PDIP Yakin Elektabilitas Jokowi Menuju 2019 Relatif Aman
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak terkejut dengan hasil survei yang menyatakan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) jauh melampaui bakal calon lainnya,
Hal itu diungkapkan Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira menyikapi hasil survei Litbang Kompas mengenai elektabilitas sejumlah tokoh nasional yang diproyeksikan bakal menjadi calon presiden dan bakal calon wakil presiden 2019.
"(Hasil survei itu-red) sejalan dan signifikan dengan kinerja yang ditunjukan oleh masing-masing tokoh nasional tersebut," kata Andreas dalam keterangan persnya, Selasa (24/4/2018).
Andreas mengaku tidak terkejut dengan hasil survei yang menempatkan elektabilitas petahana Jokowi melaju sendirian, melampaui bakal calon lainnya. Hal ini dikatakannya berdasarkan atas karya dan kinerja yang sudah dibuktikan Jokowi dalam memimpin pemerintahan.
Sementara tokoh oposisi yang diharapkan muncul dari partai-partai di luar pemerintahan, kata dia, tidak memainkan peran dengan baik, dan cenderung menyerang pemerintah secara membabi buta tanpa argumentasi jelas.
Jika elektabilitas Jokowi dalam tiga bulan, enam bulan, bahkan setahun ke depan dalam posisi yang demikian, dia meyakini elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu akan meningkat terus melampaui 60%.
"Sehingga relatif aman menuju Pilpres 2019," ujarnya.
Kendati begitu, kata Andreas, partai politik yang sudah menyatakan dukungan kepada Jokowi harus tetap waspada. Sebab, tantangan terberat Jokowi bukan faktor calon penantangnya, melainkan isu, rumor dan slogan-slogan black campaign yang ditujukan kepada diri Jokowi.
Menurut dia, maraknya politik identitas dan populisme sebagai jalan pintas menyediakan panggung bagi "kompetitor" Jokowi dalam pemilihan presiden yang harus diwaspadai.
"Situasi ini yang kita hadapi dalam peta politik nasional saat ini adalah Jokowi sedang 'shadow boxing' menghadapi politik identitas dan populisme," ungkapnya.
Hal itu diungkapkan Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira menyikapi hasil survei Litbang Kompas mengenai elektabilitas sejumlah tokoh nasional yang diproyeksikan bakal menjadi calon presiden dan bakal calon wakil presiden 2019.
"(Hasil survei itu-red) sejalan dan signifikan dengan kinerja yang ditunjukan oleh masing-masing tokoh nasional tersebut," kata Andreas dalam keterangan persnya, Selasa (24/4/2018).
Andreas mengaku tidak terkejut dengan hasil survei yang menempatkan elektabilitas petahana Jokowi melaju sendirian, melampaui bakal calon lainnya. Hal ini dikatakannya berdasarkan atas karya dan kinerja yang sudah dibuktikan Jokowi dalam memimpin pemerintahan.
Sementara tokoh oposisi yang diharapkan muncul dari partai-partai di luar pemerintahan, kata dia, tidak memainkan peran dengan baik, dan cenderung menyerang pemerintah secara membabi buta tanpa argumentasi jelas.
Jika elektabilitas Jokowi dalam tiga bulan, enam bulan, bahkan setahun ke depan dalam posisi yang demikian, dia meyakini elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu akan meningkat terus melampaui 60%.
"Sehingga relatif aman menuju Pilpres 2019," ujarnya.
Kendati begitu, kata Andreas, partai politik yang sudah menyatakan dukungan kepada Jokowi harus tetap waspada. Sebab, tantangan terberat Jokowi bukan faktor calon penantangnya, melainkan isu, rumor dan slogan-slogan black campaign yang ditujukan kepada diri Jokowi.
Menurut dia, maraknya politik identitas dan populisme sebagai jalan pintas menyediakan panggung bagi "kompetitor" Jokowi dalam pemilihan presiden yang harus diwaspadai.
"Situasi ini yang kita hadapi dalam peta politik nasional saat ini adalah Jokowi sedang 'shadow boxing' menghadapi politik identitas dan populisme," ungkapnya.
(dam)