan masalah turun temurun, yang memang sulit dituntaskan juga oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
"Komodifikasi agama, etnis, masih marak terjadi di berbagai tempat. Apakah ini jadi tanggung jawab Jokowi semua? Sebagai Presiden tentu harus bertanggungjawab," ujar Arie dalam diskusi di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/10/2018).
Arie menambahkan, selain ketegangan antar kelompok, kasus-kasus intoleransi seperti pembubaran diskusi, hingga penyegelan tempat ibadah agama tertentu oleh kalangan yang merasa tidak sepaham, masih sering terjadi.
"Di era Jokowi upaya membangun pluralisme kemajemukan untuk menciptakan integrasi nasional, masih menghadapi tantangan serius," jelasnya.
Arie mengingatkan bahwa persoalan ini juga bisa menjadi semacam bom waktu, meski Jokowi mengklaim telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini PR serius, karena meski ada capaian ekonomi yang begitu besar, kalau kerentanan masyarakat sipil akibat masalah berbasis identitas ini tidak segera digarap, ini bisa merusak dalam waktu satu, dua tahun," tuturnya.
(pur)