Ghazaly Nilai Pemberitaan KORAN SINDO Soft dan Objektif

Sabtu, 22 September 2018 - 14:18 WIB
Ghazaly Nilai Pemberitaan...
Ghazaly Nilai Pemberitaan KORAN SINDO Soft dan Objektif
A A A
JAKARTA - Pemberitaan KORAN SINDO terkait dengan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dinilai lebih soft dan objektif.

Sekalipun berafiliasi pada salah satu pasangan calon, nuansa demokrasi dalam pemilihan isu sangat terlihat di ruang redaksi. Hal itu diungkapkan dosen Universitas Mercu Buana (UMB) Ghazaly saat mengikuti sidang terbuka disertasi doktor ilmu komunikasi di Universitas Sahid.

Ghazaly kemudian membandingkan pemberitaan KORAN SINDO dengan media nasional lainnya. ”Waktu Pilpres 2014, KORAN SINDO tidak seperti Media Indonesia. Mereka agak soft dan memberikan ruang bagi lawan.

Pemilik memberikan kebebasan kepada karyawan untuk berbeda pendapat dengan pemilik,” ucap Ghazaly di Auditorium Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta Selatan, kemarin.

Dalam disertasinya berjudul ”Ideologi Pemberitaan Media Massa dalam Kampanye Pemilihan Presiden, Critical Discourse Analysis Pemberitaan Kampanye Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014, pada Headline Surat Kabar Media Indonesia dan KORAN SINDO”, Ghazaly menjelaskan dua peran yang berbeda.

"Media Indonesia sistemnya knock down. Di sisi lain petinggi redaksi KORAN SINDO dekat dengan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Suatu kasus mereka tidak memberitakan karena dapat memecah belah, ini suatu yang harus diapresiasi," kata Ghazaly.

Ghazaly melihat KORAN SINDO sebagai surat kabar yang berbeda. Dengan konsistensi dan komitmen, para petinggi medianya bersikap objektif dan mengedepankan cover both side dalam setiap berita.

Bila hal ini diterapkan terus, bukan tak mungkin wartawan luar biasa tercipta. Ketua sidang Kholil memberikan pandangan berbeda. Menurut dia, seharusnya media massa bersikap objektif dan tidak berpihak pada salah satu pasangan calon. Karena prinsip utama media massa adalah mendidik, mencerahkan masyarakat, dan memberikan hiburan.

"Kalau media tidak objektif, mungkin masyarakat akan disuguhi dengan new media, yaitu berita hoaks. Ini mungkin menguntungkan salah satu pihak, tapi itu tak mendidik masyarakat," ucap Kholil.

Karena itu dirinya mengajak media untuk kembali pada khitahnya, yaitu bisa mencerdaskan rakyat, mendidik, di samping menyajikan hiburannya. Dalam sidang tersebut Ghazaly lulus dengan nilai memuaskan.

Ghazaly dinilai menguasai materi dan berpikir jernih tentang media. Turut hadir dalam sidang itu Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer, dan para wakil rektor dan dosen Universitas Mercu Buana.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7892 seconds (0.1#10.140)