Peletakan Batu Pertama Kantor PDIP, Hasto Ingatkan Tragedi 27 Juli
A
A
A
TANGERANG - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan kantor DPC PDIP Kabupaten Tangerang di Jalan Pemda Tigaraksa, Matagara, Tigaraksa, Minggu (22/4/2018).
Mengawali sambutannya, Hasto bercerita tentang peristiwa yang pernah menimpa Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996. Ketika itu rezim berkuasa dikatakannya berupaya melemahkan pergerakan demokrasi arus bawah yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
"Pada saat itu kita melihat bahwa kebebasan berserikat dan berkumpul dibatasi oleh pemerintahan yang otoriter. Ibu Megawati berjuang sebagai pemimpin politik, pemimpin kenegarawanan, seorang pemimpin yang menjadi penyambung lidah rakyat. Karena itulah, melihat rakyat tidak bisa bicara, rakyat dibungkam, maka Ibu Megawati menempuh risiko-risiko politik agar rakyat kembali berdaulat di dalam menentukan pemimpinnya,” tutur Hasto.
Sikap politik Megawati yang berpihak kepada demokrasi arus bawah, menurut Hasto, menimbulkan reaksi penguasa Orde Baru. Puncaknya, penyerangan kantor DPP PDI pada 27 Juli 1966. Namun begitu, upaya tersebut tak melemahkan tekad perjuangan dalam menentang otoritarianisme.
“Ibu Megawati memimpin pergerakan demokrasi arus bawah. Oleh karena itulah dilakukan berbagai rekayasa politik dan puncaknya pada 27 Juli 1996 ketika kantor PDI saat itu diserang, dihancurkan oleh pemerintahan yang otoriter," imbuhnya.
Hasto mengungkapkan begitu pentingnya keberadaan kantor partai sebagai sarana konsolidasi. Sehingga pada peristiwa 27 Juli, Orde Baru memilih menghancurkan lebih dahulu kantor PDI, dengan target akan membuyarkan konsolidasi pergerakan yang dipimpin Megawati.
“Karena itulah mengapa kantor partai diserang, karena kantor partai adalah simbol kedaulatan partai, kantor partai adalah rumah rakyat, kantor partai adalah pusat merancang peradaban Indonesia. Karena itulah PDI Perjuangan terus memerbaiki diri dengan melakukan kaderisasi dan menindak tegas bagi pelaku korupsi,” ujar Hasto.
Dalam konteks spirit mengikuti tekad dan perjuangan Megawati, kata dia, PDIP harus benar-benar menjadikan kantor partai sebagai rumah rakyat sekaligus pusat kebudayaan.
Hasto berharap kantor DPC PDIP Kabupaten Tangerang harus menjadi wadah dalam membangun kedekatan bersama rakyat, sehingga apa yang diajarkan oleh Bung Karno, politik dimaknai sebagai upaya membangun peradaban "dedication of life', serta politik yang sesuai jiwa dan kepribadian bangsa dapat terwujud.
“Dalam berpolitik itu kita harus sesuaikan dengan jiwa dan kepribadian bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa, yakni Pancasila. Kita harus membumikan itu," tuturnya.
Ketua Pelaksana harian DPC PDIP Kabupaten Tangerang, Irvansyah, dalam sambutannya mengatakan, pembangunan kantor DPC Kabupaten Tangerang diibaratkan kisah legenda Sangkuriang. Begitu perintah datang untuk segera membangun kantor, seketika itu pula pekerjaan langsung dilakukan.
“Pembangunan ini ibarat Sangkuriang, begitu turun perintah, langsung kita kerjakan. Saya minta paling lama empat bulan selesai pembangunan ini, karena ini menggunakan teknik modern, pabrikasi, jadi menggunakan baja ringan, tak perlu banyak tukang. Semoga dengan adanya pembangunan kantor ini, semua kader bisa yakin memenangkan pilkada, pileg, maupun Pilpres 2019,” tuturnya.
Mengawali sambutannya, Hasto bercerita tentang peristiwa yang pernah menimpa Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996. Ketika itu rezim berkuasa dikatakannya berupaya melemahkan pergerakan demokrasi arus bawah yang dipimpin Megawati Soekarnoputri.
"Pada saat itu kita melihat bahwa kebebasan berserikat dan berkumpul dibatasi oleh pemerintahan yang otoriter. Ibu Megawati berjuang sebagai pemimpin politik, pemimpin kenegarawanan, seorang pemimpin yang menjadi penyambung lidah rakyat. Karena itulah, melihat rakyat tidak bisa bicara, rakyat dibungkam, maka Ibu Megawati menempuh risiko-risiko politik agar rakyat kembali berdaulat di dalam menentukan pemimpinnya,” tutur Hasto.
Sikap politik Megawati yang berpihak kepada demokrasi arus bawah, menurut Hasto, menimbulkan reaksi penguasa Orde Baru. Puncaknya, penyerangan kantor DPP PDI pada 27 Juli 1966. Namun begitu, upaya tersebut tak melemahkan tekad perjuangan dalam menentang otoritarianisme.
“Ibu Megawati memimpin pergerakan demokrasi arus bawah. Oleh karena itulah dilakukan berbagai rekayasa politik dan puncaknya pada 27 Juli 1996 ketika kantor PDI saat itu diserang, dihancurkan oleh pemerintahan yang otoriter," imbuhnya.
Hasto mengungkapkan begitu pentingnya keberadaan kantor partai sebagai sarana konsolidasi. Sehingga pada peristiwa 27 Juli, Orde Baru memilih menghancurkan lebih dahulu kantor PDI, dengan target akan membuyarkan konsolidasi pergerakan yang dipimpin Megawati.
“Karena itulah mengapa kantor partai diserang, karena kantor partai adalah simbol kedaulatan partai, kantor partai adalah rumah rakyat, kantor partai adalah pusat merancang peradaban Indonesia. Karena itulah PDI Perjuangan terus memerbaiki diri dengan melakukan kaderisasi dan menindak tegas bagi pelaku korupsi,” ujar Hasto.
Dalam konteks spirit mengikuti tekad dan perjuangan Megawati, kata dia, PDIP harus benar-benar menjadikan kantor partai sebagai rumah rakyat sekaligus pusat kebudayaan.
Hasto berharap kantor DPC PDIP Kabupaten Tangerang harus menjadi wadah dalam membangun kedekatan bersama rakyat, sehingga apa yang diajarkan oleh Bung Karno, politik dimaknai sebagai upaya membangun peradaban "dedication of life', serta politik yang sesuai jiwa dan kepribadian bangsa dapat terwujud.
“Dalam berpolitik itu kita harus sesuaikan dengan jiwa dan kepribadian bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa, yakni Pancasila. Kita harus membumikan itu," tuturnya.
Ketua Pelaksana harian DPC PDIP Kabupaten Tangerang, Irvansyah, dalam sambutannya mengatakan, pembangunan kantor DPC Kabupaten Tangerang diibaratkan kisah legenda Sangkuriang. Begitu perintah datang untuk segera membangun kantor, seketika itu pula pekerjaan langsung dilakukan.
“Pembangunan ini ibarat Sangkuriang, begitu turun perintah, langsung kita kerjakan. Saya minta paling lama empat bulan selesai pembangunan ini, karena ini menggunakan teknik modern, pabrikasi, jadi menggunakan baja ringan, tak perlu banyak tukang. Semoga dengan adanya pembangunan kantor ini, semua kader bisa yakin memenangkan pilkada, pileg, maupun Pilpres 2019,” tuturnya.
(dam)