Sebagai Ulama Panutan, Ma'ruf Amin Tak Pas Jadi Cawapres Jokowi

Jum'at, 27 Juli 2018 - 10:04 WIB
Sebagai Ulama Panutan, Maruf Amin Tak Pas Jadi Cawapres Jokowi
Sebagai Ulama Panutan, Ma'ruf Amin Tak Pas Jadi Cawapres Jokowi
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin dianggap sebagai sosok ulama panutan yang menjaga kerukunan umat. Maka itu, Ma'ruf Amin dianggap bukan figur terbaik untuk menjadi calon wakil presiden (Cawapres) pendamping Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menilai Indonesia memerlukan pemimpin yang lebih muda, berintegritas dan berpengalaman.

"Yang berintegritas dan yang terbaik. Kan masih banyak figur lain yang bisa dan mumpuni. Ma’ruf Amin itu levelnya menjadi ulama panutan yang menjaga kerukunan umat," ujar Ujang dihubungi wartawan, Jumat (27/7/2018).

Kendati demikian, diakuinya bahwa Presiden Jokowi berhak memilih figur yang akan mendampinginya di Pilpres mendatang, demikian juga Ma’ruf Amin memiliki hak politik. Selain itu, Ma’ruf yang saat ini berusia 75 tahun pun dinilai tidak menjamin memberi peningkatan elektoral untuk Jokowi.

Sebab, selain namanya tidak masuk dalam hasil survei Cawapres sejumlah lembaga, Ma’ruf tidak berpengalaman di dunia politik dan pemerintahan. Ujang melanjutkan, sejarah mencatat bahwa mengusung ulama sebagai Cawapres tidak menjamin bisa mendongkrak elektabilitas, apalagi menang.

Hal tersebut terjadi pada Pilpres tahun 2004 saat pasangan Megawati Soekarnoputri - Hasyim Muzadi, dan Wiranto-Salahudin Wahid kalah oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. "Jadi bisa saja cerita masa lalu ini kembali, tergantung tingkat kesukaan masyarakat," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review tersebut.

Tak hanya itu, memilih Ma’ruf menjadi Cawapres juga dikhawatirkan membuka potensi terjadinya konflik. Sebab, Cawapres pasti akan mendapat serangan politik dari kubu lawan, dan serangan politik terhadap personal Ma’ruf bisa melebar jadi serangan terhadap ulama secara menyeluruh. "Ketika dikritik orang maka pendukungnya protes," katanya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9502 seconds (0.1#10.140)