Briptu Syukron Fadhli, Sosok Sopan yang Jago Olahraga
A
A
A
JAKARTA - Jenazah Briptu Syukron Fadhli (21) Anggota Detasemen Khusus Anti Teror 88 yang menjadi korban meninggal dalam kerusuhan narapidana teroris (napiter) di Rumah Tahanan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok telah dimakamkan di kampung halamannya di Prembun, Kebumen, Jawa Tengah.
Hal tersebut dikatakan oleh Prayitno (81) Ketua RT 004, RW 006 Kompleks TNI AD III Cakung, Jakarta Timur. Dia membenarkan almarhum adalah warganya. "Dia memang warga saya. Di sini tinggal sama bibinya sejak tahun 2015," ungkapnya saat ditemui di kediamannya Kompleks TNI AD III Nomor 13, RT 004/006, Cakung Jakarta Timur, Kamis (10/5/2018).
Jenazah Syukron langsung dibawa oleh pihak keluarga ke kampung halaman untuk dimakamkan. "Saya juga tidak sempat melihat jenazah karena dari Rumah Sakit Polri langsung dibawa ke kampung di Prembun, Kembumen, Jawa Tengah. Di rumah bibinya kosong, semua ke sana," tandasnya.
Prayitno mengaku mendengar kabar Syukron meninggal dari berita televisi dan setelah wartawan mendatangi kediamannya bertanya di mana alamat korban. "Saya tahunya dari televisi, lalu wartawan datang ke sini," tegasnya.
Prayitno mengungkapkan Syukron adalah sosok yang baik, ramah dan pendiam. Selama tinggal di Kompleks TNI AD III, Cakung Jakarta Timur bersama bibinya dari 2015, almarhum dikenal sangat baik dan selalu bergaul dengan warga sekitar.
"Dia itu baik dan masih muda, kalau ada kegiatan apa-apa di kampung sini selalu ikut. Tapi dia itu pendiam dan sopan," tuturnya.
Menurut dia, almarhum belum ada satu tahun menjadi anggota Polri. Baru tahun kemarin Syukron mengikuti pendidikan di Bogor selama tujuh bulan dan setelah dinyatakan lulus langsung ditempatkan di Mako Brimob sebagai anggota Densus 88 Anti Teror.
"Dia tujuh bulan ikut pendidikan, baru tiga bulan di Mako Brimob. Kalau enggak pinter kan mungkin. Dia bukan Akpol masuk Bintara karena SMA," tutur Prayitno.
Bahkan, almarhum sudah berencana untuk melanjutkan pendidikan untuk mendukung pekerjaannya. Briptu Syukron Fadhli semasa hidup ternyata memiliki segudang prestasi di bidang olahraga. Almarhum dikenal jago dalam bermain bola volli, sepakbola futsal, hingga bulu tangkis.
Bahkan beberapa piala juara satu dan dua berhasil diraihnya. Syukron dinilainya menjadi sangat aktif mengikuti kegiatan di lingkungannya.
"Dia paling jago main voli dan dia itu paling tinggi di antara teman-temannya. Ini ada piala yang dia pernah jadi juara ada juara bulu tangkis, futsal sama voli. Meski juara sama, tapi tim dia paling berperan," tuturnya.
Dia mengungkapkan, Syukron masuk menjadi anggota Polri melalui jalur olahraga dengan segudang prestasi. Korban juga sempat mendaftarkan diri sebagai anggota TNI namun gagal.
"Dia pernah daftar di AURI gagal psikotes, terus daftar TNI Angkatan Darat juga gagal karena farises. Terus dia daftar Polri baru diterima karena dapat banyak prestasi di olahraga. Pernah dapat penghargaan dari Wali Kota Jakarta Timur segala juara Volli. Dia tinggi, larinya kencang, jago olahraga jadinya bisa masuk Polri," tuturnya.
Beberapa piala yang berhasil korban sabet oleh Prayitno juga ditunjukkan. Ada 12 piala mulai juara futsal, voli, dan bulu tangkis. Namun, empat piala yang digunakan untuk mendaftarkan sebagai anggota Polri ada empat yakni Juara II Futsal SMP, Juara I SD Cerdas Cermat, Juara II Futsal Remaja, dan juara I Volli Putra.
"Kalau ada lomba apa pun selalu ikut. Kalau voli, dia sudah ke mana-mana," tutur Prayitno.
Kendati demikian, Syukron dikenal sebagai sosok yang pendiam namun baik dan sopan. Bertugas di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok korban disebut belum genap satu bulan, sebelumnya mengikuti pendidikan di Bogor sebagai anggota Polri selama tujuh bulan.
"Kami juga kehilangan dia. Tidak ada lagi yang jago main voli. Pernah saya tanya pialanya mau dibawa enggak. tapi dia bilang suruh taruh di rumah saya saja," tuturnya.
Seperti diketahui, kerusuhan terjadi di Rumah Tahanan Cabang Salemba di Marko Brimob Kelapa Dua, Depok, Selasa 8 Mei 2018 malam yang dilakukan oleh napi kasus terorisme. Dalam peristiwa tersebut, lima anggota Polri gugur, empat terluka dan satu napi tewas.
Hal tersebut dikatakan oleh Prayitno (81) Ketua RT 004, RW 006 Kompleks TNI AD III Cakung, Jakarta Timur. Dia membenarkan almarhum adalah warganya. "Dia memang warga saya. Di sini tinggal sama bibinya sejak tahun 2015," ungkapnya saat ditemui di kediamannya Kompleks TNI AD III Nomor 13, RT 004/006, Cakung Jakarta Timur, Kamis (10/5/2018).
Jenazah Syukron langsung dibawa oleh pihak keluarga ke kampung halaman untuk dimakamkan. "Saya juga tidak sempat melihat jenazah karena dari Rumah Sakit Polri langsung dibawa ke kampung di Prembun, Kembumen, Jawa Tengah. Di rumah bibinya kosong, semua ke sana," tandasnya.
Prayitno mengaku mendengar kabar Syukron meninggal dari berita televisi dan setelah wartawan mendatangi kediamannya bertanya di mana alamat korban. "Saya tahunya dari televisi, lalu wartawan datang ke sini," tegasnya.
Prayitno mengungkapkan Syukron adalah sosok yang baik, ramah dan pendiam. Selama tinggal di Kompleks TNI AD III, Cakung Jakarta Timur bersama bibinya dari 2015, almarhum dikenal sangat baik dan selalu bergaul dengan warga sekitar.
"Dia itu baik dan masih muda, kalau ada kegiatan apa-apa di kampung sini selalu ikut. Tapi dia itu pendiam dan sopan," tuturnya.
Menurut dia, almarhum belum ada satu tahun menjadi anggota Polri. Baru tahun kemarin Syukron mengikuti pendidikan di Bogor selama tujuh bulan dan setelah dinyatakan lulus langsung ditempatkan di Mako Brimob sebagai anggota Densus 88 Anti Teror.
"Dia tujuh bulan ikut pendidikan, baru tiga bulan di Mako Brimob. Kalau enggak pinter kan mungkin. Dia bukan Akpol masuk Bintara karena SMA," tutur Prayitno.
Bahkan, almarhum sudah berencana untuk melanjutkan pendidikan untuk mendukung pekerjaannya. Briptu Syukron Fadhli semasa hidup ternyata memiliki segudang prestasi di bidang olahraga. Almarhum dikenal jago dalam bermain bola volli, sepakbola futsal, hingga bulu tangkis.
Bahkan beberapa piala juara satu dan dua berhasil diraihnya. Syukron dinilainya menjadi sangat aktif mengikuti kegiatan di lingkungannya.
"Dia paling jago main voli dan dia itu paling tinggi di antara teman-temannya. Ini ada piala yang dia pernah jadi juara ada juara bulu tangkis, futsal sama voli. Meski juara sama, tapi tim dia paling berperan," tuturnya.
Dia mengungkapkan, Syukron masuk menjadi anggota Polri melalui jalur olahraga dengan segudang prestasi. Korban juga sempat mendaftarkan diri sebagai anggota TNI namun gagal.
"Dia pernah daftar di AURI gagal psikotes, terus daftar TNI Angkatan Darat juga gagal karena farises. Terus dia daftar Polri baru diterima karena dapat banyak prestasi di olahraga. Pernah dapat penghargaan dari Wali Kota Jakarta Timur segala juara Volli. Dia tinggi, larinya kencang, jago olahraga jadinya bisa masuk Polri," tuturnya.
Beberapa piala yang berhasil korban sabet oleh Prayitno juga ditunjukkan. Ada 12 piala mulai juara futsal, voli, dan bulu tangkis. Namun, empat piala yang digunakan untuk mendaftarkan sebagai anggota Polri ada empat yakni Juara II Futsal SMP, Juara I SD Cerdas Cermat, Juara II Futsal Remaja, dan juara I Volli Putra.
"Kalau ada lomba apa pun selalu ikut. Kalau voli, dia sudah ke mana-mana," tutur Prayitno.
Kendati demikian, Syukron dikenal sebagai sosok yang pendiam namun baik dan sopan. Bertugas di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok korban disebut belum genap satu bulan, sebelumnya mengikuti pendidikan di Bogor sebagai anggota Polri selama tujuh bulan.
"Kami juga kehilangan dia. Tidak ada lagi yang jago main voli. Pernah saya tanya pialanya mau dibawa enggak. tapi dia bilang suruh taruh di rumah saya saja," tuturnya.
Seperti diketahui, kerusuhan terjadi di Rumah Tahanan Cabang Salemba di Marko Brimob Kelapa Dua, Depok, Selasa 8 Mei 2018 malam yang dilakukan oleh napi kasus terorisme. Dalam peristiwa tersebut, lima anggota Polri gugur, empat terluka dan satu napi tewas.
(dam)