Megawati Bicara Soal Gempa dan Peringatan Dini di Jepang
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dipandang sebagai wilayah cincin api (ring on fire) dan samudera yang rawan terhadap bencana gempa dan tsunami serta gunung meletus. Kondisi serupa juga dialami negara lain seperti Jepang.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Seokarnoputri mengatakan, bicara masalah bencana alam termasuk tindakan antipasinya, Jepang dianggap lebih siap dibandingkan dengan Indonesia.
Menurut Mega sapaan akrabnya, pengalaman mengenai penanganan bencana sudah diperoleh sejak dirinya ditugasi Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menangani sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia saat itu. Saat itu, Mega menjabat sebagai wakil presiden dari pemerintahan Gus Dur.
Mega mengatakan, manajemen penanganan gempa terus diperbaiki semenjak dirinya menjadi Presiden hingga berakhir 2004. Namun, ia menilai, penanganan tersebut masih kalah dengan Jepang. Diapun menceritakan sejumlah pengalaman dan pengetahuannya tentang Jepang.
Satu kali, Megawati berlibur ke Jepang bersama anak dan cucunya. Saatnya makan, Megawati dan rombongan memilih sebuah restoran. Mereka naik ke lantai ketiga restoran itu. Saat sedang makan, sebuah gempa terjadi.
"Bergoyang-goyang. Kami hanya satu keluarga orang asing, yang lain orang Jepang. Mereka duduk saja sambil mengunyah. Kami sekeluarga sudah panik. Teman saya orang Jepang lalu bilang, sudah tenang saja," kata Megawati," kata Mega di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Mega menyebut, begitu tenangnya masyarakat Jepang menghadapi goncangan gempa tersebut. Ia menilai, karena peringatan dini atau early warning sistem di negeri 'samurai' itu berfungsi sebagaimana mestinya. Mega mengungkapkan jika terjadi gempa dengan kekuatan besar maka sirine yang dipasang pemerintah setempat secara otomatis langsung berbunyi.
Menurut dia, bila berbunyi satu kali, siapapun orangnya, harus segera bergegas ke lapangan terbuka. Sekaligus membawa sebuah back pack yang sudah disiapkan oleh masing-masing pemilik rumah. Didalamnya disiapkan dua setel pakaian, dua selimut, bahan makan untuk dua hari, dan obat-obatan yang diperlukan.
"Semua rumah sudah diminta bersiap begitu, dan letak back pack itu tak boleh diganggu agar saat kejadian bisa langsung dibawa," ujar Megawati.
Bila bunyi sirine dua kali, lanjut dia, berarti masyarakat Jepang harus lari menuju jalan-jalan aman. Di Jepang, jalan-jalan untuk menyelamatkan diri bila terjadi gempa atau tsunami sudah disiapkan. Lokasi-lokasi yang benar-benar aman dari air laut akibat tsunami, sudah ditandai dengan patok-patok kayu.
"Sirine ketiga, tak ada lagi lari pelan. Artinya lari secepatnya ke lokasi aman," kata Megawati.
Mega menambahkan, di lokasi aman yang sudah disiapkan, menanti berbagai peralatan pengungsian seperti tenda. "Saya harap yang seperti ini disosialisasikan. Kita contoh Jepang yang punya kewaspadaan sangat baik. Rakyatnya ikut berpikir. Karena sejak setingkat TK, sudah diajarkan cara hidup di sebuah negara yang penuh dengan bencana alam," tandasnya.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Seokarnoputri mengatakan, bicara masalah bencana alam termasuk tindakan antipasinya, Jepang dianggap lebih siap dibandingkan dengan Indonesia.
Menurut Mega sapaan akrabnya, pengalaman mengenai penanganan bencana sudah diperoleh sejak dirinya ditugasi Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menangani sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia saat itu. Saat itu, Mega menjabat sebagai wakil presiden dari pemerintahan Gus Dur.
Mega mengatakan, manajemen penanganan gempa terus diperbaiki semenjak dirinya menjadi Presiden hingga berakhir 2004. Namun, ia menilai, penanganan tersebut masih kalah dengan Jepang. Diapun menceritakan sejumlah pengalaman dan pengetahuannya tentang Jepang.
Satu kali, Megawati berlibur ke Jepang bersama anak dan cucunya. Saatnya makan, Megawati dan rombongan memilih sebuah restoran. Mereka naik ke lantai ketiga restoran itu. Saat sedang makan, sebuah gempa terjadi.
"Bergoyang-goyang. Kami hanya satu keluarga orang asing, yang lain orang Jepang. Mereka duduk saja sambil mengunyah. Kami sekeluarga sudah panik. Teman saya orang Jepang lalu bilang, sudah tenang saja," kata Megawati," kata Mega di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Mega menyebut, begitu tenangnya masyarakat Jepang menghadapi goncangan gempa tersebut. Ia menilai, karena peringatan dini atau early warning sistem di negeri 'samurai' itu berfungsi sebagaimana mestinya. Mega mengungkapkan jika terjadi gempa dengan kekuatan besar maka sirine yang dipasang pemerintah setempat secara otomatis langsung berbunyi.
Menurut dia, bila berbunyi satu kali, siapapun orangnya, harus segera bergegas ke lapangan terbuka. Sekaligus membawa sebuah back pack yang sudah disiapkan oleh masing-masing pemilik rumah. Didalamnya disiapkan dua setel pakaian, dua selimut, bahan makan untuk dua hari, dan obat-obatan yang diperlukan.
"Semua rumah sudah diminta bersiap begitu, dan letak back pack itu tak boleh diganggu agar saat kejadian bisa langsung dibawa," ujar Megawati.
Bila bunyi sirine dua kali, lanjut dia, berarti masyarakat Jepang harus lari menuju jalan-jalan aman. Di Jepang, jalan-jalan untuk menyelamatkan diri bila terjadi gempa atau tsunami sudah disiapkan. Lokasi-lokasi yang benar-benar aman dari air laut akibat tsunami, sudah ditandai dengan patok-patok kayu.
"Sirine ketiga, tak ada lagi lari pelan. Artinya lari secepatnya ke lokasi aman," kata Megawati.
Mega menambahkan, di lokasi aman yang sudah disiapkan, menanti berbagai peralatan pengungsian seperti tenda. "Saya harap yang seperti ini disosialisasikan. Kita contoh Jepang yang punya kewaspadaan sangat baik. Rakyatnya ikut berpikir. Karena sejak setingkat TK, sudah diajarkan cara hidup di sebuah negara yang penuh dengan bencana alam," tandasnya.
(maf)