Deklarasi Pencapresan Prabowo Subianto Pasca Pilkada
A
A
A
JAKARTA - Partai Gerindra berencana mengumumkan sosok calon presiden (capres) 2019 setelah pelaksanaan pilkada serentak pada 27 Juni 2018. Hasil pilkada provinsi menjadi salah satu rujukan dalam mengukur efektivitas mesin partai dalam kerja-kerja politik yang akan menentukan kesuksesan pada Pilpres 2019.
"Pilkada kan masih bulan Juni, habis itu (deklarasi capres)," ujar Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo di Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Dia menjelaskan, banyak faktor yang akan dipertimbangkan Prabowo sebelum memastikan kembali maju dalam Pilpres 2019. Kemenangan kader Partai Gerindra yang maju dalam pemilihan gubernur di 17 provinsi menjadi salah satu faktor. "Kalau kami menang 17 provinsi semua, langsung deklarasi, lebih bagus," ujarnya.
Selain kemenangan di 17 provinsi, kata Hashim, pencapresan Prabowo juga akan mempertimbangkan faktor kesehatan serta kekuatan logistik. Menurutnya jika faktor kesehatan Prabowo tidak ada masalah serta perhitungan logistik mencukupi, tidak ada alasan untuk tidak berlaga dalam pilpres. "Memang ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Ada faktor kesehatan. Tentu cukup atau tidak logistiknya. Kan harus begitu," ujarnya.
Saat ini, kata Hashim, Partai Gerindra juga membahas figur-figur yang pantas mendampingi Prabowo sebagai calon wakil presiden. Beberapa nama yang dibahas di Gerindra antara lain Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. "Selain itu ada juga nama-nama calon yang diusulkan oleh partai koalisi," katanya.
Dia mengatakan figur-figur yang diproyeksikan mendampingi Prabowo sebagai calon wakil presiden harus bisa memberi tambah dari sisi elektabilitas maupun penguatan logistik. Hal ini penting agar siapa pun nama yang dipilih berpasangan dengan Prabowo akan bisa mengimbangi calon petahana. "Kalau cawapresnya nanti ada akses ke logistik, itu alhamdulillah, puji Tuhan," ucap Hashim.
Meski belum pasti, Hashim masih yakin Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto akan tetap maju sebagai capres. Namun si sisi lain dia tak menampik peluang jika ada figur lain yang bisa saja diusung sebagai capres. "Apa pun kemungkinan bisa terjadi. Sekarang masih bisa menimbang dan memikirkan yang terbaik," tegasnya.
Prabowo sendiri melalui Sekjen Gerindra Ahmad Muzani sempat meminta agar kader Gerindra di daerah bersabar menunggu deklarasi pasangan capres-cawapres partai Gerindra 2019. "Pak Prabowo meminta kesabaran semua pihak tentang hal ini karena bagaimana pun kita harus mengakui ada harapan besar dan keinginan besar masyarakat terhadap Gerindra dan terhadap Pak Prabowo," kata Muzani.
Wacana Anies Cawapres Tuai Kritik
Sementara itu wacana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang menuai kritik dari banyak kalangan. Politikus Nasdem Taufiqulhadi meminta Anies Baswedan fokus menjadi gubernur DKI Jakarta.
Pasalnya, untuk mendapatkan posisi Gubernur DKI seperti sekarang diraih dengan jalan berliku. Dia berharap jangan sampai Anies salah melangkah juga salah melihat momentum. "Apa yang kita pupuk sekarang akan hilang semuanya. Barangkali, itu bukan momentum yang tepat. Dalam berpolitik harus hati-hati melihat momentum agar tak salah langkah," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menyatakan PKS siap bermusyawarah terhadap nama-nama yang muncul menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019. "PKS juga siap bicarakan nama-nama lain. PKS menghargai inisiatif Gerindra dan siap bermusyawarah terhadap nama-nama lain," ucapnya di Gedung DPR.
Perebutan kursi calon wakil presiden memang diprediksi banyak kalangan akan lebih seru dibandingkan dengan penentuan kandidat calon presiden. Berdasarkan jajak pendapat Indo Barometer misalnya sebagian besar responden menilai figur ideal pendamping Prabowo sebagai calon wakil presiden adalah Anies Baswedan(9,7%), Agus Harimurti (7,0%), dan Ridwan Kami (6,4%). Sedangkan untuk pendamping Joko Widodo adalah Anies Bas wedan (20,6%), Gatot Nurmantyo (17,6%), dan Agus Harimurti (16,7%).
"Pilkada kan masih bulan Juni, habis itu (deklarasi capres)," ujar Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo di Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Dia menjelaskan, banyak faktor yang akan dipertimbangkan Prabowo sebelum memastikan kembali maju dalam Pilpres 2019. Kemenangan kader Partai Gerindra yang maju dalam pemilihan gubernur di 17 provinsi menjadi salah satu faktor. "Kalau kami menang 17 provinsi semua, langsung deklarasi, lebih bagus," ujarnya.
Selain kemenangan di 17 provinsi, kata Hashim, pencapresan Prabowo juga akan mempertimbangkan faktor kesehatan serta kekuatan logistik. Menurutnya jika faktor kesehatan Prabowo tidak ada masalah serta perhitungan logistik mencukupi, tidak ada alasan untuk tidak berlaga dalam pilpres. "Memang ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Ada faktor kesehatan. Tentu cukup atau tidak logistiknya. Kan harus begitu," ujarnya.
Saat ini, kata Hashim, Partai Gerindra juga membahas figur-figur yang pantas mendampingi Prabowo sebagai calon wakil presiden. Beberapa nama yang dibahas di Gerindra antara lain Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. "Selain itu ada juga nama-nama calon yang diusulkan oleh partai koalisi," katanya.
Dia mengatakan figur-figur yang diproyeksikan mendampingi Prabowo sebagai calon wakil presiden harus bisa memberi tambah dari sisi elektabilitas maupun penguatan logistik. Hal ini penting agar siapa pun nama yang dipilih berpasangan dengan Prabowo akan bisa mengimbangi calon petahana. "Kalau cawapresnya nanti ada akses ke logistik, itu alhamdulillah, puji Tuhan," ucap Hashim.
Meski belum pasti, Hashim masih yakin Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto akan tetap maju sebagai capres. Namun si sisi lain dia tak menampik peluang jika ada figur lain yang bisa saja diusung sebagai capres. "Apa pun kemungkinan bisa terjadi. Sekarang masih bisa menimbang dan memikirkan yang terbaik," tegasnya.
Prabowo sendiri melalui Sekjen Gerindra Ahmad Muzani sempat meminta agar kader Gerindra di daerah bersabar menunggu deklarasi pasangan capres-cawapres partai Gerindra 2019. "Pak Prabowo meminta kesabaran semua pihak tentang hal ini karena bagaimana pun kita harus mengakui ada harapan besar dan keinginan besar masyarakat terhadap Gerindra dan terhadap Pak Prabowo," kata Muzani.
Wacana Anies Cawapres Tuai Kritik
Sementara itu wacana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang menuai kritik dari banyak kalangan. Politikus Nasdem Taufiqulhadi meminta Anies Baswedan fokus menjadi gubernur DKI Jakarta.
Pasalnya, untuk mendapatkan posisi Gubernur DKI seperti sekarang diraih dengan jalan berliku. Dia berharap jangan sampai Anies salah melangkah juga salah melihat momentum. "Apa yang kita pupuk sekarang akan hilang semuanya. Barangkali, itu bukan momentum yang tepat. Dalam berpolitik harus hati-hati melihat momentum agar tak salah langkah," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menyatakan PKS siap bermusyawarah terhadap nama-nama yang muncul menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019. "PKS juga siap bicarakan nama-nama lain. PKS menghargai inisiatif Gerindra dan siap bermusyawarah terhadap nama-nama lain," ucapnya di Gedung DPR.
Perebutan kursi calon wakil presiden memang diprediksi banyak kalangan akan lebih seru dibandingkan dengan penentuan kandidat calon presiden. Berdasarkan jajak pendapat Indo Barometer misalnya sebagian besar responden menilai figur ideal pendamping Prabowo sebagai calon wakil presiden adalah Anies Baswedan(9,7%), Agus Harimurti (7,0%), dan Ridwan Kami (6,4%). Sedangkan untuk pendamping Joko Widodo adalah Anies Bas wedan (20,6%), Gatot Nurmantyo (17,6%), dan Agus Harimurti (16,7%).
(amm)