Generasi Milenial Harus Mempersiapkan Diri Jadi Pemimpin
A
A
A
SEMARANG - Sebagai calon penerus kepemimpinan bangsa, generasi muda saat ini yang sering disebut generasi milenial harus mempersiapkan diri. Sehingga saat menerima estafet kepemimpinan mereka sudah matang.
"Jadi pemimpin masyarakat, negara, pemerintahan, kelompok, hingga lingkungan. Karena dengan semakin banyak pemimpin di generasi milenial maka akan semakin banyak solusi kehidupan di permasalahan kebangsaan kita," kata Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar (Cak Imin) saat Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada anggota Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah, di UTC Convention Hotel, Semarang, Jawa Tengah, kemarin.
Cak Imin menambahkan, sosialisasi empat pilar kebangsaan kepada generasi milenial dan perempuan ini dalam rangka menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman perpecahan yang hampir setiap hari ada. Apalagi perang sosial media baik karena faktor politik maupun idiologi transnasional telah berhasil membuat masyarakat mudah terpecah-belah.
"Maka sosialisasi empat pilar ini bisa mendorong dan memotivasi kalangan generasi muda terutama generasi perempuan untuk menjadi bagian dari garda terdepan penjaga persatuan dan kesatuan bangsa," urainya.
Ketua Umum DPP PKB ini menambahkan, kekerasan dan konflik yang muncul disebabkan karena berbagai faktor. Misalnya konflik karena berbeda pilihan politik, kerusuhan antar suporter sepakbola." Itu setiap hari mengancam kehidupan kita," lanjutnya.
Menurut Cak Imin, perempuan-perempuan milenial yang aktif akan menjadi kekuatan yang menyatukan. Empat pilar sudah bergeser bukan saja sosialisasi dogma normatifnya, tetapi sudah bergerak menggeser peran-peran untuk menjadi penyangga solidaritas masyarakat, penyangga perbedaan pendapat untuk menjaga keberlangsungan hidup yang damai.
Hasil produk sosialisasi empat pilar ini diharapkan mereka jadi garda terdepan yang bisa mendamaikan kekerasan dan ancaman konflik.
Cak Imin memaparkan, para pendiri NKRI dahulu sudah memprediksi bahwa jika hanya mengusung satu golongan kepentingan, maka ke depan Indonesia akan mudah terkoyak-koyak. "Karena itulah dulu akhirnya para pendiri bangsa urung memberlakukan Piagam Jakarta dan menggantinya dengan Pancasila yang kita kenal sekarang," ujar Muhaimin.
Sementara itu Ketua Pengurus Wilayah Fatayat Jawa Tengah Tazkiyatul Muthmainnah menyatakan, perempuan merupakan ujung tombak dalam menangkal semua idiologi negatif transnasional yang merongrong NKRI. "Perempuan melakukannya secara efektif dengan menyampaikan kepada anak, suami dan keluarganya," ujarnya.
"Jadi pemimpin masyarakat, negara, pemerintahan, kelompok, hingga lingkungan. Karena dengan semakin banyak pemimpin di generasi milenial maka akan semakin banyak solusi kehidupan di permasalahan kebangsaan kita," kata Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar (Cak Imin) saat Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada anggota Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah, di UTC Convention Hotel, Semarang, Jawa Tengah, kemarin.
Cak Imin menambahkan, sosialisasi empat pilar kebangsaan kepada generasi milenial dan perempuan ini dalam rangka menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman perpecahan yang hampir setiap hari ada. Apalagi perang sosial media baik karena faktor politik maupun idiologi transnasional telah berhasil membuat masyarakat mudah terpecah-belah.
"Maka sosialisasi empat pilar ini bisa mendorong dan memotivasi kalangan generasi muda terutama generasi perempuan untuk menjadi bagian dari garda terdepan penjaga persatuan dan kesatuan bangsa," urainya.
Ketua Umum DPP PKB ini menambahkan, kekerasan dan konflik yang muncul disebabkan karena berbagai faktor. Misalnya konflik karena berbeda pilihan politik, kerusuhan antar suporter sepakbola." Itu setiap hari mengancam kehidupan kita," lanjutnya.
Menurut Cak Imin, perempuan-perempuan milenial yang aktif akan menjadi kekuatan yang menyatukan. Empat pilar sudah bergeser bukan saja sosialisasi dogma normatifnya, tetapi sudah bergerak menggeser peran-peran untuk menjadi penyangga solidaritas masyarakat, penyangga perbedaan pendapat untuk menjaga keberlangsungan hidup yang damai.
Hasil produk sosialisasi empat pilar ini diharapkan mereka jadi garda terdepan yang bisa mendamaikan kekerasan dan ancaman konflik.
Cak Imin memaparkan, para pendiri NKRI dahulu sudah memprediksi bahwa jika hanya mengusung satu golongan kepentingan, maka ke depan Indonesia akan mudah terkoyak-koyak. "Karena itulah dulu akhirnya para pendiri bangsa urung memberlakukan Piagam Jakarta dan menggantinya dengan Pancasila yang kita kenal sekarang," ujar Muhaimin.
Sementara itu Ketua Pengurus Wilayah Fatayat Jawa Tengah Tazkiyatul Muthmainnah menyatakan, perempuan merupakan ujung tombak dalam menangkal semua idiologi negatif transnasional yang merongrong NKRI. "Perempuan melakukannya secara efektif dengan menyampaikan kepada anak, suami dan keluarganya," ujarnya.
(mhd)