Pilot GI Tunda Mogok
A
A
A
Apa jadinya seandainya para pilot Garuda Indonesia (GI) jadi mogok kerja pada musim mudik tahun ini. Bisa dibayangkan kerepotan yang bakal menimpa pemerintah dan pemudik yang menggunakan jasa maskapai nasional itu.
Untungnya, rencana aksi mogok tersebut ditangguhkan sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bahwa karyawan GI khususnya kalangan pilot sepakat tidak melakukan mogok kerja dan memastikan aktivitas penerbangan tetap berjalan normal.
Untuk menjaga performa kinerja GI, pemerintah menyarankan manajemen dan karyawan segera menjadwalkan pertemuan guna menuntaskan masalah di antara mereka. Perselisihan antara manajemen dan karyawan GI memang sudah tidak bisa ditutupi alias sudah menjadi rahasia umum. Sayangnya, itu berdampak pada kinerja GI yang seringkali mengalami delay pada sejumlah rute yang ada.
Sebelumnya Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) yang bernaung di bawah payung Serikat Bersama Garuda Indonesia sudah menyatakan tidak ada aksi mogok kerja menyambut libur Lebaran tahun ini. Para pilot memilih menggelar mogok kerja di lain waktu. Mengutip pernyataan Ketua Umum Sekarga Ahmad Irfan Nasution, keputusan menunda rencana mogok kerja pada musim mudik tahun ini untuk menghindari momen krusial dengan para konsumen.
Sepertinya rencana aksi mogok karyawan GI di musim mudik tahun ini bagian dari strategi menarik perhatian pemerintah dan publik bahwa ada masalah dalam tubuh maskapai penerbangan nasional itu. Pihak manajemen telah menyiapkan langkah antisipasi jika ancaman pilot terbukti di antaranya mengoptimalkan pilot yang tidak ikut mogok dan telah menggandeng TNI Angkatan Udara agar aktivitas penerbangan tetap berjalan normal.
Sebenarnya ancaman mogok kerja karyawan GI sudah lama terdengar, namun memuncak awal bulan ini seiring semakin mendekatnya waktu mudik Lebaran. Benih kekecewaan karyawan mulai tersemai sejak April 2017 saat rapat umum pemegang saham (RUPS) memutuskan meniadakan jabatan direktur operasi dan direktur teknik. Penghapusan posisi tersebut menghilangkan penanggung jawab dalam audit Airport Operating Certificate (AOC).
Hujan protes dari karyawan dan pilot pun tak terhindarkan, manajemen pun “mengalah” dengan menghadirkan kembali posisi direktur operasi dan direktur teknik. Sayangnya, keputusan tersebut tidak melalui mekanisme RUPS.
Rupanya, masalah di tubuh maskapai itu semakin melebar, yang terkait persoalan teknis. Penyebabnya sebagaimana ditengarai pihak Sekarga adalah sebagian besar dewan direksi GI tidak berlatar belakang dunia penerbangan, melainkan perbankan. Akibat itu, sejumlah kebijakan yang diterbitkan direksi seringkali bertentangan dengan kepentingan pilot dan karyawan.
Mulai dari masalah pergeseran jam kerja, pemotongan hak atas kenaikan gaji berkala per tahun, hingga pemangkasan jam terbang pilot sehingga mengurangi besaran penghasilan. Langkah manajemen ditempuh atas nama efisiensi.
Bagaimana dengan kinerja GI? Berdasarkan data publikasi terbaru Kementerian BUMN dari 12 perusahaan pelat merah yang mencatatkan rugi pada tahun lalu salah satunya adalah GI. Manajemen GI mengklaim kinerja perseroan pada kuartal pertama tahun ini sudah membaik.
Sebagaimana dibeberkan Vice President Corporate Secretary GI Hengki Heriandono, sepanjang triwulan pertama 2018 perseroan telah menekan kerugian dari sekitar USD100 juta pada kuartal pertama tahun lalu menjadi USD64 juta pada kuartal pertama 2018 atau sekitar 35%. Sementara itu, capaian on time performance (OTP) menjadi 90% sepanjang Mei lalu. Pencapaian OTP tersebut sejalan hasil pemeringkatan tingkat ketepatan waktu versi Official Airline Guide (OAG) sejak April lalu.
Adapun pemudik yang memanfaatkan alat transportasi udara tahun ini berdasarkan prediksi PT Angkasa Pura II meningkat sekitar 10% dari 6,1 juta pemudik tahun lalu menjadi 6,7 juta pemudik tahun ini. Bisa dibayangkan kerepotan yang bakal menimpa apabila pilot GI jadi menggelar aksi mogok kerja di tengah momen mudik Lebaran 2018. Untungnya, pihak APG memilih untuk mogok kerja di lain waktu, terpenting pesan yang ingin disampaikan sudah diketahui pemerintah. Benahi manajemen GI.
Untungnya, rencana aksi mogok tersebut ditangguhkan sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bahwa karyawan GI khususnya kalangan pilot sepakat tidak melakukan mogok kerja dan memastikan aktivitas penerbangan tetap berjalan normal.
Untuk menjaga performa kinerja GI, pemerintah menyarankan manajemen dan karyawan segera menjadwalkan pertemuan guna menuntaskan masalah di antara mereka. Perselisihan antara manajemen dan karyawan GI memang sudah tidak bisa ditutupi alias sudah menjadi rahasia umum. Sayangnya, itu berdampak pada kinerja GI yang seringkali mengalami delay pada sejumlah rute yang ada.
Sebelumnya Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) yang bernaung di bawah payung Serikat Bersama Garuda Indonesia sudah menyatakan tidak ada aksi mogok kerja menyambut libur Lebaran tahun ini. Para pilot memilih menggelar mogok kerja di lain waktu. Mengutip pernyataan Ketua Umum Sekarga Ahmad Irfan Nasution, keputusan menunda rencana mogok kerja pada musim mudik tahun ini untuk menghindari momen krusial dengan para konsumen.
Sepertinya rencana aksi mogok karyawan GI di musim mudik tahun ini bagian dari strategi menarik perhatian pemerintah dan publik bahwa ada masalah dalam tubuh maskapai penerbangan nasional itu. Pihak manajemen telah menyiapkan langkah antisipasi jika ancaman pilot terbukti di antaranya mengoptimalkan pilot yang tidak ikut mogok dan telah menggandeng TNI Angkatan Udara agar aktivitas penerbangan tetap berjalan normal.
Sebenarnya ancaman mogok kerja karyawan GI sudah lama terdengar, namun memuncak awal bulan ini seiring semakin mendekatnya waktu mudik Lebaran. Benih kekecewaan karyawan mulai tersemai sejak April 2017 saat rapat umum pemegang saham (RUPS) memutuskan meniadakan jabatan direktur operasi dan direktur teknik. Penghapusan posisi tersebut menghilangkan penanggung jawab dalam audit Airport Operating Certificate (AOC).
Hujan protes dari karyawan dan pilot pun tak terhindarkan, manajemen pun “mengalah” dengan menghadirkan kembali posisi direktur operasi dan direktur teknik. Sayangnya, keputusan tersebut tidak melalui mekanisme RUPS.
Rupanya, masalah di tubuh maskapai itu semakin melebar, yang terkait persoalan teknis. Penyebabnya sebagaimana ditengarai pihak Sekarga adalah sebagian besar dewan direksi GI tidak berlatar belakang dunia penerbangan, melainkan perbankan. Akibat itu, sejumlah kebijakan yang diterbitkan direksi seringkali bertentangan dengan kepentingan pilot dan karyawan.
Mulai dari masalah pergeseran jam kerja, pemotongan hak atas kenaikan gaji berkala per tahun, hingga pemangkasan jam terbang pilot sehingga mengurangi besaran penghasilan. Langkah manajemen ditempuh atas nama efisiensi.
Bagaimana dengan kinerja GI? Berdasarkan data publikasi terbaru Kementerian BUMN dari 12 perusahaan pelat merah yang mencatatkan rugi pada tahun lalu salah satunya adalah GI. Manajemen GI mengklaim kinerja perseroan pada kuartal pertama tahun ini sudah membaik.
Sebagaimana dibeberkan Vice President Corporate Secretary GI Hengki Heriandono, sepanjang triwulan pertama 2018 perseroan telah menekan kerugian dari sekitar USD100 juta pada kuartal pertama tahun lalu menjadi USD64 juta pada kuartal pertama 2018 atau sekitar 35%. Sementara itu, capaian on time performance (OTP) menjadi 90% sepanjang Mei lalu. Pencapaian OTP tersebut sejalan hasil pemeringkatan tingkat ketepatan waktu versi Official Airline Guide (OAG) sejak April lalu.
Adapun pemudik yang memanfaatkan alat transportasi udara tahun ini berdasarkan prediksi PT Angkasa Pura II meningkat sekitar 10% dari 6,1 juta pemudik tahun lalu menjadi 6,7 juta pemudik tahun ini. Bisa dibayangkan kerepotan yang bakal menimpa apabila pilot GI jadi menggelar aksi mogok kerja di tengah momen mudik Lebaran 2018. Untungnya, pihak APG memilih untuk mogok kerja di lain waktu, terpenting pesan yang ingin disampaikan sudah diketahui pemerintah. Benahi manajemen GI.
(nag)