Menggaungkan Asian Games
A
A
A
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampil beda saat menerima kedatangan perwakilan siswa-siswi OSIS SMA berprestasi se-Indonesia di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/5) pekan lalu. Hal yang mencolok dari Kepala Negara saat itu adalah jaket berwarna hitam yang dikenakannya. Gaya berbusana presiden ketujuh RI ini memang sering kali unik, menarik perhatian sehingga tak jarang menjadi viral di media sosial. Hari itu, misalnya, Jokowi mengenakan jaket berlogo Asian Games 2018. Pada bagian depan dan lengan jaket tersebut terdapat logo warna-warni dengan ukuran besar. Pada bagian belakang jaket juga terdapat gambar besar atlet cabang basket dan angkat besi yang sedang beraksi,
Merespons rasa penasaran menteri dan wartawan yang hadir pada acara itu, Jokowi mengatakan ia sengaja mengenakan jaket tersebut sebagai langkah untuk mempromosikan Asian Games 2018 yang akan digelar di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus-2 September 2018. Dia ingin menteri dan masyarakat Tanah Air meniru langkahnya mempromosikan ajang pesta olahraga empat tahunan bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut.
Melalui jaketnya tersebut Jokowi seolah ingin menegaskan bahwa menggaungkan Asian Games tak cukup hanya dengan imbauan atau perintah darinya sebagai kepala negara, melainkan perlu aksi nyata. Sebelumnya Jokowi sempat mempertanyakan gema Asian Games yang tidak semarak meski pembukaannya tersisa tiga bulan lebih. Selain masalah venue cabang olahraga yang sebagian masih dalam proses pengerjaan, penyelenggaraan Asian Games edisi ke-18 ini juga dibayangi atmosfer event yang kurang gereget. Banyak kalangan yang mempertanyakan gaung acara yang tidak begitu terasa. Ini memicu kekhawatiran tersendiri karena kesuksesan pelaksanaan acara mempertaruhkan nama Indonesia di mata dunia.
Namun masih ada waktu untuk menggaungkan Asian Games ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, meski memang perlu kerja keras dan strategi khusus. Promosi dan publikasi yang masif adalah kuncinya. Promosi tidak bisa lagi hanya mengandalkan panitia (INASGOC), melainkan perlu pelibatan pihak lain, termasuk kementerian dan lembaga, BUMN, pihak swasta, termasuk perusahaan startup dalam negeri dengan reputasi internasional, serta masyarakat umum. Di dalam negeri perlu ada upaya menjadikan acara ini sebagai milik masyarakat. Dengan menciptakan kebanggaan sebagai tuan rumah, kesemarakan diharapkan bisa tercipta. Caranya, panitia perlu menawarkan berbagai bentuk promosi kepada masyarakat, misalnya menawarkan harga khusus tiket pertandingan, diskon penginapan, restoran, dan pembelian suvenir. Promo juga bisa digencarkan melalui event musik dan lomba olahraga seperti maraton atau fun run yang kini tengah digandrungi.
Antusiasme publik juga bisa dipantik melalui promosi media luar ruang, baik dalam bentuk baliho, poster, spanduk atau banner. Selama ini media promosi ini sudah ditebar di tempat-tempat umum, tetapi itu belum cukup menciptakan atmosfer yang kuat. Untuk lebih semarak, penayangan iklan Asian Games di Jakarta perlu menggunakan papan reklame liquid crystal display (LCD) ukuran raksasa yang ditempel di gedung-gedung, terutama di kawasan strategis seperi Bundaran HI dan kawasan Monas.
Untuk promosi ke luar negeri, INASGOC juga perlu memikirkan untuk mengangkat duta Asian Games dengan merekrut mantan atlet Indonesia dan negara Asia lain yang berprestasi. Menjalankan semua langkah ini memang tidak selalu mudah, apalagi di tengah keterbatasan anggaran untuk promosi. Sebagaimana pengakuan Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) Erick Thohir, anggaran promosi yang tersedia hanya 2,5% atau Rp165 miliar dari total biaya penyelenggaraan Asian Games sebesar Rp6,6 triliun. Tantangan lain yang nyata adalah penyelenggaraan event lain seperti Piala Dunia 2018 yang tentu akan lebih menarik minat masyarakat.
Namun dengan terlibatnya semua komponen yang disebutkan di atas secara optimal, ada harapan gaung Asian Games ini akan jauh lebih terasa yang pada akhirnya melahirkan antusiasme publik dalam menyambut acara ini. Bagi Indonesia, sukses penyelenggaraan adalah salah satu target yang harus dicapai, selain sukses dalam hal prestasi oleh atlet-atlet Merah Putih yang akan berlaga nanti.
Merespons rasa penasaran menteri dan wartawan yang hadir pada acara itu, Jokowi mengatakan ia sengaja mengenakan jaket tersebut sebagai langkah untuk mempromosikan Asian Games 2018 yang akan digelar di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus-2 September 2018. Dia ingin menteri dan masyarakat Tanah Air meniru langkahnya mempromosikan ajang pesta olahraga empat tahunan bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut.
Melalui jaketnya tersebut Jokowi seolah ingin menegaskan bahwa menggaungkan Asian Games tak cukup hanya dengan imbauan atau perintah darinya sebagai kepala negara, melainkan perlu aksi nyata. Sebelumnya Jokowi sempat mempertanyakan gema Asian Games yang tidak semarak meski pembukaannya tersisa tiga bulan lebih. Selain masalah venue cabang olahraga yang sebagian masih dalam proses pengerjaan, penyelenggaraan Asian Games edisi ke-18 ini juga dibayangi atmosfer event yang kurang gereget. Banyak kalangan yang mempertanyakan gaung acara yang tidak begitu terasa. Ini memicu kekhawatiran tersendiri karena kesuksesan pelaksanaan acara mempertaruhkan nama Indonesia di mata dunia.
Namun masih ada waktu untuk menggaungkan Asian Games ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, meski memang perlu kerja keras dan strategi khusus. Promosi dan publikasi yang masif adalah kuncinya. Promosi tidak bisa lagi hanya mengandalkan panitia (INASGOC), melainkan perlu pelibatan pihak lain, termasuk kementerian dan lembaga, BUMN, pihak swasta, termasuk perusahaan startup dalam negeri dengan reputasi internasional, serta masyarakat umum. Di dalam negeri perlu ada upaya menjadikan acara ini sebagai milik masyarakat. Dengan menciptakan kebanggaan sebagai tuan rumah, kesemarakan diharapkan bisa tercipta. Caranya, panitia perlu menawarkan berbagai bentuk promosi kepada masyarakat, misalnya menawarkan harga khusus tiket pertandingan, diskon penginapan, restoran, dan pembelian suvenir. Promo juga bisa digencarkan melalui event musik dan lomba olahraga seperti maraton atau fun run yang kini tengah digandrungi.
Antusiasme publik juga bisa dipantik melalui promosi media luar ruang, baik dalam bentuk baliho, poster, spanduk atau banner. Selama ini media promosi ini sudah ditebar di tempat-tempat umum, tetapi itu belum cukup menciptakan atmosfer yang kuat. Untuk lebih semarak, penayangan iklan Asian Games di Jakarta perlu menggunakan papan reklame liquid crystal display (LCD) ukuran raksasa yang ditempel di gedung-gedung, terutama di kawasan strategis seperi Bundaran HI dan kawasan Monas.
Untuk promosi ke luar negeri, INASGOC juga perlu memikirkan untuk mengangkat duta Asian Games dengan merekrut mantan atlet Indonesia dan negara Asia lain yang berprestasi. Menjalankan semua langkah ini memang tidak selalu mudah, apalagi di tengah keterbatasan anggaran untuk promosi. Sebagaimana pengakuan Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) Erick Thohir, anggaran promosi yang tersedia hanya 2,5% atau Rp165 miliar dari total biaya penyelenggaraan Asian Games sebesar Rp6,6 triliun. Tantangan lain yang nyata adalah penyelenggaraan event lain seperti Piala Dunia 2018 yang tentu akan lebih menarik minat masyarakat.
Namun dengan terlibatnya semua komponen yang disebutkan di atas secara optimal, ada harapan gaung Asian Games ini akan jauh lebih terasa yang pada akhirnya melahirkan antusiasme publik dalam menyambut acara ini. Bagi Indonesia, sukses penyelenggaraan adalah salah satu target yang harus dicapai, selain sukses dalam hal prestasi oleh atlet-atlet Merah Putih yang akan berlaga nanti.
(zik)