Diduga 3 Alasan Ini Dorong Titiek Soeharto Hijrah ke Partai Berkarya
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto telah menyatakan bergabung ke Partai Berkarya. Terkait hal itu, Pengamat Politik Said Salahudin menilai hijrahnya Titiek Soeharto ke Partai Berkarya itu tidak terlepas dari tiga alasan.
"Pertama, tentu soal kursi Wakil Ketua MPR tambahan yang gagal ia duduki. Ini sudah saya prediksi sejak jauh hari," ujar Said kepada SINDOnews, Selasa (12/6/2018).
Said pun mengaku telah mengingatkan pengurus Partai Golkar bahwa Titiek Soeharto bakal pindah ke Partai Berkarya jika tidak mendapatkan kursi Wakil Ketua MPR tambahan. "Nah, kejadian lah sekarang ini," kata Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini.
Kedua, karena sikap Partai Golkar yang dianggap terlalu menghamba kepada penguasa. "Sebab Titiek itu kan kuningnya ideologis, dia anak dedengkot Golkar," tuturnya.
Sehingga, menurut dia, bukan perkara mudah bagi Titiek Soeharto bercampur dengan kubu merah alias Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sejak dulu menjadi rival politik Partai Golkar karena paham keduanya jelas berbeda. "Di sini lah pertarungan ideologinya bagi Titiek," imbuhnya.
Ketiga, Said menambahkan bahwa Titiek adalah satu-satunya anak Soeharto yang masih aktif di politik sebelum partai besutan Tommy Soeharto dinyatakan lolos sebagai peserta Pemilu 2019. Dia melanjutkan, Titiek selama ini berjuang sendirian dalam merawat pemilih setia Orde Baru.
"Maka ketika Partai Berkarya dipastikan bisa ikut pemilu, Titiek tentu merasa lebih nyaman berjuang bersama dengan keluarganya sendiri untuk kembali menyemai ajaran-ajaran Soeharto," pungkasnya.
"Pertama, tentu soal kursi Wakil Ketua MPR tambahan yang gagal ia duduki. Ini sudah saya prediksi sejak jauh hari," ujar Said kepada SINDOnews, Selasa (12/6/2018).
Said pun mengaku telah mengingatkan pengurus Partai Golkar bahwa Titiek Soeharto bakal pindah ke Partai Berkarya jika tidak mendapatkan kursi Wakil Ketua MPR tambahan. "Nah, kejadian lah sekarang ini," kata Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini.
Kedua, karena sikap Partai Golkar yang dianggap terlalu menghamba kepada penguasa. "Sebab Titiek itu kan kuningnya ideologis, dia anak dedengkot Golkar," tuturnya.
Sehingga, menurut dia, bukan perkara mudah bagi Titiek Soeharto bercampur dengan kubu merah alias Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sejak dulu menjadi rival politik Partai Golkar karena paham keduanya jelas berbeda. "Di sini lah pertarungan ideologinya bagi Titiek," imbuhnya.
Ketiga, Said menambahkan bahwa Titiek adalah satu-satunya anak Soeharto yang masih aktif di politik sebelum partai besutan Tommy Soeharto dinyatakan lolos sebagai peserta Pemilu 2019. Dia melanjutkan, Titiek selama ini berjuang sendirian dalam merawat pemilih setia Orde Baru.
"Maka ketika Partai Berkarya dipastikan bisa ikut pemilu, Titiek tentu merasa lebih nyaman berjuang bersama dengan keluarganya sendiri untuk kembali menyemai ajaran-ajaran Soeharto," pungkasnya.
(kri)