Kerusuhan Berdarah yang Pernah Mengguncang Indonesia
A
A
A
KERUSUHAN atau huru-hara terjadi ketika sekelompok orang berkumpul bersama melakukan tindak kekerasan terkait perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu. Penyebab kerusuhan beragam mulai buruknya kondisi ekonomi, penindasan pemerintah terhadap rakyat, hingga konflik agama atau etnis. Berikut ini kerusuhan yang pernah mengguncang Indonesia:
1. Kerusuhan Sampit
Tiga tahun setelah kerusuhan Mei 1998, sebuah kerusuhan baru hadir. Di Kalimantan Tengah terutama Kota Sampit, kerusuhan antara dua kubu etnis berakhir dengan mengerikan. Setidaknya ratusan warga meninggal. Penyebab dari kerusuhan antara etnis Madura dan Dayak ini masih simpang siur.
2. Kerusuhan Sambas
Selain di Sampit, di Kabupaten Sambas, Kalimatan Barat pun sempat terjadi kerusuhan berdarah. Bahkan disini korban yang jatuh pun memasuki angka ribuan. Hampir sama dengan kerusuhan di Sampit, kerusuhan Sambas yang terjadi pada tahun 1999 ini disebabkan oleh pergesekan antara suku pendatang dengan suku pribumi yaitu antara Suku Melaku dan Dayak dengan suku Madura.
3. Kerusuhan Poso
Kerusuhan Poso adalah rangkaian kerusuhan yang terjadi selama 3 gelombang. Kerusuhan pertama terjadi pada 1998 hingga berlanjut di 2000 sebanyak dua kali. Kerusuhan ini membuat stabilitas di Poso dan koat sekitarnya jadi anjlok. Jika dua kerusuhan sebelumnya dipicu isu etnis, kerusuhan yang terjadi di Poso dipicu oleh masalah agama. Dua agama besar di Poso, Islam dan Kristen saling adu kekuatan dan merasa benar.
4. Kerusuhan Tanjung Priok
Kerusuhan parah terjadi di kawasan Tanjung Priok pada 1984. Kerusuhan yang diyakini sengaja dipicu ini menimbulkan dampak cukup mengerikan. Bangunan di kawasan Tanjung Priok banyak dirusak dan akhirnya terbakar. Dalam kejadian ini setidaknya ada 24 orang warga yang tewas ditembaki lalu 9 lainnya terbakar oleh api.
5. Kerusuhan di Ambon (1999)
Konflik yang ada kaitannya dengan agama terjadi di Ambon sekitar tahun 1999. Konflik ini akhirnya meluas dan menjadi kerusuhan buruk antara agama Islam dan Kristen yang berakhir dengan korban meninggal dunia. Orang-orang dari kelompok Islam dan Kristen saling serang dan berusaha menunjukkan kekuatannya.
6. Kerusuhan Ahmadiyah Lombok
Kasus konflik kekerasan Ahmadiyah Lombok atau Transito Mataram antara kurun waktu 1998 sampai 2006. Dalam kasus itu ditemukan 9 korban meninggal dunia, 8 luka-luka, 9 gangguan jiwa, 379 terusir, 9 dipaksa cerai, 3 keguguran, 61 putus sekolah, 45 dipersulit membuat KTP, dan 322 dipaksa keluar dari Ahmadiyah. Kemudian konflik lainnya berlangsung hingga 7 kali penyerangan yang massif dengan 8 tahun warga jadi pengungsian. Cakupan konflik ini mencapai 4 wilayah provinsi, yakni Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Kota Mataram. Kasus itu mengakibatkan 11 tempat ibadah dan 114 rumah rusak, dengan 64,14 hektar tanah terlantar, 25 tempat usaha rusak, dan ratusan harta benda rusak dan dijarah.
7. Kerusuhan Lampung Selatan
Kasus konflik kekerasan di Lampung Selatan mengakibatkan 14 korban meninggal dunia, belasan luka parah, dan 1.700 warga mengungsi. Kekerasan ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 27 sampai 29 Oktober 2012. Cakupan luas konflik ini meliputi dua kecamatan, yakni Kalianda dan Way Panji. Total kerugian akibat konflik itu mencapai Rp24,88 miliar, 532 rumah rusak dan dibakar.
1. Kerusuhan Sampit
Tiga tahun setelah kerusuhan Mei 1998, sebuah kerusuhan baru hadir. Di Kalimantan Tengah terutama Kota Sampit, kerusuhan antara dua kubu etnis berakhir dengan mengerikan. Setidaknya ratusan warga meninggal. Penyebab dari kerusuhan antara etnis Madura dan Dayak ini masih simpang siur.
2. Kerusuhan Sambas
Selain di Sampit, di Kabupaten Sambas, Kalimatan Barat pun sempat terjadi kerusuhan berdarah. Bahkan disini korban yang jatuh pun memasuki angka ribuan. Hampir sama dengan kerusuhan di Sampit, kerusuhan Sambas yang terjadi pada tahun 1999 ini disebabkan oleh pergesekan antara suku pendatang dengan suku pribumi yaitu antara Suku Melaku dan Dayak dengan suku Madura.
3. Kerusuhan Poso
Kerusuhan Poso adalah rangkaian kerusuhan yang terjadi selama 3 gelombang. Kerusuhan pertama terjadi pada 1998 hingga berlanjut di 2000 sebanyak dua kali. Kerusuhan ini membuat stabilitas di Poso dan koat sekitarnya jadi anjlok. Jika dua kerusuhan sebelumnya dipicu isu etnis, kerusuhan yang terjadi di Poso dipicu oleh masalah agama. Dua agama besar di Poso, Islam dan Kristen saling adu kekuatan dan merasa benar.
4. Kerusuhan Tanjung Priok
Kerusuhan parah terjadi di kawasan Tanjung Priok pada 1984. Kerusuhan yang diyakini sengaja dipicu ini menimbulkan dampak cukup mengerikan. Bangunan di kawasan Tanjung Priok banyak dirusak dan akhirnya terbakar. Dalam kejadian ini setidaknya ada 24 orang warga yang tewas ditembaki lalu 9 lainnya terbakar oleh api.
5. Kerusuhan di Ambon (1999)
Konflik yang ada kaitannya dengan agama terjadi di Ambon sekitar tahun 1999. Konflik ini akhirnya meluas dan menjadi kerusuhan buruk antara agama Islam dan Kristen yang berakhir dengan korban meninggal dunia. Orang-orang dari kelompok Islam dan Kristen saling serang dan berusaha menunjukkan kekuatannya.
6. Kerusuhan Ahmadiyah Lombok
Kasus konflik kekerasan Ahmadiyah Lombok atau Transito Mataram antara kurun waktu 1998 sampai 2006. Dalam kasus itu ditemukan 9 korban meninggal dunia, 8 luka-luka, 9 gangguan jiwa, 379 terusir, 9 dipaksa cerai, 3 keguguran, 61 putus sekolah, 45 dipersulit membuat KTP, dan 322 dipaksa keluar dari Ahmadiyah. Kemudian konflik lainnya berlangsung hingga 7 kali penyerangan yang massif dengan 8 tahun warga jadi pengungsian. Cakupan konflik ini mencapai 4 wilayah provinsi, yakni Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Kota Mataram. Kasus itu mengakibatkan 11 tempat ibadah dan 114 rumah rusak, dengan 64,14 hektar tanah terlantar, 25 tempat usaha rusak, dan ratusan harta benda rusak dan dijarah.
7. Kerusuhan Lampung Selatan
Kasus konflik kekerasan di Lampung Selatan mengakibatkan 14 korban meninggal dunia, belasan luka parah, dan 1.700 warga mengungsi. Kekerasan ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 27 sampai 29 Oktober 2012. Cakupan luas konflik ini meliputi dua kecamatan, yakni Kalianda dan Way Panji. Total kerugian akibat konflik itu mencapai Rp24,88 miliar, 532 rumah rusak dan dibakar.
(amm)