Umrah Sudah Jadi Industri

Senin, 09 April 2018 - 11:00 WIB
Umrah Sudah Jadi Industri
Umrah Sudah Jadi Industri
A A A
KURANG dari setahun, ada ratusan ribu umat Islam tertipu oleh biro penyelenggara umrah. Mereka tergoda dengan iming-iming bisa umrah dengan harga murah meriah: Rp14–17 juta. Padahal, harga minimumnya sekitar Rp20 juta. Para biro nakal itu diduga menggunakan skema Ponzi dan multilevel marketing untuk meraup dana masyarakat. Sedihnya, uang itu diduga digunakan untuk kepentingan pemilik usaha.

"Ada oknum-oknum yang mau mengambil kesempatan dalam penyelenggaraan ibadah umrah dengan tujuan negatif," kata Arfi Hatim, Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag, kepada SINDO Weekly, Jumat (6/4/2018) pekan lalu. Berikut petikan wawancara itu.

Kenapa penipuan berkedok penyelenggaraan umrah marak?
Sejak masa tunggu haji makin panjang, di Jakarta 15–18 tahun dan yang terlama di Sulawesi Selatan 30 tahun ke atas, masyarakat mengalihkan keinginan ibadah ke Tanah Suci dengan melaksanakan umrah. Sepanjang 2015, (jumlah jemaah umrah) masih sekitar 500 ribuan, tahun lalu sudah 870 ribu orang. Itu sudah terdiri dari kalangan bawah, menengah, perkotaan, dan pedesaan. Ada oknum-oknum yang mau mengambil kesempatan dalam penyelenggaraan ibadah umrah dengan tujuan negatif. Yang disasar kalangan menengah ke bawah atau orang awam.

Modusnya?
Macam-macam, ada sistem MLM dan Ponzi. Masyarakat sesungguhnya, kalau sudah diberi harga promo dan murah, itu mudah tergiur. Apalagi, dengan harga itu ada jemaah yang sudah berangkat.

Apakah harga Rp14 juta kelewat murah?
Ponzi itu, istilahnya, gali lubang tutup lubang. Tidak mungkin dengan harga Rp14 juta diberangkatkan. (Itu) harus ada subsidi, dari mana? Subsidi dari uang jemaah yang berangkat berikutnya.

Namun, mereka jumlahnya banyak dan terus ada yang mendaftar?
Ini pasti ada titik jenuhnya. Ketika kemudian berkurang yang mendaftar atau tidak ada, perusahaan kolaps. Selain itu, dana masyarakat digunakan hal-hal lain di luar operasional untuk memberangkatkan jemaah. Sebenarnya, kalau ada keuntungan dari usaha, itu wajar. Namun, ini (uang jemaah) dipakai untuk hal-hal yang konsumtif dan gaya hidup. Itu tidak ada kaitannya dengan jemaah.

Kenapa tindakan travel-travel umrah nakal itu tidak terdeteksi? Simak wawancara selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 06/VII/2018 yang terbit Senin (9/4/2018) hari ini.

Umrah Sudah Jadi Industri
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0603 seconds (0.1#10.140)