Praktik Politik Uang Paling Banyak Terjadi Saat Pileg dan Pilkada
A
A
A
JAKARTA - Tingkat praktik money politics atau politik uang di Indonesia khususnya terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) maupun pemilihan umum (Pemilu) dinilai masih sangat tinggi.
Hal itu dikatakan oleh Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi. Dia beragumen politik uang di Indonesia sangat tinggi menurut standar internasional.
"Dari data yang saya himpun, pada tahun 2014 lalu, hampir mencapai 33 persen berbeda dari negara lainnya yang maksimal sekitar 28 persen. Ini menunjukan politik uang di indonesia masih sangat tinggi," kata Burhanuddin di daerah Jakarta Selatan, Senin (9/7/2018).
Dari data tersebut didapati bahwa politik uang terbesar di Indonesia terjadi pada pemilu legislatif (Pileg). "Setelah pileg di posisi kedua ada Pilkada Kabupaten, lalu Pilkada Gubernur, dan yang terkahir adalah pilpres," ucapnya.
Dia menjelaskan, alasan pileg menjadi pemasok terbesar dari politik uang di karenakan di dalam pileg banyak calon yang bersaing dibanding yang lain. "Dan itu yang membuat politik uang sangat besar dibanding pilkada dan pilpres," ungkapnya.
Selain itu menurutnya, bahwa politik uang di dominasi dengan bentuk uang, namun dalam bentuk lainnya masih ditemukan dalam penelitiannya.
"Paling besar 75% uang, 15% perkakas rumah tangga, 10% sembako. Dari situ saya mendapatkan data yang menarik dari informan di daerah, bahwa penjualan amplop meningkat tajam dan juga alat tukar uang kecil meningkat," pungkasnya.
Hal itu dikatakan oleh Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi. Dia beragumen politik uang di Indonesia sangat tinggi menurut standar internasional.
"Dari data yang saya himpun, pada tahun 2014 lalu, hampir mencapai 33 persen berbeda dari negara lainnya yang maksimal sekitar 28 persen. Ini menunjukan politik uang di indonesia masih sangat tinggi," kata Burhanuddin di daerah Jakarta Selatan, Senin (9/7/2018).
Dari data tersebut didapati bahwa politik uang terbesar di Indonesia terjadi pada pemilu legislatif (Pileg). "Setelah pileg di posisi kedua ada Pilkada Kabupaten, lalu Pilkada Gubernur, dan yang terkahir adalah pilpres," ucapnya.
Dia menjelaskan, alasan pileg menjadi pemasok terbesar dari politik uang di karenakan di dalam pileg banyak calon yang bersaing dibanding yang lain. "Dan itu yang membuat politik uang sangat besar dibanding pilkada dan pilpres," ungkapnya.
Selain itu menurutnya, bahwa politik uang di dominasi dengan bentuk uang, namun dalam bentuk lainnya masih ditemukan dalam penelitiannya.
"Paling besar 75% uang, 15% perkakas rumah tangga, 10% sembako. Dari situ saya mendapatkan data yang menarik dari informan di daerah, bahwa penjualan amplop meningkat tajam dan juga alat tukar uang kecil meningkat," pungkasnya.
(maf)