Optimisme Bung Karno Jadi Inspirasi Pembangunan Pemuda
A
A
A
JAKARTA - Optimisme Bung Karno terhadap pemuda Indonesia adalah hal yang relevan dan kekinian dalam membangun bangsa dan negara.
Pemerintah pun memanifestasikan optimisme proklamator itu dengan pembinaan nyata terhadap pemuda dan talentanya.
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan, ada banyak prestasi dan kiprah generasi muda Indonesia di tingkat dunia, salah satunya Lalu Zohri yang baru-baru ini mencetak rekor sebagai pelari tercepat di tingkat U20.
Moeldoko lalu mengutip salah satu kalimat pidato Bung Karno yang terkenal, yang mendasari program pemerintah mengkanalisasi talenta pemuda Indonesia. Pidato Soekarno itu yakni 'Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia".
"Ini adalah pesan optimistis yang selalu saya ingat. Bila anak-anak kita dipetakan dengan kapasitasnya yang mereka miliki, kita akan menggemparkan dunia,” ujar Moeldoko di Jakarta, Rabu 26 Juli 2018.
Menurut Moeldoko, relevansi pemikiran proklamator Indonesia itu juga yang mendasari pembentukan badan strategi pembinaan bakat di Tanah Air. Agar talenta dan prestasi anak-anak Indonesia itu bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara, KSP dan Presiden Joko Widodo tengah membentuk suatu strategi pembinaan bakat. “Kami ingin menjaring potensi anak muda, karena negara wajib memberikan kesempatan,” katanya.
Potensi anak muda yang bisa mengguncang dunia, kata Moeldoko, bisa dilihat dari rekaman sejarah bangsa Indonesia. "Jasmerah, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Ini juga harus menjadi pemikiran kita. Pemuda-pemuda wajib mempelajari sejarah. Karena kita tidak akan berada di hari ini, kalau tidak ada masa lalu,” kata Moeldoko mengutip lagi pidato Bung Karno yang pernah terucap di HUT Indonesia tahun 1966 silam.
Upaya pemerintah membina anak dan pemuda dijelaskan pula oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI, Retno Listyarti, mengatakan, pemerintah sudah berupaya merawat potensi generasi muda Indonesia sejak masih taraf anak-anak. Khususnya perlindungan agar anak Indonesia terjamin pendidikannya.
Mulai dari program wajib belajar 12 tahun hingga sekolah gratis untuk jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Sedangkan untuk tingkat menengah atas dan kejuruan, ada bantuan operasional sekolah (BOS) yang dianggarkan di APBN dan APBD.
“Pemerintah juga berupaya anak miskin dan nilai akademik rendah tetap dapat mengakses pendidikan berkualitas di sekolah negeri melalui sistem zonasi,” kata Retno ketika dihubungi wartawan.
Pada tingkatan yang lebih lanjut, untuk generasi muda, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berkomitmen mewadahi dan memfasilitasi berbagai kegiatan kepemudaan. “Agar pada pemuda Indonesia dapat berkarya dan berprestasi,” kata Deputi Pengembangan Pemuda Kemenora, Asrorun Niam Sholeh.
Dalam menghadapi globalisasi yang semakin kompleks, kapasitas, intelektual, serta moralitas harus terus ditingkatkan melalui pendidikan yang berkesinambungan. Sementara aspek kognitif dapat dilatih melalui aktivitas sosial kemasyarakatan, sehingga pemuda bisa memahami realita kehidupan masyarakat.
“Ucapan Bung Karno itu harus menjadi inspirasi para pemuda sekarang, bahwa perubahan ada di tangan mereka. Ini menjadi cambuk agar pemuda harus eksis di taraf global,” katanya.
Ia menambahkann, banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh generasi muda, salah satunya globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Tentunya segala tantangan tersebut harus dihadapi dengan cara yang cerdas, tanpa meninggalkan nilai-nilai ke-Indonesia-an.
“Bahkan, pemuda Indonesia harus berani menunjukkan identitas dan nilai luhur yang dibalut dengan agama, norma, etika, yang belum tentu sama atau diterima dengan globalisasi itu sendiri,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR, Sutan Adil Hendra, masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ia juga menekankan perlunya pemerintah membangun pemuda secara komprehensif.
“Daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar,” kata Sutan.
Sejarah telah mencatat kiprah-kiprah pemuda Indonesia dalam memerdekakan negara Indonesia. “Bung Tomo, Bung Hatta, Ir Soekarno, Sutan Syahrir, dan lain-lain rela mengorbankan harta, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk kepentingan bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia,” kata politikus Partai Gerindra itu.
Pemerintah pun memanifestasikan optimisme proklamator itu dengan pembinaan nyata terhadap pemuda dan talentanya.
Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan, ada banyak prestasi dan kiprah generasi muda Indonesia di tingkat dunia, salah satunya Lalu Zohri yang baru-baru ini mencetak rekor sebagai pelari tercepat di tingkat U20.
Moeldoko lalu mengutip salah satu kalimat pidato Bung Karno yang terkenal, yang mendasari program pemerintah mengkanalisasi talenta pemuda Indonesia. Pidato Soekarno itu yakni 'Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia".
"Ini adalah pesan optimistis yang selalu saya ingat. Bila anak-anak kita dipetakan dengan kapasitasnya yang mereka miliki, kita akan menggemparkan dunia,” ujar Moeldoko di Jakarta, Rabu 26 Juli 2018.
Menurut Moeldoko, relevansi pemikiran proklamator Indonesia itu juga yang mendasari pembentukan badan strategi pembinaan bakat di Tanah Air. Agar talenta dan prestasi anak-anak Indonesia itu bisa bermanfaat bagi bangsa dan negara, KSP dan Presiden Joko Widodo tengah membentuk suatu strategi pembinaan bakat. “Kami ingin menjaring potensi anak muda, karena negara wajib memberikan kesempatan,” katanya.
Potensi anak muda yang bisa mengguncang dunia, kata Moeldoko, bisa dilihat dari rekaman sejarah bangsa Indonesia. "Jasmerah, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Ini juga harus menjadi pemikiran kita. Pemuda-pemuda wajib mempelajari sejarah. Karena kita tidak akan berada di hari ini, kalau tidak ada masa lalu,” kata Moeldoko mengutip lagi pidato Bung Karno yang pernah terucap di HUT Indonesia tahun 1966 silam.
Upaya pemerintah membina anak dan pemuda dijelaskan pula oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI, Retno Listyarti, mengatakan, pemerintah sudah berupaya merawat potensi generasi muda Indonesia sejak masih taraf anak-anak. Khususnya perlindungan agar anak Indonesia terjamin pendidikannya.
Mulai dari program wajib belajar 12 tahun hingga sekolah gratis untuk jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Sedangkan untuk tingkat menengah atas dan kejuruan, ada bantuan operasional sekolah (BOS) yang dianggarkan di APBN dan APBD.
“Pemerintah juga berupaya anak miskin dan nilai akademik rendah tetap dapat mengakses pendidikan berkualitas di sekolah negeri melalui sistem zonasi,” kata Retno ketika dihubungi wartawan.
Pada tingkatan yang lebih lanjut, untuk generasi muda, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berkomitmen mewadahi dan memfasilitasi berbagai kegiatan kepemudaan. “Agar pada pemuda Indonesia dapat berkarya dan berprestasi,” kata Deputi Pengembangan Pemuda Kemenora, Asrorun Niam Sholeh.
Dalam menghadapi globalisasi yang semakin kompleks, kapasitas, intelektual, serta moralitas harus terus ditingkatkan melalui pendidikan yang berkesinambungan. Sementara aspek kognitif dapat dilatih melalui aktivitas sosial kemasyarakatan, sehingga pemuda bisa memahami realita kehidupan masyarakat.
“Ucapan Bung Karno itu harus menjadi inspirasi para pemuda sekarang, bahwa perubahan ada di tangan mereka. Ini menjadi cambuk agar pemuda harus eksis di taraf global,” katanya.
Ia menambahkann, banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh generasi muda, salah satunya globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Tentunya segala tantangan tersebut harus dihadapi dengan cara yang cerdas, tanpa meninggalkan nilai-nilai ke-Indonesia-an.
“Bahkan, pemuda Indonesia harus berani menunjukkan identitas dan nilai luhur yang dibalut dengan agama, norma, etika, yang belum tentu sama atau diterima dengan globalisasi itu sendiri,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR, Sutan Adil Hendra, masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ia juga menekankan perlunya pemerintah membangun pemuda secara komprehensif.
“Daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar,” kata Sutan.
Sejarah telah mencatat kiprah-kiprah pemuda Indonesia dalam memerdekakan negara Indonesia. “Bung Tomo, Bung Hatta, Ir Soekarno, Sutan Syahrir, dan lain-lain rela mengorbankan harta, bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk kepentingan bersama, yaitu kemerdekaan Indonesia,” kata politikus Partai Gerindra itu.
(thm)