Capres Berlomba Gaet Tokoh Populer

Sabtu, 15 September 2018 - 10:49 WIB
Capres Berlomba Gaet...
Capres Berlomba Gaet Tokoh Populer
A A A
JAKARTA - Dua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, terus memantapkan struktur Tim Kampanye Nasional (TKN). Bahkan menjelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 pada 23 September 2018, kedua pasangan makin memantapkan strategi pemenangan.

Di antara langkah yang dilakukan kedua kubu, yaitu mendapatkan dukungan sebanyak-banyaknya dari para tokoh popular yang dinilai bisa memberikan dampak elektoral untuk memenangkan Pilpres 2019. Sebut saja nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo, Direktur Wahid Institute yang juga puteri Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid, politikus senior sekaligus ekonom Kwik Kian Gie, penceramah Ustadz Yusuf Mansur, dan sejumlah kepala daerah, serta tokoh-tokoh ternama lainnya.

Pengamat komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Nyarwi Ahmad mengatakan, ada dua hal yang bisa dibaca dari keberadaan tokoh popular sebagai pasar politik para kandidat capres-cawapres. Baik tokoh yang selama ini memang memiliki afiliasi politik maupun yang tidak berafiliasi dengan politik, namun punya pengaruh elektoral serta magnet politik.

”Peran mereka bukan sesimpel sebagai vote getter (pendulang suara), tapi pada daya magnetik ke pemilih. Peran para tokoh ini bukan hanya bisa menjadi political ambassador bagi capres-cawapres, tapi bisa jadipolitical endorser, bahkan bisa menggaet tokoh-tokoh lain,” ujar Nyarwi Ahmad yang juga Direktur Presidential Studies-DECODE UGM.

Para tokoh popular ini bukan hanya mereka yang berasal dari pasar politik. Tapi, mereka yang menjadi campaign donator, juga bagian dari pasar politik. ”Relawan juga merupakan pasar politik yang punya simpul-simpul. Ini akan menjadi kekuatan luar biasa kalau bersatu. Dana kampanye bisa mengalir, jadi bagi pasangan capres-cawapres menjadi lebih ringan,” tutur doktor bidang komunikasi politik dan marketing politik di Fakultas Media dan Komunikasi Universitas Bournemouth, Inggris ini.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4667 seconds (0.1#10.140)