Remaja Harus Menjadi Sumber Daya yang Sehat dan Berkualitas
A
A
A
JAKARTA - Penduduk berusia remaja akan menjadi kelompok usia produktif pada tahun 2020-2030. Mereka inilah yang akan menjadi penentu keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang, termasuk menentukan apakah Indonesia dapat menikmati bonus demografi atau bencana demografi.Untuk menikmati bonus demografi, syarat utamanya adalah penduduk berusia remaja harus menjadi sumber daya yang sehat dan berkualitas.Menurut Sigit Priyohutomo, Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), badan yang dipimpinnya telah mengembangkan berbagai program bagi remaja di bawah payung GenRe atau Generasi Berencana.GenRe dikembangkan dalam rangka penyiapan dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja. "Program GenRe memfasilitasi remaja untuk memahami dan mempraktikkan perilaku hidup sehat, berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan Generasi Berencana, jenjang pendidikan yang terencana, berkarir dalam pekerjaan yang terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi," kata Sigit saat memberi sambutan membuka seminar hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, di Jakarta, Selasa (21/8/2018).Walaupun berbagai upaya telah dilakukan, namun berbagai hasil survei dan penelitian menunjukkan masih adanya remaja dengan perilaku berisiko terhadap kesehatan, yaitu merokok, konsumsi alkohol dan narkoba, maupun melakukan hubungan seksual pra-nikah.Perilaku ini, menurut Sigit, dapat berdampak pada masa depan mereka, antara lain karena kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan dini, dan putus sekolah. Perilaku remaja pada masa ini akan menentukan kualitas mereka kelak sebagai sumber daya pembangunan."Karena itu penting bagi kita semua untuk membekali remaja dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menangkal pengaruh negatif yang sangat gencar saat ini dan mencegah terjadinya perilaku yang berisiko," kata Sigit.Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang secara khusus menyajikan Indikator Utama Kesehatan Reproduksi Remaja sangat penting mengevaluasi program-program yang telah dilakukan BKKBN dan merancang program ke depan.SDKI merupakan survei berskala nasional yang dilakukan secara berkala dan dirancang khusus untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku kelahiran, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu dan anak serta pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular seksual.Pelaksanaan survei mencakup pencacahan terhadap rumah tangga (RT) (SDKI 17-RT), dan dengan 3 daftar pertanyaan individu yang terdiri dari wanita usia subur (WUS) umur 15-49 tahun (SDKI17-WUS), pria kawin (PK) umur 15-54 tahun (SDKI17-PK), dan remaja pria (RP) umur 15-24 tahun (SDKI17-RP).Tahun 2017 kegiatan SDKI dilaksanakan oleh BKKBN bekerjasama dengan BPS dan Kementerian Kesehatan dan telah didahului dengan kegiatan ujicoba di tahun 2016. Pada tahun 2017 dilaksanakan pelatihan intama, pelatihan Innas, pelatihan bagi petugas lapangan kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data di lapangan dan pembuatan laporan ringkas (Key Indikator Report).Selanjutnya pada tahun 2018 ini dijadwalkan penulisan hasil SDKI 2017: Indikator Utama Kesehatan Reproduksi dan Laporan akhir hasil SDKI 2017 dan peluncuran (launching) dan seminar hasil indikator utama kesehatan reproduksi remaja dan laporan akhir SDKI 2017."Peluncuran buku Laporan Indikator Utama Kesehatan Remaja hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Remaja Internasional yang jatuh pada tanggal 12 Agustus 2018 dengan tema Safe Spaces For Youth," jelas Sigit.
(akn)