Ini Pesan Ketum GNPF-Ulama kepada SBY soal AHY
A
A
A
JAKARTA - Ketua Penyelenggara/Penanggungjawab Ijtima Ulama, Ustaz Yusuf Muhammad Martak mengaku yakin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dianggap sebagai orang tua sekaligus Ketua Umum Partai akan cermat melihat kondisi politik yang berkembang, khususnya dalam menempatkan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai figur yang didorong tampil di pentas politik nasional.
Yusuf mengaku yakin Ketum Partai Demokrat itu akan melihat secara cermat dalam menyusun strategi ke depan. SBY dianggap cermat kapan waktunya AHY dicalonkan.
"Kalau sejatinya seorang penimpin punya pemikiran semacam itu, Insya Allah NKRI akan dapat calon yang punya kapasitas yang udah tepat waktu. Karena orang pasti punya kapasitas sesuai waktunya," ujar Yusuf di arena Ijtima Ulama di Hotel Peninsula, Slipi, Jakarta, Sabtu (28/7/2018).
Menurut Yusuf, seandainya tokoh muda seperti AHY dan Sandiaga Uno diberikan waktu yang tepat, maka Indonesia akan memiliki kapasitas pemimpinan yang mumpuni. Ketua Umum GNPF-Ulama ini sendiri mengaku sudah jenuh dengan stok pemimpin yang tergolong sudah uzur, namun masih enggan menanggalkan perpolitikan nasional.
Terkait status AHY, Yusuf menilai jika tetap dipaksakan maka akan mengulang yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta. Karenanya, dia berharap SBY mempertimbangkan kembali status AHY di Pemilu Presiden 2019 mendatang.
"Seperti PDIP saya lihat Megawati gak lihat Puan harga mati. Karena sekali lagi semua ada ukurannya, setiap motor setiap mesin kan harus diliat kemampuannya, nanti takut gak maksimal di tengah jalan," kata Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) ini.
Yusuf sendiri mengaku nama AHY memang tak ada dalam pembicaraan ulama yang tergabung dalam GNPF-Ulama. Sebab, AHY muncul buah dari pertemuan yang dilakukan oleh Demokrat dan Gerindra. Sementara itu, dia juga mendengar bahwa pertemuan tersebut Demokrat tak mensyaratkan AHY sebagai Cawapres.
Yusuf mengaku yakin Ketum Partai Demokrat itu akan melihat secara cermat dalam menyusun strategi ke depan. SBY dianggap cermat kapan waktunya AHY dicalonkan.
"Kalau sejatinya seorang penimpin punya pemikiran semacam itu, Insya Allah NKRI akan dapat calon yang punya kapasitas yang udah tepat waktu. Karena orang pasti punya kapasitas sesuai waktunya," ujar Yusuf di arena Ijtima Ulama di Hotel Peninsula, Slipi, Jakarta, Sabtu (28/7/2018).
Menurut Yusuf, seandainya tokoh muda seperti AHY dan Sandiaga Uno diberikan waktu yang tepat, maka Indonesia akan memiliki kapasitas pemimpinan yang mumpuni. Ketua Umum GNPF-Ulama ini sendiri mengaku sudah jenuh dengan stok pemimpin yang tergolong sudah uzur, namun masih enggan menanggalkan perpolitikan nasional.
Terkait status AHY, Yusuf menilai jika tetap dipaksakan maka akan mengulang yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta. Karenanya, dia berharap SBY mempertimbangkan kembali status AHY di Pemilu Presiden 2019 mendatang.
"Seperti PDIP saya lihat Megawati gak lihat Puan harga mati. Karena sekali lagi semua ada ukurannya, setiap motor setiap mesin kan harus diliat kemampuannya, nanti takut gak maksimal di tengah jalan," kata Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) ini.
Yusuf sendiri mengaku nama AHY memang tak ada dalam pembicaraan ulama yang tergabung dalam GNPF-Ulama. Sebab, AHY muncul buah dari pertemuan yang dilakukan oleh Demokrat dan Gerindra. Sementara itu, dia juga mendengar bahwa pertemuan tersebut Demokrat tak mensyaratkan AHY sebagai Cawapres.
(sms)