Indonesia dan Filipina Kerja Sama Terkait Kesehatan Global
A
A
A
JAKARTA - Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan tanpa disadari ternyata dibarengi dengan munculnya sejumlah penyakit baru. Berkembangnya penyakit menular baru tentunya juga membawa dampak sosial dan ekonomi global yang terkait dengan penyakit dan kematian yang tak terduga.
Ancaman penyakit menular tersebut memang seringkali tak bisa dihindari. Lebih berbahaya lagi, kehadirannya juga acapkali tak bisa diprediksi sebelumnya. Terlebih lagi, sebagai negara yang terletak dalam satu kawasan, Indonesia dan Filipina memiliki potensi besar dalam penularan penyakit.
Kendati begitu, tak seharusnya kedua negara ini berdiam diri sambil menunggu serangan penyakit itu datang. Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 70% penyakit infeksi berasal dari penyakit zoonosis-penyakit yang menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
Ini menunjukkan bahwa lebih dari satu aspek bisa dikaitkan dengan penyakit. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dan koordinasi di antara tenaga kerja yang berhubungan dengan kesehatan dan kesehatan atau dapat disebut sebagai tenaga kerja One Health.
Melihat kondisi tersebut, Indonesia One Health University Network (INDOHUN), asosiasi perguruan tinggi negeri menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan, bertajuk Global Health True Leaders 2.0 (GHTL 2.0) yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 16-23 Juli 2018.
GHTL 2.0 merupakan program pelatihan kepemimpinan yang ditujukan untuk calon tenaga kesehatan untuk dapat berkontribusi dalam ranah kesehatan global. Pada pelatihan ini peserta akan dibekali dengan nilai-nilai kepemimpinan dalam pengembangan dunia kesehatan.
Pelatihan ini diikuti tidak hanya diikuti oleh peserta dari Indonesia namun juga peserta yang berasal dari Filipina. "Saya merasa bahwa saya sangat mudah untuk berbaur dan menyatu dengan peserta lainnya terutama dari Indonesia. Mereka terbuka dan menyambut saya dengan sangat baik," ujar Elle Ysabel Manabat dari University of the Philippines Manila.
Kegiatan ini dirancang agar peserta akan memiliki kesempatan untuk membangun keterampilan kesadaran lintas budaya mereka. Pada dasarnya, dan meningkatkan kemampuan kolaborasi dan koordinasi ketika peserta menjalani kehidupan sehari-hari.
Pada tahun ini, GHTL diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 16-23 Juli 2018. Kegiatan ini dilakukan di Lombok dengan tujuan untuk membekali calon tenaga kesehatan untuk memahami mengenai kebudayaan lokal sehingga peserta
Selain itu, Para pembicara yang hadir di kegiatan GHTL 2. 0 di Lombok ini juga datang dari latar belakang yang beragam, yakni Christopher A. Whitter (Direktur dari Conservation Medicine Program & Research Assistant Professor, Cummings School of Veterinary Medicine, Tufts University), Jeffry Mariner (Research Professor, Tufts Cummings School of Veterinary Medicine, Cummings School of Veterinary Medicine, Tuft University), Benyamin Sihombing (WHO Indonesia), Samantha Barbara Islan, (Chairman of board Love Pink), Dian Puspita Sari (Ketua Medical Education, Fakultas Kedokteran UNRAM), Kemal Soeriawidjaja (Partnership ID), serta Benjamin. D. Anderson (perwakilan One Health Commission dan ketua tim One Health dari Duke Khunsai University).
Kegiatan ini sudah berlangsung selama 4 tahun sejak tahun 2014. Dan telah diikuti oleh lebih dari 600 alumni yang berasal dari 10 negara. Koordinator INDOHUN, Prof drh Wiku Adisasmito MSc Ph.D yang sebagai koordinator GHTL 2,0 mengungkapkan, kegiatan ini memiliki makna yang sangat strategis bagi calon-calon pemimpin masa depan.
"Sebagai generasi muda yang memiliki tanggung jawab lebih dalam kesehatan global di masa depan, kepemimpinan memiliki peranan penting dalam membangun kesehatan kerja sama dan kolaborasi untuk mempersiapkan calon-calon tenaga kesehatan," ujar Wiku Adisasmito.
Ancaman penyakit menular tersebut memang seringkali tak bisa dihindari. Lebih berbahaya lagi, kehadirannya juga acapkali tak bisa diprediksi sebelumnya. Terlebih lagi, sebagai negara yang terletak dalam satu kawasan, Indonesia dan Filipina memiliki potensi besar dalam penularan penyakit.
Kendati begitu, tak seharusnya kedua negara ini berdiam diri sambil menunggu serangan penyakit itu datang. Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, 70% penyakit infeksi berasal dari penyakit zoonosis-penyakit yang menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
Ini menunjukkan bahwa lebih dari satu aspek bisa dikaitkan dengan penyakit. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dan koordinasi di antara tenaga kerja yang berhubungan dengan kesehatan dan kesehatan atau dapat disebut sebagai tenaga kerja One Health.
Melihat kondisi tersebut, Indonesia One Health University Network (INDOHUN), asosiasi perguruan tinggi negeri menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan, bertajuk Global Health True Leaders 2.0 (GHTL 2.0) yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 16-23 Juli 2018.
GHTL 2.0 merupakan program pelatihan kepemimpinan yang ditujukan untuk calon tenaga kesehatan untuk dapat berkontribusi dalam ranah kesehatan global. Pada pelatihan ini peserta akan dibekali dengan nilai-nilai kepemimpinan dalam pengembangan dunia kesehatan.
Pelatihan ini diikuti tidak hanya diikuti oleh peserta dari Indonesia namun juga peserta yang berasal dari Filipina. "Saya merasa bahwa saya sangat mudah untuk berbaur dan menyatu dengan peserta lainnya terutama dari Indonesia. Mereka terbuka dan menyambut saya dengan sangat baik," ujar Elle Ysabel Manabat dari University of the Philippines Manila.
Kegiatan ini dirancang agar peserta akan memiliki kesempatan untuk membangun keterampilan kesadaran lintas budaya mereka. Pada dasarnya, dan meningkatkan kemampuan kolaborasi dan koordinasi ketika peserta menjalani kehidupan sehari-hari.
Pada tahun ini, GHTL diselenggarakan di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 16-23 Juli 2018. Kegiatan ini dilakukan di Lombok dengan tujuan untuk membekali calon tenaga kesehatan untuk memahami mengenai kebudayaan lokal sehingga peserta
Selain itu, Para pembicara yang hadir di kegiatan GHTL 2. 0 di Lombok ini juga datang dari latar belakang yang beragam, yakni Christopher A. Whitter (Direktur dari Conservation Medicine Program & Research Assistant Professor, Cummings School of Veterinary Medicine, Tufts University), Jeffry Mariner (Research Professor, Tufts Cummings School of Veterinary Medicine, Cummings School of Veterinary Medicine, Tuft University), Benyamin Sihombing (WHO Indonesia), Samantha Barbara Islan, (Chairman of board Love Pink), Dian Puspita Sari (Ketua Medical Education, Fakultas Kedokteran UNRAM), Kemal Soeriawidjaja (Partnership ID), serta Benjamin. D. Anderson (perwakilan One Health Commission dan ketua tim One Health dari Duke Khunsai University).
Kegiatan ini sudah berlangsung selama 4 tahun sejak tahun 2014. Dan telah diikuti oleh lebih dari 600 alumni yang berasal dari 10 negara. Koordinator INDOHUN, Prof drh Wiku Adisasmito MSc Ph.D yang sebagai koordinator GHTL 2,0 mengungkapkan, kegiatan ini memiliki makna yang sangat strategis bagi calon-calon pemimpin masa depan.
"Sebagai generasi muda yang memiliki tanggung jawab lebih dalam kesehatan global di masa depan, kepemimpinan memiliki peranan penting dalam membangun kesehatan kerja sama dan kolaborasi untuk mempersiapkan calon-calon tenaga kesehatan," ujar Wiku Adisasmito.
(maf)