Pertemuan IMF di Bali, SA: Pesta di Atas Penderitaan Rakyat
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha Sam Aliano baru saja mengunjungi korban selamat di Palu pada Senin, 8 Oktober 2018. Dia turut berpartisipasi dan memberikan donasi di daerah yang terkena gempa dan tsunami pada Jumat, 28 September 2018 lalu.
Sebelumnya, dia juga sempat mengunjungi Lombok yang juga terkena guncangan gempa. Ada yang menggelitik hatinya seperti keadaan bandara di dua kota tersebur yang jauh dari kata layak karena terkena dampak gempa.
"Artinya dua bandara itu termasuk bandara di kota lain kalah dari bandara Bali, bahkan Jakarta sebagai ibu kota juga ikut kalah bagusnya dari bandara Bali apa lagi terminal 1 dan 2 yang lama masih digunakan, artinya bandara Bali begitu megahnya dan besar dan bagus sudah lebih dari cukup, tapi kenapa harus mengeluarkan dana lagi," kata Sam kepada wartawan, Selasa, (9/10/2018).
Kini, bandara Ngurah Rai justru semakin bagus karena mengingat penerimaan tamu kehormatan adanya pertemuan IMF yang sedang berlangsung. Sam sangat menyayangkan hal ini.
"Tapi kenapa tambah menghabiskan dana lagi yang fantastis ke bandara Ngurah Rai sebanyak Rp 6 triliun hanya karena alasan kehadiran tamu IMF. Sungguh aneh dan tidak bisa diterima, ini dana sejarah terbesar yang habis untuk IMF," ujarnya geram.
Sam menjelaskam bahwa biaya sebanyak itu sebaiknya disalurkan untuk korban selamat dan keluarga korban akibat gempa dan tsunami Palu serta Lombok.
"Banyak yang membutuhkan termasuk Lombok dan Palu atau bahkan untuk memperbaiki bandara di provinsi tertinggal. Kan Indonesia bukan Bali Saja. Siapa dia IMF, merusak ekonomi bangsa dan ekonomi rakyat, ngapain hanya karena membahagiakan manusia istimewa (IMF) tapi di atas penderitaan rakyat," lanjut Sam.
"Apa lagi negara banyak musibah alam. Indonesia tidak butuh IMF, Indonesia negara kaya bisa menghasilkan uang sendiri, jelas terbukti kehadiran IMF malah membuat ekonomi Indonesia dan mata rupiah SEMAKIN turun, ini bukti bahwa Lembaga Imperialisme Amerika IMF itu membawa buruk ke Indonesia. Dana Rp 6,9 triliun itu berasal dari pinjaman IMF sendiri yang berbunga berat malah uang itu dihabiskan kepada IMF," ungkap dia.
"Indonesia saatnya menghapus hutang luar negeri bukan malah nambah hutang lagi. Jika sistem hutang terus-menerus membesar maka ekonomi Indonesia akan menghadapi situasi yang fatal," kata Sam.
Sebelumnya, dia juga sempat mengunjungi Lombok yang juga terkena guncangan gempa. Ada yang menggelitik hatinya seperti keadaan bandara di dua kota tersebur yang jauh dari kata layak karena terkena dampak gempa.
"Artinya dua bandara itu termasuk bandara di kota lain kalah dari bandara Bali, bahkan Jakarta sebagai ibu kota juga ikut kalah bagusnya dari bandara Bali apa lagi terminal 1 dan 2 yang lama masih digunakan, artinya bandara Bali begitu megahnya dan besar dan bagus sudah lebih dari cukup, tapi kenapa harus mengeluarkan dana lagi," kata Sam kepada wartawan, Selasa, (9/10/2018).
Kini, bandara Ngurah Rai justru semakin bagus karena mengingat penerimaan tamu kehormatan adanya pertemuan IMF yang sedang berlangsung. Sam sangat menyayangkan hal ini.
"Tapi kenapa tambah menghabiskan dana lagi yang fantastis ke bandara Ngurah Rai sebanyak Rp 6 triliun hanya karena alasan kehadiran tamu IMF. Sungguh aneh dan tidak bisa diterima, ini dana sejarah terbesar yang habis untuk IMF," ujarnya geram.
Sam menjelaskam bahwa biaya sebanyak itu sebaiknya disalurkan untuk korban selamat dan keluarga korban akibat gempa dan tsunami Palu serta Lombok.
"Banyak yang membutuhkan termasuk Lombok dan Palu atau bahkan untuk memperbaiki bandara di provinsi tertinggal. Kan Indonesia bukan Bali Saja. Siapa dia IMF, merusak ekonomi bangsa dan ekonomi rakyat, ngapain hanya karena membahagiakan manusia istimewa (IMF) tapi di atas penderitaan rakyat," lanjut Sam.
"Apa lagi negara banyak musibah alam. Indonesia tidak butuh IMF, Indonesia negara kaya bisa menghasilkan uang sendiri, jelas terbukti kehadiran IMF malah membuat ekonomi Indonesia dan mata rupiah SEMAKIN turun, ini bukti bahwa Lembaga Imperialisme Amerika IMF itu membawa buruk ke Indonesia. Dana Rp 6,9 triliun itu berasal dari pinjaman IMF sendiri yang berbunga berat malah uang itu dihabiskan kepada IMF," ungkap dia.
"Indonesia saatnya menghapus hutang luar negeri bukan malah nambah hutang lagi. Jika sistem hutang terus-menerus membesar maka ekonomi Indonesia akan menghadapi situasi yang fatal," kata Sam.
(pur)