Gaduh Kudeta Demokrat, Pengamat: Politik Belah Bambu Pernah Sasar Golkar, PPP, dan Berkarya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Reserach and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menganggap, langkah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan cepat melakukan konferensi pers terkait isu kudeta terhadap Demokrat sudah tepat. Meski, isu ini berpotensi membuat gaduh di masyarakat.
"Kalau tidak diatasi dengan cepat, bukan tidak mungkin nasib Demokrat bisa tragis, bisa bernasib sama seperti partai lain yang dikudeta, diambil paksa melalui dualisme kepengurusan dan melalui legitimasi pengesahan SK Kemenkumham," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (2/2/2012).
Baca juga: Emil Dardak - Menantu Soekarwo Bakal Bersaing Jadi Ketua Partai Demokrat Jatim
Pangi mengatakan, apa yang dialami Demokrat pernah terjadi di partai lain. Ia menyebut, politik belah bambu juga pernah menyasar internal partai Golkar, PPP, terakhir Partai Berkarya .
Dia melihat, polanya mirip yakni benturan faksi yang menguat, pelibatan kader yang kecewa dan dipecat, menyelenggarakan Munaslub, kemudian nanti Kemenkumham yang mengesahkan kepengurusan yang sah sesuai selera chemistry kekuasaan. Dalam hal ini, kecenderungan partai oposisi menjadi target dan korban operasi khusus tersebut.
Namun demikian, Pangi mengaku mencermati, bahwa Partai Demokrat selamat dan lolos dari operasi khusus mengambil paksa/kudeta terhadap partai tersebut, yang tidak sesuai dengan selera kekuasaan. Dia melihat, Partai Demokrat yang selama ini cukup kritis terhadap kebijakan kekuasaan.
"Paling tidak Partai demokrat cukup mahir dan piawai mengendus dan mampu dengan cepat mengantisipasi upaya politik belah bambu menyasar partai tersebut, berhasil menggagalkannya, akibat operasi tersebut mengalami patahan di tengah jalan," ujarnya.
Baca juga: Ada Upaya Pengerdilan Demokrat dan Menghalau Potensi AHY Menuju 2024
Lebih lanjut ia mengatakan, jika seandainya berhasil politik belah bambu via kudeta terhadap Partai Demokrat kemarin, bahasa sederhananya, apakah masih ada partai yang mau mengambil jalan sebagai partai oposisi.
"Karena kalau nggak sesuai dengan chemistry kekuasaan ujungnya bisa tragis, mungkin itu juga mengapa ketua umum partai lainnya cari selamat dan cari aman, maka pilihannya bergabung ke gerbong koalisi pemerintah," papar dia.
Di sisi lain, peristiwa ini bisa menjadi candu permainan bagi yang punya kuasa dan yang punya logistik. Paling tidak, ini bisa saja menjadi pembelajaran bagi yang melakukannya, ternyata candu kekuasaan mengambil alih pimpinan elite sentral partai dengan cara-cara inkonstitusional atu dengan cara paksa bisa dihentikan, agar tidak menjadi candu kekuasaan. "Wajar saya pikir Partai Demokrat membela diri, mempertahankan kekuasaan itu adalah seni berkuasa," pungkasnya.
"Kalau tidak diatasi dengan cepat, bukan tidak mungkin nasib Demokrat bisa tragis, bisa bernasib sama seperti partai lain yang dikudeta, diambil paksa melalui dualisme kepengurusan dan melalui legitimasi pengesahan SK Kemenkumham," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Selasa (2/2/2012).
Baca juga: Emil Dardak - Menantu Soekarwo Bakal Bersaing Jadi Ketua Partai Demokrat Jatim
Pangi mengatakan, apa yang dialami Demokrat pernah terjadi di partai lain. Ia menyebut, politik belah bambu juga pernah menyasar internal partai Golkar, PPP, terakhir Partai Berkarya .
Dia melihat, polanya mirip yakni benturan faksi yang menguat, pelibatan kader yang kecewa dan dipecat, menyelenggarakan Munaslub, kemudian nanti Kemenkumham yang mengesahkan kepengurusan yang sah sesuai selera chemistry kekuasaan. Dalam hal ini, kecenderungan partai oposisi menjadi target dan korban operasi khusus tersebut.
Namun demikian, Pangi mengaku mencermati, bahwa Partai Demokrat selamat dan lolos dari operasi khusus mengambil paksa/kudeta terhadap partai tersebut, yang tidak sesuai dengan selera kekuasaan. Dia melihat, Partai Demokrat yang selama ini cukup kritis terhadap kebijakan kekuasaan.
"Paling tidak Partai demokrat cukup mahir dan piawai mengendus dan mampu dengan cepat mengantisipasi upaya politik belah bambu menyasar partai tersebut, berhasil menggagalkannya, akibat operasi tersebut mengalami patahan di tengah jalan," ujarnya.
Baca juga: Ada Upaya Pengerdilan Demokrat dan Menghalau Potensi AHY Menuju 2024
Lebih lanjut ia mengatakan, jika seandainya berhasil politik belah bambu via kudeta terhadap Partai Demokrat kemarin, bahasa sederhananya, apakah masih ada partai yang mau mengambil jalan sebagai partai oposisi.
"Karena kalau nggak sesuai dengan chemistry kekuasaan ujungnya bisa tragis, mungkin itu juga mengapa ketua umum partai lainnya cari selamat dan cari aman, maka pilihannya bergabung ke gerbong koalisi pemerintah," papar dia.
Di sisi lain, peristiwa ini bisa menjadi candu permainan bagi yang punya kuasa dan yang punya logistik. Paling tidak, ini bisa saja menjadi pembelajaran bagi yang melakukannya, ternyata candu kekuasaan mengambil alih pimpinan elite sentral partai dengan cara-cara inkonstitusional atu dengan cara paksa bisa dihentikan, agar tidak menjadi candu kekuasaan. "Wajar saya pikir Partai Demokrat membela diri, mempertahankan kekuasaan itu adalah seni berkuasa," pungkasnya.
(zik)