PBNU Serukan Perkuat Persatuan dan Persaudaraan Bangsa

Selasa, 03 Juli 2018 - 21:53 WIB
PBNU Serukan Perkuat Persatuan dan Persaudaraan Bangsa
PBNU Serukan Perkuat Persatuan dan Persaudaraan Bangsa
A A A
JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk menguatkan persaudaraan dan persatuan. Segala bentuk perbedaan agama, suku, atau pilihan politik tak boleh memecah belah kita sebagai satu bangsa yang utuh.

Dalam acara yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla itu, Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin mengingatkan tentang realitas bangsa Indonesia yang sudah menjalin kesepakatan dalam bernegara. Meskipun bukan negara Islam, Indonesia adalah konsensus bersama dari berbagai elemen negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim.

“Kita sudah beranji untuk membangun negara ini secara bersama. Karena kita bersaudara maka kita punya kesepakatan. Kesepakatan itu saya menamakannya 'itifaqat akhawiyah' (kesepakatan atas dasar persaudaraan)," ujarnya di Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Ia mengimbau untuk tak hanya berpaku pada persaudaraan atas dasar agama Islam (ukhuwah islamiyah) tapi juga kebangsaan (ukhuwah wathaniyah). Hal inilah, kata Kiai Ma’ruf, yang selama ini menjaga Indonesia tetap utuh meski di tengah penghuninya yang amat majemuk.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj di panggung yang sama juga menegaskan bahwa persoalan dikotomi antara agama dan nasionalisme di Indonesia sudah selesai. Sejak Indonesia belum merdeka pendiri NU Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Chasbullah mengenalkan semangat cinta tanah air melalui jargon “hubbul wathan minal iman”.

Kiai Said mengajak masyarakat untuk bangga menjadi bangsa Indonesia yang mampu menyelesaikan dikotomi tersebut di tengah bangsa-bangsa Timur Tengah yang masuk dirundung konflik oleh persoalan ini. Secara budaya, menurutnya, Indonesia juga tak kalah dari negara-negara Barat ataupun Arab.

Ketua PBNU H Marsudi Syuhud selaku ketua panitia juga menegaskan, halal bihalal merupakan tradisi yang digagas oleh salah satu pendiri NU KH Wahab Chasbullah dari Jombang untuk menyatukan para elite politik dan para elite organisasi yang saat itu sedang berseteru.

“Tradisi kumpal-kumpul yang sering dilakukan oleh warga NU tersebut pada akhirnya diterapkan oleh seluruh elemen bangsa, dari mulai masyarakat, organisasi, dan instansi pemerintah,” ujar Marsudi saat memberi sambutan.

Hadir pula dalam kesempatan ini Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, serta Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi. Selain itu, tampak pula Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, para duta besar negara-negara sahabat, serta utusan majelis-majelis agama.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6731 seconds (0.1#10.140)