Ekonomi Lampu Kuning?
A
A
A
BENARKAH perekonomian nasional sudah lampu kuning? Sejumlah kalangan terutama ekonom mengamini bahwa kondisi perekonomian harus mendapat perhatian khusus. Rupiah terkulai menghadapi dolar Amerika Serikat (AS) tanpa tanda-tanda kapan bisa bangkit lagi. Pada awal tahun, posisi rupiah masih bertengger di level Rp13.500/USD, kemudian anjlok cukup dalam yang sempat menembus Rp14.200/USD.Lalu defisit transaksi berjalan semakin mengkhawatirkan. Sebelumnya perekonomian domestik sudah dihajar perlambatan konsumsi masyarakat. Utang pemerintah kian bertambah yang mendapat sorotan tajam masyarakat. Namun pemerintah tetap percaya diri dengan argumentasi bahwa fundamental perekonomian nasional masih kuat.
Menanggapi sinyalemen perekonomian nasional dalam kondisi hati-hati alias lampu kuning, pemerintah keberatan dengan reaksi yang kompak membantah. Perekonomian Indonesia stabil dan baik-baik saja, pernyataan itu ditegaskan Menteri Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan seraya menantang pihak-pihak yang mengklaim perekonomian domestik sedang berada di lampu kuning untuk membuktikannya.
Setali tiga uang, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution bereaksi lebih keras dengan menilai tuduhan perekonomian nasional dalam posisi lampu kuning adalah pernyataan yang berlebihan. Sebab dengan kondisi nilai tukar rupiah yang terus tertekan oleh dolar AS, tidak bisa disimpulkan bahwa perekonomian kini sedang dalam situasi krisis. Meski demikian kedua pejabat menteri koordinator yang berkaitan dengan ekonomi tersebut tetap mengakui perlunya mewaspadai segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Sementara itu respons Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati lebih kalem dan mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan kekhawatiran akan kondisi perekonomian nasional yang terus merosot dalam dua bulan terakhir ini. Dengan bijak, dia menyatakan bahwa pemerintah akan terus mewaspadai gejolak ekonomi yang terjadi di dunia internasional.
Adapun fundamental perekonomian nasional masih dalam kondisi terjaga. Di antaranya pertumbuhan ekonomi masih di atas level 5%. Defisit anggaran tahun ini sudah menuju di bawah 2% dan tingkat inflasi berada di level rendah. Mengatasi berbagai kemungkinan terburuk, pemerintah berjanji melakukan sejumlah langkah strategis bersama Bank Indonesia (BI).
Sesaat seusai pelantikan Gubernur BI Perry Warjiyo, Menkeu menaruh harapan besar agar gebrakan perdana nakhoda bank sentral adalah segera mengambil langkah penguatan nilai tukar rupiah. Gayung bersambut, Perry Warjiyo berjanji melayarkan BI dengan menjalankan mandat untuk stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi, di antaranya menstabilkan inflasi dan nilai tukar rupiah.
Ada tiga langkah penting yang bakal mewarnai perjalanan petinggi baru BI itu dalam mewujudkan stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi. Langkah pertama, BI akan menerapkan lima instrumen yang meliputi kebijakan moneter dengan fokus menjaga stabilitas, antara lain melalui kebijakan suku dan stabilisasi nilai tukar. Adapun empat instrumen lainnya adalah pro-pertumbuhan yang menjadi komitmen petinggi bank sentral itu.
Langkah kedua, meningkatkan koordinasi antara pemerintah dan BI guna memperkuat stabilitas dalam mendorong pertumbuhan. Fokus pada percepatan perbaikan sektor riil, baik dalam mendorong pertumbuhan maupun untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Koordinasi akan difokuskan untuk memperkuat dan mempercepat perbaikan di sektor riil, baik untuk mendorong pertumbuhan maupun mengatasi defisit transaksi berjalan. Selain itu meningkatkan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Langkah ketiga, BI berkomitmen memprioritaskan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semakin memprihatinkan yang disebabkan tekanan eksternal.
Nakhoda baru BI itu begitu optimistis bisa mengawal pertumbuhan ekonomi ke arah positif. Karena itu Perry Warjiyo yang menggantikan Agus Martowardojo tidak sepakat dengan penilaian bahwa perekonomian nasional dalam posisi lampu kuning. Untuk memberikan penilaian terhadap kinerja perekonomian harus dilihat berbagai faktor yang saling memengaruhi. Sejumlah indikator ekonomi dalam kondisi terjaga.Betul terjadi defisit transaksi berjalan, tetapi masih di bawah level 3%. Rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) berada di level 34%. Kondisi serupa saat ini pernah menghinggapi negeri ini, tepatnya pada 2013, dan berhasil dilewati tanpa berdampak signifikan ke Indonesia. Kita berharap, BI dapat berperan maksimal agar perekonomian nasional tetap dalam posisi lampu hijau agar bisa melaju lebih cepat lagi.
Menanggapi sinyalemen perekonomian nasional dalam kondisi hati-hati alias lampu kuning, pemerintah keberatan dengan reaksi yang kompak membantah. Perekonomian Indonesia stabil dan baik-baik saja, pernyataan itu ditegaskan Menteri Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan seraya menantang pihak-pihak yang mengklaim perekonomian domestik sedang berada di lampu kuning untuk membuktikannya.
Setali tiga uang, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution bereaksi lebih keras dengan menilai tuduhan perekonomian nasional dalam posisi lampu kuning adalah pernyataan yang berlebihan. Sebab dengan kondisi nilai tukar rupiah yang terus tertekan oleh dolar AS, tidak bisa disimpulkan bahwa perekonomian kini sedang dalam situasi krisis. Meski demikian kedua pejabat menteri koordinator yang berkaitan dengan ekonomi tersebut tetap mengakui perlunya mewaspadai segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Sementara itu respons Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati lebih kalem dan mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan kekhawatiran akan kondisi perekonomian nasional yang terus merosot dalam dua bulan terakhir ini. Dengan bijak, dia menyatakan bahwa pemerintah akan terus mewaspadai gejolak ekonomi yang terjadi di dunia internasional.
Adapun fundamental perekonomian nasional masih dalam kondisi terjaga. Di antaranya pertumbuhan ekonomi masih di atas level 5%. Defisit anggaran tahun ini sudah menuju di bawah 2% dan tingkat inflasi berada di level rendah. Mengatasi berbagai kemungkinan terburuk, pemerintah berjanji melakukan sejumlah langkah strategis bersama Bank Indonesia (BI).
Sesaat seusai pelantikan Gubernur BI Perry Warjiyo, Menkeu menaruh harapan besar agar gebrakan perdana nakhoda bank sentral adalah segera mengambil langkah penguatan nilai tukar rupiah. Gayung bersambut, Perry Warjiyo berjanji melayarkan BI dengan menjalankan mandat untuk stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi, di antaranya menstabilkan inflasi dan nilai tukar rupiah.
Ada tiga langkah penting yang bakal mewarnai perjalanan petinggi baru BI itu dalam mewujudkan stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi. Langkah pertama, BI akan menerapkan lima instrumen yang meliputi kebijakan moneter dengan fokus menjaga stabilitas, antara lain melalui kebijakan suku dan stabilisasi nilai tukar. Adapun empat instrumen lainnya adalah pro-pertumbuhan yang menjadi komitmen petinggi bank sentral itu.
Langkah kedua, meningkatkan koordinasi antara pemerintah dan BI guna memperkuat stabilitas dalam mendorong pertumbuhan. Fokus pada percepatan perbaikan sektor riil, baik dalam mendorong pertumbuhan maupun untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Koordinasi akan difokuskan untuk memperkuat dan mempercepat perbaikan di sektor riil, baik untuk mendorong pertumbuhan maupun mengatasi defisit transaksi berjalan. Selain itu meningkatkan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Langkah ketiga, BI berkomitmen memprioritaskan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semakin memprihatinkan yang disebabkan tekanan eksternal.
Nakhoda baru BI itu begitu optimistis bisa mengawal pertumbuhan ekonomi ke arah positif. Karena itu Perry Warjiyo yang menggantikan Agus Martowardojo tidak sepakat dengan penilaian bahwa perekonomian nasional dalam posisi lampu kuning. Untuk memberikan penilaian terhadap kinerja perekonomian harus dilihat berbagai faktor yang saling memengaruhi. Sejumlah indikator ekonomi dalam kondisi terjaga.Betul terjadi defisit transaksi berjalan, tetapi masih di bawah level 3%. Rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) berada di level 34%. Kondisi serupa saat ini pernah menghinggapi negeri ini, tepatnya pada 2013, dan berhasil dilewati tanpa berdampak signifikan ke Indonesia. Kita berharap, BI dapat berperan maksimal agar perekonomian nasional tetap dalam posisi lampu hijau agar bisa melaju lebih cepat lagi.
(kri)