Indonesia Krisis Alat Pendeteksi Tsunami
A
A
A
JAKARTA - Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lmbaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto mengatakan, Indonesia saat ini krisis alat pendeteksi tsunami. Bahkan 22 alat pendeteksi gelombang pasang dan tsunami bernama Buoy tak berfungsi sejak tahun 2012.
"Buoy enggak ada yang berfungsi untuk saat ini," ujar Eko di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (2/10/2018).
Eko menyatakan, mengingat kondisi geografis, Buoy merupakan alat yang ideal yang perlu dimiliki Indonesia. Sebab, Buoy mampu mendeteksi tsunami jauh dari bibir pantai.
"Buoy tadi itu yang paling ideal. Karena Buoy itu diletakan jauh di tengah samudera, sehingga cepat mendeteksi tsunami. Orang masih punya waktu untuk bisa menyelematkan diri," ucap Eko.
(Baca juga: LIPI Imbau 20 Meter dari Sesar Aktif Jangan Dirikan Bangunan)
Sebanyak 22 Buoy yang tersebar di seluruh perairan Indonesia tak lagi berfungsi. Buoy awalnya terpasang di sebelah barat pantai Sumatera dan Selatan Jawa. Sistem pelampung ini diletakkan di tengah laut untuk mendeteksi gelombang pasang dan tsunami.
Sementara itu, alat ukur yang digunakan untuk mengetahui perubahan permukaan laut atau Tide Gauge juga tidak bisa diharapkan untuk mendeteksi tsunami. Menurut Eko, Tide Gauge baru dapat mendeteksi tsunami 2 hingga 3 menit kemudian.
"Kalau Tide Gauge itu dipasang untuk deteksi tsunami maka bacaannya 2 menit, 3 menit. Kalau yang dibaca Tide Gauge itu artinya tsunami sudah sampai ke daratan dan enggak ada lagi waktu untuk menyelamatkan diri, enggak ada gunanya," tuturnya.
"Buoy enggak ada yang berfungsi untuk saat ini," ujar Eko di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (2/10/2018).
Eko menyatakan, mengingat kondisi geografis, Buoy merupakan alat yang ideal yang perlu dimiliki Indonesia. Sebab, Buoy mampu mendeteksi tsunami jauh dari bibir pantai.
"Buoy tadi itu yang paling ideal. Karena Buoy itu diletakan jauh di tengah samudera, sehingga cepat mendeteksi tsunami. Orang masih punya waktu untuk bisa menyelematkan diri," ucap Eko.
(Baca juga: LIPI Imbau 20 Meter dari Sesar Aktif Jangan Dirikan Bangunan)
Sebanyak 22 Buoy yang tersebar di seluruh perairan Indonesia tak lagi berfungsi. Buoy awalnya terpasang di sebelah barat pantai Sumatera dan Selatan Jawa. Sistem pelampung ini diletakkan di tengah laut untuk mendeteksi gelombang pasang dan tsunami.
Sementara itu, alat ukur yang digunakan untuk mengetahui perubahan permukaan laut atau Tide Gauge juga tidak bisa diharapkan untuk mendeteksi tsunami. Menurut Eko, Tide Gauge baru dapat mendeteksi tsunami 2 hingga 3 menit kemudian.
"Kalau Tide Gauge itu dipasang untuk deteksi tsunami maka bacaannya 2 menit, 3 menit. Kalau yang dibaca Tide Gauge itu artinya tsunami sudah sampai ke daratan dan enggak ada lagi waktu untuk menyelamatkan diri, enggak ada gunanya," tuturnya.
(maf)