Jumlah Layanan Katering Jamaah Haji Ditambah
A
A
A
JAKARTA - Musim haji 2018 ini jamaah haji Indonesia akan mendapatkan tambahan jatah makan. Jika sebelumnya pada 2016 jamaah hanya mendapatkan jatah makan 24 kali, dan 2017 bertambah jadi 25 kali, pada 2018 jatah makan meningkat hingga 40 kali.
“Jamaah haji kita di Mekkah akan dapat tambahan jatah makan 15 kali dari jumlah sebelumnya,” kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali saat memberikan pembekalan kepada 780 petugas haji di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
Jumlah tersebut menurut Nizar masih kurang karena seharusnya 50 porsi makan setiap anggota jamaah haji. Namun, ada kendala yang dihadapi, yaitu distribusi makanan cukup sulit dilakukan karena kondisi Mekkah yang dipadati jamaah sehingga kendaraan yang membawa makanan sulit untuk masuk. Kalau dipaksakan maka makanan akan basi sehingga akan mubazir.
Sebetulnya makanan bisa disiasati dengan lauk yang lebih bertahan lama, seperti rendang. Namun, opsi tersebut masih akan dibicarakan lebih lanjut. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) juga memastikan makanan yang dikonsumsi jamaah haji harus bercita rasa Indonesia dengan cara mengerahkan juru masak dari Indonesia dan menggandeng sekolah pariwisata jurusan tata boga.
Diharapkan dengan layanan katering makanan ini jamaah bisa lebih fokus beribadah karena tak lagi dipusingkan dengan mencari makan atau memasak sendiri. “Kami akan terusmengevaluasi dan menghadirkan inovasi untuk jamaah haji kita,” jamin Nizar.
Dari sisi heterogenitas atau keanekaragaman jamaah haji asal Indonesia merupakan salah satu yang paling tinggi di dunia. Dari segi pendidikan, jumlah pendaftar haji yang hanya menamatkan bangku sekolah dasar (SD) jauh melampaui jenjang pendidikan lain. Berdasarkan data terakhir di Kemenag, jumlah pendaftar haji tamatan SD menempati urutan pertama dengan angka mencapai 941.183 orang. Angka itu jauh melampaui tamatan SMA yang berjumlah 721.685 orang.
Di urutan ketiga adalah lulusan strata satu sebanyak 641.614, disusul tamatan SMP sebanyak 351.969 orang. “Padasaat manasik si tutor harus sudah menyadari realitas bahwa yang mereka ajari manasik ada yang tidak tamat SD, ada yang doktor. yang penting adalah praktis yang diajarkan,” ujar mantan Direktur Jenderal PHU Abdul Jamil dalam kesempatan yang sama. (Sudarsono)
“Jamaah haji kita di Mekkah akan dapat tambahan jatah makan 15 kali dari jumlah sebelumnya,” kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali saat memberikan pembekalan kepada 780 petugas haji di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.
Jumlah tersebut menurut Nizar masih kurang karena seharusnya 50 porsi makan setiap anggota jamaah haji. Namun, ada kendala yang dihadapi, yaitu distribusi makanan cukup sulit dilakukan karena kondisi Mekkah yang dipadati jamaah sehingga kendaraan yang membawa makanan sulit untuk masuk. Kalau dipaksakan maka makanan akan basi sehingga akan mubazir.
Sebetulnya makanan bisa disiasati dengan lauk yang lebih bertahan lama, seperti rendang. Namun, opsi tersebut masih akan dibicarakan lebih lanjut. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) juga memastikan makanan yang dikonsumsi jamaah haji harus bercita rasa Indonesia dengan cara mengerahkan juru masak dari Indonesia dan menggandeng sekolah pariwisata jurusan tata boga.
Diharapkan dengan layanan katering makanan ini jamaah bisa lebih fokus beribadah karena tak lagi dipusingkan dengan mencari makan atau memasak sendiri. “Kami akan terusmengevaluasi dan menghadirkan inovasi untuk jamaah haji kita,” jamin Nizar.
Dari sisi heterogenitas atau keanekaragaman jamaah haji asal Indonesia merupakan salah satu yang paling tinggi di dunia. Dari segi pendidikan, jumlah pendaftar haji yang hanya menamatkan bangku sekolah dasar (SD) jauh melampaui jenjang pendidikan lain. Berdasarkan data terakhir di Kemenag, jumlah pendaftar haji tamatan SD menempati urutan pertama dengan angka mencapai 941.183 orang. Angka itu jauh melampaui tamatan SMA yang berjumlah 721.685 orang.
Di urutan ketiga adalah lulusan strata satu sebanyak 641.614, disusul tamatan SMP sebanyak 351.969 orang. “Padasaat manasik si tutor harus sudah menyadari realitas bahwa yang mereka ajari manasik ada yang tidak tamat SD, ada yang doktor. yang penting adalah praktis yang diajarkan,” ujar mantan Direktur Jenderal PHU Abdul Jamil dalam kesempatan yang sama. (Sudarsono)
(nfl)